9. Hal-hal Yang Tidak Diketahui Oleh Orang-orang

3K 304 109
                                    

Sudah 10 hari berlalu sejak Taehyung kembali ke rumahnya sendiri. Sejak awal, Seokjin sudah tahu kalau pria itu berhati dingin, ternyata ia juga benar-benar seseorang yang tidak memperhatikan perasaan orang sama sekali. Bisa-bisanya ia pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu, padahal mereka sudah tinggal bersama selama satu bulan lebih. Benar juga, pasti ia sudah benar-benar tidak tahan berada di rumah yang jelek ini.

Mungkin ia juga sudah menghubungi wanita itu lagi.

Seokjin duduk di kursi taman di bawah bayangan pohon zelkova dan dalam hati menumpahkan segala keluhannya pada Taehyung. Hari itu matahari bersinar cerah di Hwaniwon dan wangi bunga liar tercium dengan kuat.

Ia menatap sekumpulan bunga celandine yang ada di bawah kursi itu dan menyesal karena seharusnya ia mewarnai kuku pria itu dengan bunga pacar air saja sekalian, bukannya dengan bunga ini. Jadi, setiap pria itu melihat kukunya, mungkin ia akan mengingat Seokjin dan meneleponnya lagi.

"Seokjin-ssi?"

"Ah, ya, Sonsaengnim."

Merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya, Seokjin tersentak kaget dan berdiri dari duduknya.

Seokjin segera membungkuk memberi salam kepada pria di hadapannya itu, persis seperti pelayan istana yang segera berlari mendengar suara pangeran yang memanggilnya. Padahal, dalam hati ia sudah berkali-kali mengingatkan dirinya 'jangan bersikap seperti ini, ini namanya penyakit pelayan', namun entah kenapa ia tetap tidak berani menatap mata Jungkook secara langsung.

"Sudah kuduga kau ada di sini. Tapi, bukankah kau sudah berjanji untuk tidak memanggilku Sonsaengnim lagi? Panggil saja aku Jungkook-ssi."

"Baiklah. Hanya saja aku belum terbiasa..."

"Nanti juga lama-lama kau akan terbiasa. Apa pun itu, kalau kau lakukan terus-menerus pasti akan terbiasa. Bahkan kebohongan pun seperti itu. Kalau dilakukan terus, suatu saat pasti akan menjadi kenyataan."

"Tidak juga. Kebohongan ya kebohongan, kenyataan ya kenyataan."

Setelah berkata seperti itu, Seokjin baru sadar. Padahal Jungkook hanya bergurau dengan ucapannya itu, namun Seokjin menanggapinya dengan sangat serius. Benar-benar tidak punya selera humor. Seokjin merasa malu sampai ingin segera menghilang dari tempat itu, namun ternyata Jungkook pun menanggapi ucapannya dengan serius.

"Benar. Kenyataan memang kenyataan. Tapi, Kim Jungkook itu benar-benar namaku." 

"Ah, baiklah."

"Coba panggil namaku. Jungkook-ssi."

"Ya? Ah, iya. Jung... kook-ssi."

Meskipun begitu, tidak mudah bagi Seokjin untuk memanggilnya dengan sebutan 'Jungkook-ssi'. Apa tidak apa-apa orang biasa sepertinya memanggil nama pangerannya seperti itu? Wajah Seokjin memerah dan ia berkata dengan terbata-bata. Sementara, Jungkook menganggukkan kepalanya dengan puas.

"Tadi pagi Profesor Park mencarimu, tapi sepertinya kau tadi sibuk ya?"

"Profesor? Apa katanya hasil cangkokanku salah? Oh iya, aku lupa mencabut milet di sawah!"

Seokjin yang selama ini sibuk memikirkan Taehyung sampai melupakan tugas-tugasnya, mulai mengingat satu per satu pekerjaan yang harus ia lakukan. Sementara, Jungkook tertawa pelan dan menggoyangkan tangannya menyatakan dugaan Seokjin itu salah.

"Bukan, bukan itu. Profesor memberimu penghargaan karena semester ini pun kau rajin sekali membantu di rumah kaca."

"Penghargaan?"

Jungkook kemudian menyodorkan sebuah undangan berwarna hijau dengan hiasan sulaman mawar merah cantik kepada Seokjin.

"Ini undangan festival bunga yang diadakan oleh Kedutaan Prancis. Kau bisa meminum wine gratis dan melihat berbagai bunga juga, mau ikut?"

How To Be Yours | TAEJIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang