Cinta sejati itu tidak pernah menuntut, tapi saling memberi. Cinta akan tumbuh seiring waktu kebersamaan
********Cinta Dalam Luka***********Zaid terbeliak. Tarikan napasnya terasa berat. Ini seperti mimpi buruk, dan Zaid ingin bangun saat ini juga.
Di saat angan serta impiannya bersama sang gadis penawan hati tinggal selangkah lagi memasuki gerbang istana rancangan mereka. Tetapi hal lain seperti menjadi batu sandungan.
Siapa itu Mutiara. Perempuan yang namanya disodorkan oleh mama-papa sebagai calon istri, lebih gilanya lagi tinggal hitungan hari Zaidan akan terpaksa mengucap akad atas nama Mutiara.
Zaid meradang. Diam-diam jadi benci dengan Mutiara. Tidak bisakah gadis itu menolak keinginan mama-papanya. Dasar gadis tidak tahu diri, mau saja dijodohkan, padahal tidak ada cinta diantara mereka. Halah? Bicara tentang cinta, hati Zaidan sakit, seperti tersayat belati tajam. Apalagi jika mengingat tentang Khanza. Rasa bersalah terus saja menghantui. Dalam relung hati Zaid ada sesuatu yang menolak keras untuk sakiti Khanza.
"Zaidan, Jumat besok itu sudah acara pernikahan kamu. Masa kamu belum ambil cuti?" Pertanyaan sang mama hanya dijawab dengan ulasan senyum. "Mama enggak mau ya, kalau sampai kamu mengecewakan kami. Mutiara itu gadis yang sangat baik, anaknya shalihah, rajin ibadah dan sangat sopan dengan orangtua." Ceramah mamanya pagi ini pada Zaidan.
Khanza juga gadis yang sangat baik, Mam. Hanya saja kalian tidak memberinya kesempatan untuk bertemu.
Zaid menyahut dalam hati."Mam, pernikahan ini yang mau, kan, mama dan papa. Jadi Zaidan terima beres saja."
"Zaidan! Jangan sampai kamu menyatiki Mutiara, melihatnya mama jadi teringat adikmu yang lama pergi. Dengan adanya Mutiara di sini, bagi mama ibarat menghadirkan lagi sosok Almira, adikmu yang telah hilang dari sisi kita semua." Mama Siska tidak bisa sembunyikan kaca dalam kedua matanya. Suara bergetar setiap kali mereka membahas tentang Almira.
Zaidan selalu disengat rasa bersalah yang hebat dalam hati, setiap kali nama Almira dibahas. Adik kecilnya itu menghilang delapan belas tahun lalu saat masih berusia dua tahun. Almira adalah adik Zaid satu-satunya, yang karena kelalaiannya menjaga sang adik, mereka harus menahan sedih berkepanjangan. Almira hilang diculik oleh orang tak dikenal saat Zaidan mengajak adik perempuannya itu bermain di sekitar taman dekat rumah lama mereka.
Waktu itu Zaid yang berusia tujuh tahun, sedang sang adik baru berusia kurang dari dua tahun. Tanpa sepengetahuan sang mama, Zaid kecil membawa adiknya keluar rumah. Ekor mata Zaid mengamati penjual balon warna-warni yang melintas. Zaid mengejar penjual tersebut dengan membawa sang adik.
Sampai pada penjual, Zaid lupa jika dia tidak membawa uang sama sekali. Zaid menitipkan sang adik pada penjual, sedang dia berlari kembali ke rumah, berniat mengambil uang. Naas, saat kembali lagi, penjual balon beserta sang adik sudah raib. Zaid menangis tanpa henti, pun dengan mamanya yang langsung shock.
Butuh waktu yang tidak sebentar untuk menyembuhkan trauma yang dialami sang mama. Makanya sampai saat ini Zaid masih sangat merasa bersalah. Dia berjanji akan melakukan apapun yang diminta sang mama, agar tidak ada lagi gurat sedih atau kecewa dari mamanya, atau sebagai penebus kesalahan fatal yang pernah dilakukan dulu.Zaid termenung di dalam ruang praktiknya. Pikirannya berkelana pada sosok Khanza. Sedang apa gadis itu saat ini. Jujur dalam hati Zaid sangat merindukan sosok Khanza. Ada rasa sayang yang sangat sulit ditampik oleh hati kecilnya.
Halah! Zaid sendiri tidak paham. Padahal belum lama mengenal Khanza. Sejak gadis itu menemani neneknya yang sakit untuk rutin kontrol ke rumah sakit tempatnya praktik. Jika dikalkulasi, baru sekitar tiga bulan mereka dekat, namun Zaidan merasa ada getar lain yang membuatnya enggan menjauh dari Khanza.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
EspiritualSeluruh Hak Cipta © Dilindungi oleh Allah SWT. Zaidan mencintai Khanza, gadis yang baru dikenalnya beberapa waktu. Entah kenapa ada rasa tak biasa dalam relung hati, seolah Zaidan telah lama mengenal Khanza. Di saat cinta sedang menggebu, Zaid pun...