Chapter 16

85 7 0
                                    

2 minggu kemudian

Hari hari berjalan dengan tenang tanpa adanya tanda-tanda si pembunuh itu akan beraksi, hingga saat ini si kembar masih menjaga Yena secara sembunyi sembunyi, semenjak hari itu mereka berdua memutuskan untuk selalu menjaga Yena.

Malam ini si kembar merasa lapar Jihoon meminta Woojin untuk memasak. Sesampainya didapur Woojin membuka kulkas dan..... kosong tak ada satupun bahan makanan yang tersisa.

Woojin teringat bahwa kemarin malam teman teman polisi Jisung berkunjung dan Woojin lah yang memasak untuk mereka hingga menghabiskan seluruh bahan makanan.

Dengan terpaksa Woojin mengajak Jihoon untuk makan di luar, sekaligus membeli bahan makanan untuk besok pagi di minimarket.

“Jihoonna malam ini kita makan malam di luar saja, seluruh bahan makanan habis sekalian kita ke minimarket membeli bahan makanan untuk besok, “ ucap Woojin sambil memakai jaketnya. Ingin rasanya Jihoon untuk protes tapi kali ini perutnya tidak bisa diajak kerja sama akhirnya ia pun mengangguk setuju.

“Baiklah, ” ucap Jihoon karena sudah kelaparan.

“Kau ingin makan apa?, “ tanya Woojin.
“Eum bolehkah?, ” tanya Jihoon yang dibalas dengan anggukan kepala dari Woojin.

“Asal tidak terlalu jauh dari apartemen, aku malas jika berjalan jauh, ” ucap Woojin.

“Aku ingin makan pangsit, ” ucap Jihoon sambil tersenyum.

“Baiklah, ” ucap Woojin. Mereka berdua pun berjalan menuju ke kedai pangsit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apartemen.

Skip

Kini si kembar dalam perjalan pulang ke apartemen karena ini sudah terlalu malam, ketika melewati taman si kembar mendengar suara teriakan.

“Yak! Kau dengar itu?, ” tanya Jihoon kepada Woojin yang hanya dibalas dengan anggukan.

“Kita lihat dulu, ” ucap Woojin seraya berlari mencari sumber suara itu meninggalkan Jihoon yang masih mematung. Jihoon yang tersadar bahwa ia sendirian segera berlari menyusul Woojin .

“ Yak! Tunggu aku Chamsae, ” teriak Jihoon .

Begitu sampai si kembar terdiam melihat pemandangan di hadapan mereka, ya mereka baru saja melihat seorang gadis yang sedang dicekik oleh seorang pria yang memakai hoodie hitam.

Jelas terlihat bahwa si korban masih meronta ronta meminta di lepaskan, tanpa basa basi si kembar bergegas untuk menolong gadis tersebut, Jihoon melempari pria berhoodie itu dengan batu. Pria itu menoleh ke arah si kembar dan langsung lari meninggalkan si korban yang masih terbatuk batuk mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin.

Jihoon dengan sigap segera berlari menuju si korban, sedangkan Woojin berlari mengejar si pria berhoodie yang telah mencekik gadis itu.

“Kau baik baik saja?, ” tanya Jihoon cemas.

“Eo?......... kau........, ” ucap Jihoon terkejut setelah melihat si korban, ternyata gadis yang baru saja di cekik itu adalah Yena, sahabat sekaligus gadis yang Jihoon sukai di sekolah. Yena menatap lekat Jihoon dengan mata sembabnya.

“Ji.......Jihoon, ” lirih Yena sambil terisak. Kemudian ia langsung memeluk Jihoon yang masih mematung, Jihoon yang menyadarinya langsung membalas pelukan Yena .

“Hiks........Jihoonna aku takut hiks......, ” isak Yena di pelukan Jihoon.
“Jangan takut kau sudah aman ada aku disini,” ucap Jihoon menenangkan Yena sambil menepuk pelan punggung Yena.

Setelah dirasa Yena mulai tenang dengan perlahan Jihoon mulai menanyakan kejadian yang sebenarnya kepada Yena.

“Yena sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa orang itu ingin membunuhmu?, “ tanya Jihoon Jihoo
“Aku tidak tahu, ” jawab Yena pelan.

“Apa kau mengenal orang itu?, “ tanya Jihoon lagi, Yena menggeleng.

“Kenapa Woojin lama sekali?, ” gumam Jihoon .

Dari kejauhan terlihat Woojin yang berjalan gontai menuju ke arah Jihoon dan Yena dengan wajah yang penuh luka lebam.

“Woojin na .........apa yang terjadi? Kau baik baik saja? Kenapa wajahmu jadi hancur begini?, ” tanya Jihoon dengan hebohnya karena khawatir dengan keadaan Woojin.

“Aku baik, ” jawab Woojin singkat, begitu ia menoleh Woojin melihat Yena yang sedang memegangi kakinya, Woojin terkejut melihat Yena.

“Yena ? Apa yang kau lakukan disini?, ” tanya Woojin.

“Eum sebenarnya gadis yang di cekik tadi itu adalah Yena, ” ucap Jihoon pelan.

“APA?!, “ teriak Woojin.

“Bagaimana? Kau berhasil menangkap orang itu kan?, ” tanya Jihoon, Woojin menggeleng pelan.

“Nanti kujelaskan, ” ucap Woojin lalu berjalan kearah Yena.

“Yena kau baik baik saja?, ” tanya Woojin, Yena hanya mengangguk.

“Ayo pulang kami akan mengantarmu sampai rumah, ” ucap Woojin lembut kepada Yena tapi Yena tidak beranjak dari tempatnya.

“Wae?, ” tanya Jihoon .

“Kakiku terluka orang itu tadi memukulnya dengan keras, ” ucap Yena pelan namun masih bisa di dengar oleh si kembar. Jihoon dengan sigap jongkok dan menyuruh Yena untuk naik ke punggungnya.

“Naiklah akan kupastikan kau selamat sampai rumah, ” ucap Jihoon sambil tersenyum.

Entah mengapa ketika Yena melihat Jihoon tersenyum, hatinya merasa  hangat.

Perlakuan Jihoon kali ini tanpa sadar membuat jantung Yena berdetak kencang, dan jangan lupakan wajahnya yang ikut merona.

“Yak! Choi Yena kau tega membiarkanku jongkok semalaman eoh? Aku juga harus pulang, ” tegur Jihoon.

“Eoh? .... maaf, ” ucap Yena lalu naik ke punggung Jihoon , jujur Yena merasa nyaman berada di dekat Jihoon, punggung Jihoon terasa hangat untuknya.

Setelah sekian lama berjalan akhirnya si kembar sampai di depan rumah Yena. Dengan sigap Woojin menekan bel rumah Yena.

Tak lama kemudian Tuan Choi keluar dan terkejut melihat putrinya yang sedang tertidur di punggung Jihoon dengan keadaan yang sangat kacau. Tuan Choi melirik si kembar penuh selidik seolah meminta penjelasan kepada keduanya.

Nyali si kembar menciut seketika. Namun tak lama kemudian Tuan Choi menghela napas ia mengambil alih tubuh Yena lalu masuk kedalam sambil berucap.

“Kutunggu penjelasan kalian besok di sekolah, dan terima kasih sudah mengantar Yena” ucap Tuan Choi meninggalkan si kembar yang terdiam.

Genius Twin Detective[2Park]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang