pengakuan nya 🧒

63 48 6
                                    

Setelah kami dari toko buku kami berjalan menuju parkiran mall untuk pulang, ya toko buku tersebut tepat nya ada di dalam mall. Huh aku sangat lapar di kantin tadi aku hanya memakan cemilan, oh tidak perut ku berbunyi lantas membuat fajar refleks menengok ke arah ku.

Seperti nya fajar tidak sadar ia hanya menengok dan mengambil motor nya untuk pulang, jika ia sadar pasti ia sudah menertawakan ku. Aku benar-benar lapar selama di perjalanan perut ku selalu berbunyi minta di kasih asupan, untung saja sedang di jalan jadi tak terdengar oleh fajar.

Lah kok, fajar tidak mengarah ke rumah ku ia malah berhenti di pinggir jalan persis di dekat tukang pecel lele. ohh mungkin ia mau isi bensin karena pas sekali di samping tukang pecel lele ada tukang bensin eceran juga.

"Cacing perut lu minta asupan, makan dulu"

Aku salah fajar tahu kalau perut ku keroncongan dari tadi, lantas aku malu lalu wajah ku memerah, untung saja fajar sedang memesan makanan jadi ia tidak melihat malu ku.

"Biasa aja si, wajar lagian"

Oh my godness, why???? Selalu saja ke gep sama fajar, wajah merah ku belum pudar karena malu dan fajar juga melihat nya setelah memesan makanan. Sudah lah biarkan saja lagi pula hanya malu keroncongan bukan malu karena kentut.

"Tut....."

Cobaan apa lagi, kali ini kentut ku lepas landas tanpa sinyal Ingin keluar, wajah ku makin memerah setengah mati aduh...
Bagaimana ini, fajar menatap ku sambil ingin menahan tawa. Tapi ekspresi nya berubah lagi menjadi datar hmm aneh dari tadi ia tidak menertawakan ku sama sekali, mau pas keroncongan mau pas kentut.

"Ga makan berapa hari lu?"

"Tadi pagi gua makan ya sori"

"Untung ga bau"

"Diem ah jar"

"Lu malu ya?, Muka lu kayak kepiting rebus"

"Yaiyalah, ga sopan"

"Kan di sini cuma lu Ama gua"

"Emang nya lu sama Abang jualan nya bukan manusia?"

"Abang nya kan masak nya di Sono, kita di sini berdua doang, lu sendiri kan yang bilang kalau sopan harus sama yang lebih tua sedangkan kita setara"

Aku terkejut mendengar penjelasan fajar, kenapa dia mengingat ucapan ku waktu itu padahal saat itu ia asik membaca buku, ku kira ia tak mendengar ocehan ku.

Makanan sudah siap aku tak biasa memakan di pinggir jalan seperti ini huh kenapa ga di mall aja tadi makan nya mana pake tangan lagi aku ga biasa. Aku hanya terdiam masih berfikir makan pakai apa aku? Tak ada sendok, sambil mencari-cari sendok di meja pun tak ada .

"Coba makan ga pake sendok"

"Takut tangan nya pedes kena sambel"

"Gua jamin ga akan"

"Ga bisa"

"Bisa, lu bakal rasain nikmat nya makan ga pake sendok atau garpu"

"Ga bisa ah"

"Yaudah terserah, dari pada perut lu di isi angin terus" ucap fajar yang melanjutkan makan nya

Aduhh, ngeliat fajar makan kayak nya enak deh kayak si karna aku lapar kalau ga lapar juga ga akan enak liat fajar makan. Aku masih berfikir-fikir makan atau tidak masalah nya dari dulu aku tak pernah di ajarin makan pakai tangan dengan orang tua ku.

Aku melihat fajar yang lahap makan
seketika membuat perut ku makin minta di beri asupan, kelenjar ludah ku beraksi
membuat aku semakin ingin melahap makanan itu. Tanpa basa-basi aku langsung menyerbu makanan nya dengan tangan kosong lalu... Fajar tertawa.

Mentari (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang