Tepat satu minggu Zaidan dan Mutiara menjadi suami-istri.
Zaid tidak bisa melupakan peristiwa saat akad nikah beberapa waktu lalu. Batinnya kian berkecamuk. Rentetan kisah lalu kembali menyeruak dalam benak lelaki itu. Bagaimana bisa Khanza hadir tanpa sepengetahuannya. Dia bertanya pada Mutiara, darimana mengenal Khanza. Istrinya tersebut mengatakan jika ia dan Khanza memang bersahabat. Zaidan terkejut.Sudah satu pekan dia dan Mutiara menjalani kehidupan baru sebagai pasangan suami-istri. Zaidan tidak bisa menampik rasa bersalahnya pada dua wanita sekaligus. Pertama pada Khanza. Zaid merasa menjadi laki-laki brengsek karena usai menyatakan cinta, berniat ingin melamar, malah meninggalkan Khanza tanpa kepastian.
Kedua pada Mutiara, karena sampai detik ini dia belum menunaikan kewajiban sebagai seorang suami. Itu artinya Mutiara belum mendapatkan haknya sebagai istri Zaid. Malam pertama yang harusnya dilewati penuh suka cita, menjadi tangis pilu bagi gadis itu. Zaid belum bisa melakukan, sebab di hati tidak ada cinta bagi Mutia.
Zaidan paham bahwa berangan untuk kembali dekat dengan Khanza adalah sebuah sebuah kesalahan fatal.
Sudah tahu salah, tetapi tidak ada keinginan memperbaiki. Apalagi hubungannya dengan Mutiara cenderung sangat dingin. Dia sadar keadaan ini bukan salah Mutia. Gadis itu telah mencurahkan segalanya. Perhatian, kasih sayang dan, Zaidan bisa menangkap ada binar cinta di mata Mutia untuknya.Meski diperlakukan tidak adil, Mutia tidak pernah sekalipun meninggalkan kewajiban sebagai istri. Semua kebutuhan Zaid selalu terpenuhi. Kecuali kebutuhan zahirnya, karena Zaidan sendiri yang belum menginginkan itu.
Tidak ada yang salah dengan Mutiara. Zaidan juga mengakui jika istrinya tersebut sangat cantik. Matanya memiliki binar bening, hidungnya bangir, berkulit putih bersih, serta badannya ramping. Mirip model pakaian muslimah yang sering dilihat di layar kaca atau Instragram. Lebih cantik Mutiara malah menurut Zaidan. Hanya dia belum yakin bisa mencintai Mutiara.
Jauh di lubuk hati, Zaidan masih memikirkan Khanza. Sejak akad nikah sampai sekarang, dia belum melihat Khanza lagi. Selepas acara akad, Khanza pamit pulang, gadis itu juga mengatakan pada Mutiara bahwa tidak bisa memenuhi janji untuk menjadi bridesmaids di acara resepsi. Zaidan mendengar sendiri percakapan mereka kala itu.
Zaidan belum menceritakan pada Mutia, bahwa Khanza merupakan mantan kekasih yang dicintai. Dia masih menutup hal ini rapat-rapat. Menunggu sampai ada kesempatan untuk membeberkan semua pada Mutia.Dari meja makan tempat Zaid duduk sekarang, lelaki itu memperhatikan Mutia sangat cekatan menyiapkan sarapan pagi ini. Usai memasak, gadis itu menghidangkan sayur ke dalam mangkuk, sejurus membawanya ke meja makan. Zaid akui kalau Mutia sangat pandai memasak. Semua masakannya cocok di lidah Zaidan, bahkan Mama-Papanya juga mengatakan hal sama.
"Mas, sarapan sekarang? Biar aku tuangin nasinya ya," tawar Mutia. Zaid mengangguk.
"Mutia, kamu duduk saja, kita makan bersama."
"Aku belum selesai beberes dapur, Mas. Kamu saja---"
"Ini perintah suami! Saya mau kamu di sini, kita sarapan bareng."
Mutia diam dan menurut. Ia menarik kursi di depan Zaidan dan duduk di sana.
Menu sarapan pagi ini, Mutia memasak sayur bening bayam yang dicampur potongan labu dan jagung manis. Lalu, ada bakwan jagung, pepes ikan patin dan sambal. Mereka makan dalam suasana hening, hanya denting sendok yang beradu dengan piring dari bahan keramik lebih mendominasi suara.Usai menandaskan makanan di piring, Mutia bergegas membawanya ke kitchen sink. Ia perhatikan Zaidan juga telah selesai dengan sarapannya. Mutiara beralih menuangkan segelas air ke dalam gelas yang berada di depan Zaidan.
"Saya nanti pulang malam, kamu tidak usah menunggu untuk makan malam," ucap Zaidan setelah meneguk airnya.
Lagi-lagi Mutia hanya membalas dengan anggukan serta senyum manis. Biasanya memang ia akan selalu menunggu Zaidan pulang untuk makan malam bersama. Walau lelaki itu pulang tengah malam dengan alasan sangat sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
SpiritualSeluruh Hak Cipta © Dilindungi oleh Allah SWT. Zaidan mencintai Khanza, gadis yang baru dikenalnya beberapa waktu. Entah kenapa ada rasa tak biasa dalam relung hati, seolah Zaidan telah lama mengenal Khanza. Di saat cinta sedang menggebu, Zaid pun...