BAGIAN 5

450 20 0
                                    

Tepat seperti perhitungan Paman Ardaga, setelah menempuh perjalanan panjang selama tiga hari tiga malam, Layung Sari dan Andari baru tiba di Istana Kerajaan Karang Setra. Kedua gadis dari desa nelayan di Pesisir Pantai Utara itu langsung diterima Danupaksi. Kemudian Layung Sari menceritakan semua peristiwa yang terjadi di desanya, setelah diterima orang kedua Karang Setra.
Setelah mendengar semua cerita tentang keadaan yang terjadi di desa nelayan itu, Danupaksi segera menyampaikannya pada Rangga. Dan saat ini, Rangga memang kebetulan berada di istana, dan sedang bercengkerama bersama Pandan Wangi dan Cempaka di taman keputren belakang istana. Pendekar Rajawali Sakti yang mendapat laporan dari adik tirinya, bergegas menemui Layung Sari dan Andari di ruangan Bangsal Pendopo Agung. Cempaka dan Pandan Wangi tidak ketinggalan mendampinginya.
"Semua yang kalian ceritakan sudah kudengar dari Danupaksi. Hm..., sudah berapa lama berlangsung?" Rangga yang juga Raja Karang Setra langsung membuka suara, begitu duduk di singgasana.
"Lebih dari satu purnama, Gusti Prabu," sahut Layung Sari dengan sikap begitu hormat.
"Satu Purnama...? Kenapa baru datang ke sini?" Tanya Rangga agak terkejut.
"Ampun, Gusti. Kesempatan untuk meninggalkan desa yang tidak ada. Dan lagi, kami khawatir Gusti tidak berada di istana," sahut Layung Sari lagi.
"Hm...," Rangga menggumam perlahan. Pendekar Rajawali Sakti melirik Cempaka, Danupaksi, dan Pandan Wangi yang mendampinginya. Kemudian, pandangannya kembali tertuju pada Layung Sari dan Andari yang duduk bersimpuh di lantai beralaskan permadani berbulu tebal dan halus lembut. Raja Karang Setra yang lebih dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti ini bangkit dari singgasananya sambil menghembuskan napas panjang. Dengan ayunan kaki mantap, dihampirinya kedua gadis dari desa nelayan di Pesisir Pantai Utara itu.
"Bangunlah," pinta Rangga lembut.
"Ampun, Gusti Rangga," ucap Layung Sari sambil memberi sembah dengan merapatkan kedua telapak tangan di depan hidung.
Andari juga mengikuti dengan sikap sama. Setelah Rangga meminta untuk kedua kali, baru kedua gadis itu bangkit berdiri. Sikap mereka begitu hormat. Dan mereka memberi sembah sekali lagi, setelah berdiri dengan tubuh agak membungkuk.
"Cempaka, antarkan mereka ke tempat peristirahatannya," pinta Rangga.
"Baik, Kakang Prabu," sahut Cempaka sambil merapatkan kedua tangannya di depan hidung.
Cempaka langsung mengajak kedua gadis itu meninggalkan Bangsal Pendopo Agung. Sementara, Rangga masih berdiri mematung memandangi gadis-gadis itu sampai lenyap di balik dinding penyekat Sedangkan, Pandan Wangi dan Danupaksi sudah menghampiri, mengapit Pendekar Rajawali Sakti yang saat ini mengenakan pakaian kebesaran seorang raja.
"Kalian berdua tetap di sini," kata Rangga.
"Kakang akan pergi sendiri?" Tanya Pandan Wangi dengan nada suara menyesalkan keinginan Pendekar Rajawali Sakti yang akan pergi sendiri ke Pesisir Pantai Utara.
"Ya! Aku akan datang sendiri ke sana. Dia menginginkan aku sendiri yang datang ke sana," sahut Rangga mantap.
"Tapi...."
Rangga cepat-cepat menggoyangkan tangannya, sehingga memutuskan ucapan Pandan Wangi. Sedangkan Danupaksi hanya diam saja dengan kening agak berkerut. Entah, apa yang sedang dipikirkan adik tiri Pendekar Rajawali Sakti saat ini. Sementara, Rangga sudah melangkah meninggalkan ruangan yang berukuran sangat besar dan megah ini.
Tinggallah Pandan Wangi dan Danupaksi yang masih berada di dalam ruangan. Mereka semua terdiam memandangi Pendekar Rajawali Sakti yang terus melangkah tanpa menoleh lagi menuju bagian belakang istana. Dan pemuda itu lenyap setelah memasuki sebuah lorong yang cukup panjang.
"Bagaimana, Danupaksi...?" ujar Pandan Wangi meminta pendapat Danupaksi mengangkat bahunya sedikit.
Dia tahu bila Rangga sudah mengatakan ingin pergi sendiri, tidak mungkin bisa dibantah lagi. Dan tidak mungkin dia atau siapa pun juga membuntutinya. Hal ini juga sudah diketahui Pandan Wangi yang setiap saat selalu mendampingi Pendekar Rajawali Sakti dalam pengembaraannya, menjalankan tugas sebagai seorang pendekar.
"Aku akan pergi ke sana sendiri," kata Pandan Wangi.
"Jangan, Kak. Bisa celaka kalau tetap pergi diam-diam," cegah Danupaksi.
"Perasaanku tidak enak, Danupaksi."
"Tapi aku percaya, Kakang Rangga pasti bisa mengatasinya sendiri. Lagi pula, Raden Banyu Samodra menghendaki Kakang Rangga sendiri yang datang," kata Danupaksi tetap menghalangi keinginan gadis yang dikenal berjuluk si Kipas Maut.
"Tapi...."
"Sudahlah, Kak. Untuk sekali ini, sebaiknya turuti saja," potong Danupaksi cepat. Pandan Wangi terdiam.
"Ayo, Kak. Sebaiknya temui kedua gadis itu. Barangkali saja ada yang lupa diceritakan," ajak Danupaksi.
Pandan Wangi hanya mengangguk saja. Mereka kemudian bergegas meninggalkan ruangan Bangsal Pendopo Agung, menuju tempat peristirahatan untuk tamu-tamu istana.

77. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Naga LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang