Baru saja taksi yang mengantarku sampai di depan kedai. Setelah membayarnya aku pun langsung berjalan keluar menuju kedai.
Umm, rupanya kedai nya sudah buka, Benakku.
Bunyi lonceng pintu berbunyi saat aku berjalan masuk menuju kedai. Segera dua pasang mata menatapku. Ku lihat Daniel baru saja keluar dari dapur sedang membawa dua piring terpisah tamago dan makizushi dan seorang lelaki yang terlihat sedang duduk menanti di salah satu meja makan.
"Oh, Morning Evelyn!" Sambut Daniel kepadaku.
"Morning, Daniel."
"Kemari, mari bergabung dengan kami. Kau pasti belum sarapan juga." Daniel mengajakku bergabung dengan mereka. Aku mengikuti nya berjalan menuju meja.
"Perkenalkan ini sahabat ku, Evelyn." Teman Daniel itu berdiri dari kursi saat kami menghampirinya. "Dan, Evelyn perkenalkan ini Alex."
Aku membalas jabat tangan Alex dan membalas senyum hangat nya. "Senang bertemu denganmu Alex."
"Senang sekali bisa bertemu denganmu Evelyn, semalam Daniel banyak bercerita tentang dirimu."
Aku langsung menatap Daniel yang sekarang membuang wajah, aku menatap nya curiga. Daniel lalu menatapku, "Apa? Apa yang salah? Apakah salah bercerita tentang sahabatku sendiri, huh?"
Alex tertawa, "Hahaha, tenang saja, dia bercerita tentang kekagumanya kepadamu sebagai sosok sahabat sekaligus kakak wanitanya."
Aku kembali menatap Daniel yang kini menatapku balik. See?
Aku berusaha menyembunyikan senyum ku.
"Alright, Alright. Cut it off. Lebih baik sekarang kita sarapan. Shall we?"
Aku dan Alex mengangguk. Daniel mempersilahkan kami untuk duduk. Dan kami mulai menyantap sarapan kami.
Setelah kami selesai sarapan kami kembali mengobrol. Benar saja dugaanku, rupanya Alex adalah teman kencan Daniel semalam. Kelihatanya mereka baru pertama kali bertemu, masih kurasakan ada sedikit kecanggungan antara mereka.
Alex berasal dari Boston dan saat ini sedang menempuh beasiswa kuliah di salah satu kampus di New York. Saat ini ia tinggal di Apartement di pusat kota.
"Oh ya, Evelyn. Alex ini adalah seorang pemain basket. Dan aku ingat bahwa Aiden senang sekali olahraga basket, bukan?"
"Ahh, benarkah?" Aku menatap Alex tak percaya.
Alex mengangguk. "Ya, aku adalah atlet basket sejak masih sekolah. Dari sejak aku Junior high aku sudah mulai banyak mengikuti perlombaan basket antar sekolah sampai sekarang. Bahkan karena Basket pula yang membuatku mendapatkan beasiswa kuliah saat ini."
"Whoa, kau sangat menakjubkan. Aku yakin Aiden pasti senang sekali bertemu denganmu."
"Ah, Aiden! Yah, tentu. Aku ingin bertemu denganya dan mengajaknya bermain basket denganku. Dengan senang hati aku akan mengajarinya." Rupanya Daniel sudah menceritakan soal Aiden juga rupanya. Tak masalah.
Aku tersenyum berterima kasih. "Omong- omong, sampai jam berapa kau disini? Aku ingin memperkenalkan kau dengan anakku Aiden."
"Hari ini kebetulan aku tidak ada kelas, tentu saja aku akan disini sampai Aiden pulang sekolah. Atau, bagaimana jika aku ikut menjemputnya? Bagaimana Daniel?" Alex melemparkan tatapan bertanya kepada Daniel.
"Tentu. Ide yang bagus." Jawab Daniel. "Tenang Evelyn, aku yang akan meng-handle kedai sementara kalian menjemput Aiden, tak perlu khawatir. Semua aman denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
One love for the last
RomanceXavier Guido adalah seorang pengusaha muda terkenal di Italia. Salah satu pewaris kekayaan dari keluarga Guido dan penerus perusahaan besar Guido Company sebagai CEO. Setelah ia meninggalkan Amerika enam tahun yang lalu, kini ia kembali untuk menem...