Semua penumpang sudah memasuki pesawat termasuk aku dan fajar, fajar yang tak pernah naik pesawat ini lantas bingung dan terkagum menggeleng kepala melihat isi dalam nya. Bahkan saat aku sudah sampai di kursi sedangkan ia masih terdiam di depan membelakangi pramugari yang sedang menerima tamu penumpang.
Hfft, orang itu Nora sekali bahkan saat semua penumpang sudah siap berada di posisi nya sedangkan ia masih terdiam di dekat pintu. Tanpa basa basi aku hampiri fajar yang masih terbungkam, ku tarik tangan nya yang masih kaku tapi ku ajak ia berjalan cepat menuju kursi.
Seketika ia hempaskan tangan ku dan melotot seakan akan memberi tanda "ini bukan muhrim" hfft aku lupa ia sangat tidak suka seperti itu.
"I'm sorry lupa hehe"
Fajar hanya memberi putaran mata yang sinis lalu duduk di posisi nya sedangkan tas dia? Harus aku juga yang menaruh karena ia tak tahu cara nya hfft. Tapi.... Bagasi kabin ini terlalu tinggi untuk ku akhirnya aku memberi isyarat pada fajar dengan telinga yang di tutupi earphone, untung saja fajar mengerti dan ia yang menaruhnya.
Aku yang sudah tau saat pesawat take off ini membuat kuping berdengung, tanpa basa basi langsung ku keluarkan permen karet lalu mengunyah nya. Fajar pun bingung, karna ia baru pertama kali melihat aku memakan permen karet lalu ia memberi isyarat seperti bertanya apa yang ku lakukan.
Langsung saja ku lepaskan earphone yang menutupi telinga nya itu lalu menjawab.
"Biar ga sakit kuping nya pas take off"
"Ohhh gitu mau dong"
"Nihh, jangan main hp nanti di tegur pramugari, jangan lupa di mode pesawat juga karena nanti ganggu keselamatan"
"Ohh sip"
Aku yang merasa bosan menunggu tujuh jam untuk sampai ke Jepang akhirnya ku putuskan menulis kata-kata yang seperti biasa ku lakukan. Sedangkan fajar??? Hfft dia berlaku seperti bocah kecil yang baru saja mengenali pesawat, ia merasa terkagum melihat kearah jendela yang di lautan awan putih.
Tak hanya itu bahkan ia terus menarik turunkan meja yang berada di belakang kursi penumpang di depan dan membaca baca buku tata cara memakai alat-alat di pesawat jika ada darurat. Lalu ia mencari cari oksigen dan pelampung di sekitaran kursi hffft anak ini tak bisa diam dari tadi.
"Jar! Gausah Nora deh"
"Aduh tar, gua tuh mau jadi pilot masa gua ga boleh penasaran Ama isi isinya"
"Tar, lu udah berapa kali naik pesawat?"
"Sembilan" gadis kecil yang sedang fokus pada buku nya itu menjawab dengan malas.
"Wahhhh, berati gua baru pertama kali dong ini naik pesawat gratis"
"Menurut lu?"
"Gua makin semangat jadi pilot tar, kayaknya nantang banget gitu bawa pesawat"
"Sebenarnya ngendarain pesawat itu gampang jar, tapi cara menghandle nya itu sulit. Kalau kata papa gua jadi pilot itu bukan cuma jadi supir pesawat tapi jadi dokter nya pesawat juga"
"Ohh, jadi ga segampang itu juga ya. Emmm papa lu pilot?"
"Yap, tapi udah pensiun duluan"
"Wawww, kenapa lu baru bilang? Kalau gitu gua bisa Konsul ke papa lu, pensiun duluan kenapa?"
"Karena gua mau lu jadi pilot itu bener- bener murni usaha lu tanpa ada bantuan nanya nanya sama pilotnya langsung walaupun cuma sekedar Konsul. Papa gua pensiun karna lebih milih lanjutin perusahaan kakek gua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari (On Going)
Teen FictionSetiap orang memiliki masalah nya masing-masing tanpa terkecuali pada dua anak jenius yang saling bersaing mendapatkan olimpiade Jepang ini. Mentari, si jenius amnesia yang punya masa lalu dengan seorang yang gila. Dan fajar si jenius yang mampu me...