BAGIAN 8

526 23 3
                                    

Cepat-cepat Rangga melentingkan tubuhnya ke angkasa dan berputaran beberapa kali. Sementara, Naga Laut meraung keras sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pukulan tingkatan terakhir dari jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali yang dilepaskan Rangga, dan tepat menghantam bagian tengah kepala itu membuat Naga Laut semakin bertambah murka. Bumi jadi berguncang bagai dilanda gempa, saat seluruh tubuh ular naga raksasa itu menggelepar merasakan sakit yang amat sangat pada kepala.
Tampak dari bagian kepala yang terkena pukulan dahsyat Pendekar Rajawali Sakti tadi mengucurkan darah segar. Sementara, Rangga sudah kembali menjejakkan kakinya ringan di tanah.
"Ghraaaugkh...!" Begitu cepatnya Naga Laut melupakan kepala yang retak akibat pukulan dahsyat Pendekar Rajawali Sakti hingga mengeluarkan darah. Dan kini, kembali meluruk deras menyerang pemuda berbaju rompi putih itu. Tapi dengan kecepatan luar biasa sekali, Rangga kembali melesat ke udara. Dan begitu baru saja hendak meluruk melakukan serangan balasan, Naga Laut sudah mendongakkan kepala sambil menyemburkan api dari mulutnya.
"Hup! Hiyaaa...!"
Namun, Rangga sudah lebih cepat lagi melesat ke belakang, hingga semburan api tidak sampai menjilat tubuhnya. Beberapa kali tubuhnya berputaran di udara. Namun begitu hendak menjejakkan kakinya di pasir pantai lagi, mendadak saja Naga Laut mengibaskan ekornya cepat sekali. Hingga....
Wuk! Plak! "Akh...!"
Rangga terpekik keras begitu ekor Naga Laut menyambar tubuhnya. Tak pelak lagi, Pendekar Rajawali Sakti terpental jauh ke belakang. Begitu kerasnya hantaman tadi, hingga beberapa pohon kelapa bertumbangan terlanda tubuh Pendekar Rajawali Sakti. Dan meluncurnya baru berhenti setelah menghantam gundukan batu karang hingga hancur berkeping-keping.
"Ghraaaugkh...!"
"Hup!" Rangga cepat-cepat melenting bangkit berdiri kembali, begitu Naga Laut kembali meluruk deras hendak melumatnya. Bergegas Rangga melompat ke samping, dan kembali melesat hingga melewati tubuh ular naga raksasa itu.
"Hiyaaa...!" Saat berada di udara, Rangga melepaskan satu kibasan tangan kanan mempergunakan jurus Sayap Rajawali Membelah Mega. Dan rupanya kibasan tangannya itu tepat menghantam bagian leher Naga Laut. Akibatnya, ular raksasa itu menggerung dahsyat sambil menggeliatkan tubuhnya.
"Hap! Yeaaah...!" Rangga kembali melenting tinggi-tinggi ke udara, dan kembali meluruk deras sambil melepaskan satu pukulan dahsyat disertai pengerahan tenaga dalam sempurna dari jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali tingkat terakhir. Begitu dahsyatnya jurus itu, sehingga kepalan tangan Pendekar Rajawali Sakti jadi berwarna merah, bagai batang besi terbakar dalam tungku.
"Hiyaaa...!"
Begkh! "Ghraaaugkh...!"
Begitu keras dan cepatnya pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga Naga Laut itu tidak bisa lagi menghindar. Dan binatang raksasa itu meraung dahsyat sambil menggeliatkan tubuhnya. Kembali daerah Pesisir Pantai Utara itu berguncang bagai dilanda gempa yang amat dahsyat, membuat rumah-rumah yang berdiri di sekitarnya berguncang. Bahkan sudah ada beberapa rumah yang kelihatannya hampir runtuh, karena terus-menerus menerima guncangan yang sangat keras dan dahsyat.
"Hup!" Rangga cepat-cepat melompat ke belakang sejauh tiga batang tombak. Dengan punggung tangan, disekanya keringat yang membanjiri leher. Pertarungannya dengan Naga Laut ini benar-benar menguras tenaga. Sudah beberapa kali ular naga raksasa itu terkena pukulan dahsyat yang mengandung pengerahan tenaga dalam sempurna. Tapi tetap saja masih kuat, walaupun meraung keras merasakan kesakitan yang amat sangat.
"Hm, Naga Laut ini benar-benar kuat. Apakah aku harus menggunakan Pedang Pusaka Rajawali Sakti...?" gumam Rangga berbicara sendiri dalam hati.
Sementara itu, Raden Banyu Samodra sudah terbangun dari pingsannya. Tubuhnya langsung menggerinjang bangkit berdiri. Dan dia hampir saja melompat menerjang Naga Laut, kalau saja Paman Ardaga tak segera mencegah. Sedangkan saat itu, Rangga sudah mulai menggenggam gagang pedangnya, walaupun belum tercabut dari warangka di punggung.
"Ghrrr...!" Naga Laut menggereng keras sambil membuka mulut lebar-lebar. Dari dalam mulutnya, menyembur api yang sangat besar dan langsung menghanguskan beberapa batang pohon kelapa yang ada di dekatnya. Kedua bola matanya yang semula berwarna hijau, kini jadi merah membara bagaikan sepasang bola api. Tatapannya begitu tajam pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Ghraaaugkh...!" Sambil meraung dahsyat, Naga Laut kembali meluruk menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Tapi belum juga serangannya sampai, Rangga sudah melentingkan tubuh yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Begitu ringan dan cepat, tahu-tahu Pendekar Rajawali Sakti sudah melambung tinggi di angkasa.
"Hiyaaat...!"
Sret! Cring!
Bagaikan kilat, Rangga meluruk deras sambil mencabut Pedang Pusaka Rajawali Sakti. Seketika itu juga, cahaya biru terang menyemburat menyilaukan mata. Melihat pedang yang berpamor sangat dahsyat tergenggam di tangan lawan, Naga Laut meraung keras. Dan dengan gerakan cepat dihindarinya tebasan pedang bercahaya biru terang itu.
"Hap! Hiyaaa...!"
Begitu menjejakkan kaki di pasir pantai, Rangga kembali melesat sambil mengibaskan pedang dengan cepat sekali. Sinar biru yang memancar dari pedangnya berkelebat begitu cepat, bergulung-gulung bagaikan hendak menggulung tubuh ular naga raksasa itu. Dari gerakan-gerakannya, sudah dapat dipastikan kalau saat itu Rangga mengerahkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma'. Sebuah jurus simpanan yang jarang sekali digunakan, kalau tidak terpaksa.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Gerakan tubuh Rangga begitu cepat, mengimbangi tebasan-tebasan pedangnya. Saking cepatnya, sehingga sulit sekali dilihat. Dan kini, yang terlihat hanya gulungan cahaya biru berkelebat mengurung Naga Laut
"Hup! Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja Pendekar Rajawali Sakti berteriak nyaring. Tubuhnya langsung melenting tinggi ke udara, tepat bersamaan dengan terangkatnya kepala Naga Laut ke atas. Dan pada saat itu juga, pedangnya dikebutkan dengan kecepatan bagai kilat disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna. Begitu cepat serangannya, sehingga sulit sekali diikuti pandangan mata biasa. Tahu-tahu...
Cras! "Aaargkh...!"
Raungan yang begitu keras terdengar dahsyat menggelegar. Tampak Naga Laut menggelepar, membuat seluruh permukaan Pantai Utara ini jadi terguncang hebat bagai dilanda gempa sangat dahsyat. Sementara, terlihat Rangga berputaran di udara beberapa kali, lalu meluruk ke bawah. Kemudian kakinya menjejak tanah berpasir dengan indah dan ringan sekali.
"Ghraaaugkh...!"
"Hap!" Melihat Naga Laut yang sudah terbabat bagian tenggorokannya masih ingin menyerang lagi, cepat-cepat Rangga menempelkan telapak tangan kiri pada Pedang Rajawali Sakti. Lalu digosokkannya pedang itu hingga sampai ke ujung dan kembali bergerak sampai ke pangkalnya.
Saat itu juga, cahaya biru yang memancar dari pedang, berkumpul membentuk bulatan pada bagian ujungnya. Tepat di saat Naga Laut menerjang dengan kecepatan tinggi, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan pedangnya ke depan sambil berteriak keras bagai guntur meledak di angkasa.
"Aji Cakra Buana Sukma! Hiyaaa...!"
Wuk!
Begitu cepatnya Pendekar Rajawali Sakti mengebutkan pedang pusakanya, sehingga membuat bulatan cahaya biru pada ujung pedang langsung terlontar ke depan dengan kecepatan melebihi kilat. Seketika bulatan cahaya biru itu langsung menghantam tubuh Naga Laut keras sekali.
"Ghraaaugkh...!"
"Hih!"
Rangga segera menyilangkan pedang di depan dada. Dan dengan seluruh kekuatan yang ada, dikerahkannya aji 'Cakra Buana Sukma' yang sangat dahsyat. Sinar biru yang memancar dari mata pedangnya semakin banyak menggumpal, menyelimuti seluruh tubuh ular naga raksasa. Tubuh Naga Laut hanya menggeliat-geliat sambil menggerung-gerung dahsyat.
"Edan! Hih! yeaaah...!"
Rangga merasakan adanya kekuatan yang sangat dahsyat menentang aji kesaktiannya. Sehingga, seluruh kekuatannya harus dikerahkan. Dan ini membuat kakinya yang menjejak pasir seketika amblas sampai ke betis. Namun Pendekar Rajawali Sakti tidak sudi menyerah. Aji Cakra Buana Sukma terus dikerahkan, hingga sampai tingkat terakhir. Tampak titik-titik keringat mulai membanjiri seluruh wajah, leher, dan tubuhnya. Pakaian yang dikenakan pun sudah basah oleh keringat.
Pertarungan kali ini benar-benar menguras seluruh kemampuan Pendekar Rajawali Sakti. Sementara, kedua kaki Rangga semakin dalam terbenam ke dalam pasir pantai. Dan sekarang, malah sudah terbenam sampai ke batas lutut. Tapi Pendekar Rajawali Sakti terus mengerahkan seluruh tenaga, untuk mengalahkan Naga Laut.
"Hih! Yeaaah...!"
Brus!
Sambil mengerahkan sisa-sisa tenaga yang masih ada, Rangga menghentakkan tubuhnya hingga melesat ke udara. Dan cepat sekali tubuhnya meluruk deras ke arah Naga Laut yang masih menggeliat-geliat dalam lingkaran cahaya biru yang memancar dari Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!" Sambil berteriak keras menggelegar, Rangga menghentakkan pedangnya ke atas kepala. Dan seketika itu juga, cahaya biru yang memancar tercabut. Namun dengan kecepatan luar biasa, Pendekar Rajawali Sakti mengebutkan pedangnya, tepat terarah ke kepala Naga Laut. Begitu cepat serangannya sehingga Naga Laut tidak sempat lagi menghindar. Dan....
Cras! "Aaargkh...!"
Darah seketika muncrat begitu pedang di tangan Rangga menghantam kepala Naga Laut, tepat di bagian tengah antara kedua matanya. Ular naga raksasa itu menggerung-gerung sambil bergelimpangan. Tubuhnya terus menggeliat-geliat dahsyat, membuat bumi jadi berguncang hebat.
Hap!"
Dengan gerakan indah dan ringan sekali, Rangga kembali menjejakkan kakinya di tanah. Sementara, tangan kanannya langsung bergerak indah memasukkan Pedang Pusaka Rajawali Sakti ke dalam warangka di punggung. Seketika itu juga cahaya biru yang memancar terang jadi lenyap, tepat di saat Pedang Rajawali Sakti kembali tenggelam dalam warangka.
"Haaap...! Yeaaah...!"
Begitu cepat Rangga melakukan beberapa gerakan dengan kedua tangan merapat di depan dada. Gerakannya meliuk-liuk seperti ular. Lalu sambil berteriak keras menggelegar, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua tangan ke depan setelah merentangkan kedua kaki lebar-lebar ke samping, hingga tubuhnya jadi agak rendah.
Seketika itu juga, dari kedua telapak tangannya meluncur sinar biru yang sangat terang hingga menyilaukan mata. Sinar itu meluncur deras melebihi kilat, dan langsung menghantam tubuh Naga Laut yang masih menggeliat-geliat sambil menggerung keras.
Glaaar...!
"Ghraaaugkh...!"
Begitu terdengar ledakan dahsyat menggelegar, terdengar pula raungan keras yang menggetarkan jantung. Tampak kilatan-kilatan bunga api menyebar diiringi memancarnya api yang begitu besar menyelubungi seluruh tubuh Naga Laut. Dan tak berapa lama kemudian....
Blarrr...!
Kembali terdengar ledakan menggelegar yang begitu keras dan dahsyat. Tampak tubuh Naga Laut hancur berkeping-keping, tersebar ke segala penjuru. Saat itu juga, Rangga melompat ke belakang untuk menghindari terpaan serpihan tubuh Naga Laut yang meledak hancur akibat aji kesaktian yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
"Huhhh...!"
Rangga menyeka keringat di lehernya sambil mendengus panjang. Kakinya kemudian ditarik ke belakang beberapa langkah. Pandangannya tak berkedip sedikit pun memperhatikan kepulan asap merah kehijauan yang menggumpal di tempat Naga Laut tadi berada. Dan begitu asap merah kehijauan lenyap....
"Heh...?!" Rangga jadi tersentak kaget.
Ternyata, di tempat tadi Naga Laut berada kini sudah berdiri seorang laki-laki berusia lanjut mengenakan baju jubah panjang berwarna hijau dan memancarkan cahaya terang. Dia berdiri tegak, walaupun usianya sudah sangat lanjut. Pandangannya tertuju lurus pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Aku mengaku kalah, Anak Muda...," kata laki-laki tua berjubah hijau itu agak lirih nada suaranya terdengar.
"Hm...," Rangga menanggapi hanya dengan menggumam kecil.
"Aku berjanji tidak akan muncul lagi, dan mengganggu siapa pun juga," sambungnya masih tetap terdengar lirih.
"Selamanya...?" Rangga ingin menegaskan.
"Tidak. Hanya sampai kau tidak ada lagi di dunia ini," tegas laki-laki tua berjubah hijau jelmaan Naga Laut.
"Apa...?!"
Belum juga keterkejutan Rangga bisa hilang, tiba-tiba saja laki-laki tua jelmaan Naga Hijau itu lenyap, setelah seluruh tubuhnya terlebih dahulu memancarkan sinar terang. Sedikit pun tak ada bekas yang ditinggalkannya. Beberapa saat Rangga masih mematung. Ingin dipastikannya kalau Naga Laut benar-benar telah lenyap.
Kemudian tubuhnya memutar, dan melangkah menghampiri Raden Banyu Samodra yang masih tetap didampingi Paman Ardaga. Dan entah datang dari mana, seekor kuda kini sudah ada di belakang Raden Banyu Samodra. Seekor kuda yang sangat gagah dan bagus. Rangga berhenti melangkah setelah jaraknya tinggal sekitar tiga langkah lagi di depan Raden Banyu Samodra.
"Terima kasih, Gusti Prabu," ucap Raden Banyu Samodra, sebelum Rangga bisa membuka mulut.
Raden Banyu Samodra langsung menyodorkan tangannya dengan sikap tubuh agak membungkuk, seperti sedang memberi hormat pada Pendekar Rajawali Sakti. Dan uluran tangan ini tidak bisa lagi ditolak. Rangga segera menyambutnya, membuat kedua pemuda itu berjabatan tangan erat sekali.
"Izinkan aku pergi sekarang untuk mengabarkan kegembiraan ini pada rakyat ku, Gusti Prabu," ujar Raden Banyu Samodra berpamitan.
"Pergilah," sahut Rangga.
"Terima kasih." Raden Banyu Samodra langsung saja melompat naik ke punggung kudanya. Dan sekali hentak saja, kuda itu sudah melesat kencang bagai anak panah terlepas dari busur.
Sementara Rangga dan Paman Ardaga berdiri berdampingan memandangi kepergian Raden Banyu Samodra sampai lenyap tak terlihat lagi. Tak ada dendam lagi yang tertanam di hati penduduk desa nelayan di Pesisir Pantai Utara. Mereka semua menyadari, perbuatan Raden Banyu Samodra semata-mata karena terpaksa. Mungkin kalau hal ini dihadapkan pada mereka, bisa jadi mereka juga akan melakukan tindakan yang sama dengan Raden Banyu Samodra.

***

TAMAT

77. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Naga LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang