Setelah Sasuke berangkat ke kantor Hinata berjalan menuju kamarnya. Ia membuka lemari bajunya dan melihat apakah ada pakaian yang cocok di kenakan siang nanti untuk interview. Hinata rasa karena ini pertemuan untuk melamar pekerjaan, kesan pertamanya haruslah formal. Itu untuk membuktikan bahwa ia benar-benar serius untuk bekerja.
Hinata mengeluarkan semua pakaian yang ada di lemari. Pakaian yang dimilikinya sekarang tidak banyak karena sebagian sudah ia jual. Oleh karena itu Hinata hanya menemukan beberapa baju santai dan gaun pesta, sedangkan untuk pakaian formal ia tidak memiliknya satupun.
Hinata kembali merapikan pakaiannya ke dalam lemari dan segera berganti pakaian, ia memutuskan akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa potong pakaian formal.
Untuk menjaga keamanan, kini Hinata lebih baik naik kendaraan umum dari pada berjalan melewati jalan pintas itu. Hinata berjalan menuju halte bus dan menaiki bus yang melewati pusat perbelanjaan. Ia masuk ke bus dan menempelkan kartu keanggotaannya. Ia melihat kini kondisi jalanan masih lenggang bahkan udaranya pun sedikit terasa lebih sejuk.
Semilir angin menerbangkan rambutnya yang sengaja tidak diikat. Ketika Hinata mencoba memejamkan matanya, terdengar tanda bahwa bus telah berhenti di depan pusat perbelanjaan.
Berjalan keluar dari bus, terlihat banyak orang berlalu lalang. Ada yang berjalan tergesa, berjalan bergandengan tangan, maupun pasangan muda yang sekedar duduk di depan pusat perbelanjaan.
Setelah memasuki pusat perbelanjaan Hinata memutuskan untuk naik ke lantai 2, disana banyak terdapat berbagai jenis pakaian.
"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pramuniaga mendatangi Hinata dengan senyum ramah di wajahnya.
"Aku membutuhkan beberapa potong pakaian formal, bisakah anda membantu saya mencarinya?"
"Baiklah mari ikuti saya nona."
Hinata mengikuti si pramuniaga, lalu pramuniaga itu membantu Hinata memilih beberapa potong pakaian. Setelah mencobanya di fitting room Hinata memutuskan membeli 2 atasan, satu rok selutut dan celana panjang. Setelah membayar Hinata berencana akan makan siang di mal sebentar.
Menuju ke sebuah restoran makanan Jepang, Hinata memesan satu paket sushi. Saat menunggu pesanan Hinata melihat perempuan dengan rambut mencolok yang membuat matanya sakit. Berusaha mengabaikan tatapan perempuan itu dan berharap berlalu begitu saja, Hinata mengeram kesal saat dilihatnya sakura berjalan ke arahnya. Ck apa maunya perempuan rubah itu.
"Wah Hinata bagaimana kabarmu? Ku dengar kau baru keluar dari rumah sakit." Ucapnya berpura-pura ramah. Hinata benar-benar malas jika harus meladeninya, tapi untungnya pesanan yang di pesan tadi telah tiba. Berusaha fokus pada makanan dan mengabaikan ocehan sakura. Terlihat sakura sepertinya mulai kesal karena hinata abaikan.
"Hinata kenapa kau mengabaikanku? Bukankah kita ini teman? Aku benar-benar khawatir."
"Aku baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu. Oh ya aku ingin memberi tahumu kalau nanti malam Sasuke mungkin tidak akan pulang, sepertinya dia akan makan malam dengan seseorang. Jadi kau tidak perlu khawatir."
Hinata menatap sakura sebentar dan mencibir dalam hatinya. Memangnya ia tidak tahu akal perempuan licik ini, jika memang sakura benar-benar tidak ingin membuatnya khawatir sakura seharusnya tidak mengatakan itu. Jika dia masih Hinata yang dulu, ia mungkin akan cemas memikirkan Sasuke akan makan dengan siapa sehingga memberondong sasuke dengan berbagai pertanyaan dan berakhir bertengkar dengannya. Namun karena ia telah melewati kehidupan ini dimasa lalu, kini hinata tahu Sasuke hanya akan makan malam biasa dengan pihak perusahaan.
"Hn aku tahu." Mendengar reaksi yang tak biasa dari Hinata membuat sakura terkejut. Ini bukan reaksi yang diharapkannya. Ia berharap Hinata akan curiga dan berakhir bertengkar dengan Sasuke, namun mengapa kini Hinata malah bersikap seolah tak peduli. Ada apa ini?
"Ah kalau begitu aku permisi dulu hinata, masih ada sesuatu yang harus aku lakukan."
"Silahkan."
Setelah kepergian sakura, Hinata menghela nafas lega dan melanjutkan acara makannya.
******
Hinata memilih memakai kemeja cream dan rok hitam selutut untuk bertemu Gaara. Rambutnya ia ikat ponytail. Hinata membawa beberapa hal yang ia butuhkan untuk melamar pekerjaan.
Gaara mengajaknya bertemu di restoran stik dekat pusat kota. Hinata tiba 10 menit lebih awal dari waktu yang disepakati. Setelah merapikan diri Hinata menuju meja resepsionis dan bertanya meja atas nama sabaku Gaara. Setelahnya Hinata diantar oleh seorang pelayan menuju tempat yang sudah dipesan.
Saat tiba di sana ternyata Gaara beli tiba, Hinata menghela nafas lega. Hinata memesan jus mangga sembari menunggu kedatangan Gaara. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Gaara tiba.
"Maaf aku terlambat." Ucap Gaara sembari duduk dihadapan Hinata.
"Tidak masalah, akupun baru tiba." Hinata memberikan senyum sopannya pada gaara.
"Apa kau sudah memesan?"
"Ya."
"Pelayan, aku pesan jus semangka."
"Baik tuan."
"Ini adalah CV dan beberapa sertifikat yang aku terima selama masa perkuliahan." Hinata menyerahkan beberapa sertifikat yang dimilikinya pada gaara.
Terlihat Gaara membaca CV milik Hinata.
"Apa kau bisa membuat gambar karakter game?"
"Ya aku bisa, kebetulan aku lulusan mahasiswa seni."
"Yah kau tau perusahaanku juga sedang mencoba membuat aplikasi yang dapat memudahkan masyarakat, apakah kau memiliki pendapat mengenai itu?"
"Kurasa dimasa depan manusia akan semakin sibuk, tentu saja terkadang beberapa orang akan kesulitan memiliki waktu luang untuk berbelanja. Jika kita bisa membuat suatu aplikasi yang memudahkan masyarakat dalam membeli kebutuhan, itu akan menjadi prospek yang menguntungkan kedepannya."
Gaara tersenyum mendengar jawaban Hinata.
"Sebenarnya ada satu hal yang harus kau ketahui. Jika kau bekerja bersamaku kau tidak akan di tempatkan di perusahaan besar. Aku dan beberapa temanku sedang merancang sebuah aplikasi, jadi aku ingin kau ikut bergabung bersama. Jadi apakah kau masih berminat untuk bekerja sama?"
"Tentu saja."
"Baiklah kalau begitu kau bisa mulai bekerja besok. Akan ku kirim alamatnya nanti. Selamat bergabung nona Hyuga." Gaara mengulurkan tangannya sebagai ucapan selamat.
"Terimakasih." Hinata menerima jabatan tangan Gaara.
Tbc.
Aku udah berusaha buat nulis banyak tapi tetep aja nih tulisan mentok disitu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth
Fiksi PenggemarSaat akhir kehidupannya, Hinata putus asa. Semua orang menuduhnya membunuh ibu mertuanya sendiri. Bahkan suaminya pun tak percaya padanya. Harusnya Hinata ingat sedari awal suaminya memang tak pernah mencintainya dan selalu mencintai kekasih masa ke...