pilu! 💔

54 44 5
                                    

Bahkan di saat aku masih kebingungan seperti ini, fajar sempat-sempat nya saja meminta tolong untuk menjadi pelatih dia. Bahkan sekarang ia minta setiap pulang sekolah untuk melatihnya olahraga lagi, padahal aku sudah bercerita padanya tentang Shandi.

Seminggu kemudian, bahkan dua Minggu kemudian, dan sampai berbulan-bulan kemudian. Aku masih menunggu Shandi pulang bahkan aku pernah menunggu di depan rumah nya sampai aku tak pulang-pulang ke rumah.

Itu sih saat masih seminggu kemudian Shandi tak ada di rumah, lalu setelah itu aku mulai berfikir positif kalau Shandi baik-baik saja seperti yang di ajarkan fajar. Ia selalu mengingatkan ku pada buku miracle of water nya, bahwa jika air saja dapat merasakan, ia akan mengikuti apa yang di ucapkan seseorang.

Kalau pengharapan atau doa di ucapkan baik maka hasilnya akan membentuk kristal yang cantik, namun sebaliknya jika di beri kata jahat dan kasar. Maka air itu akan berubah menjadi lebih berantakan dari kristal air sebelum di beri kata-kata.

Ya... Menurut ku fajar peduli padaku
karena aku juga baik padanya bukan karena mau baik, tapi kan aku baru baik baru-baru ini sebelumnya aku selalu bertengkar padanya. Sedangkan ia merencanakan agar buku itu jadi milik ku ketika kami ikut seleksi di Bogor, ya.. begitu jadi dia sengaja menghilangkan bukunya sendiri agar aku bisa membeli dan memiliki buku itu sendiri.

Awal aku baca sih, biasa saja hanya tau tapi ya ga ngerti hehe.. lalu fajar menjelaskan buku karangan yang sangat menginspirasi nya itu.

Belakangan ini juga aku jadi lebih sering bersama fajar, walaupun teman-teman ku dan fajar banyak yang tak suka dengan pertemanan terlarang bagi kaum IPA IPS ini. Tapi tetap saja alasan kami untuk berlatih olimpiade nanti, jadi... Mereka agak ngerti sih dikit walaupun masih ada saja hasutan untuk menaikkan harga diri kaumnya.

Aku bersama fajar juga ya.. hanya sekedar belajar bareng, menemani fajar olahraga, saling curhat, kadang sih kalau lagi bored ya muter-muter sekitaran daerah saja. Tapi karena itu aku jadi sedikit bisa lupa dengan perginya Shandi tanpa jejak, tanpa bayang, dan fajar selalu menenangkan agar aku ga kefikiran.

☀️☀️☀️☀️

"Hai jar" sapa mentari.

Sepulang sekolah ini Fajar aneh, ia tak menjawab sapaan ku ia hanya tersenyum, mengambil tas ku, menenteng nya lalu membawa pergi.

"Jar!!! Lu mau kemanain tas gua

"Fajar ihh" teriak mentari sambil berlari mengejar fajar yang sangat cepat berjalan nya.

"Fajar!!"

"Itu tas gua jangan di bawa, kalau ga gua tereakin lu pencuri!"

Fajar hanya diam menghiraukan teriakan mentari.

"Oh oke, kalau itu mau lu!"

"PENCURI!!!!, TOLONGIN ADA PENCURI!"

Suara ku yang kencang langsung membuat para siswa mendatangi ku, dan berlari mengejar fajar yang membawa tas ku. Tapi saking cepat nya fajar berjalan sampai semua orang tak bisa mengejar nya, lalu...

"Lah kak fahri?" Mentari bingung.

Aku melihat fajar membuka pintu mobil kakak ku di sebrang sana, menaruh tas ku lalu kembali lagi menghampiri ku dan melewati lautan siswa yang terdiam heran dengan tingkah laku fajar.

"Pulang sana" suruh fajar yang tiba-tiba matanya membengkak

"Lu apain tas gua?"

"Bisa liat kan tadi?"

Mentari mengangguk, ia mengerti fajar tak melakukan sesuatu pada tasnya.

"Pulang sana, kakak lu dah nunggu"

Mentari (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang