Woojin kini berada di sebuah kamar bernuansa abu-hitam. Perlahan kedua mata yang terpejam itu terbuka dan melihat ke sekeliling ruangan. Woojin tak tau dimana ia berada sekarang, perlahan ia duduk namun kepalanya terasa pusing. Seingatnya kemarin ia hanya mengantar Yoojung lalu pulang ke rumah. Tiba - tiba ia teringat bahwa ada seseorang yang menyuntikkan sesuatu di lehernya hingga ia pingsan, ia pun segera keluar dari kamar itu dan hendak kabur, namun sialnya ia malah tersandung dan jatuh.
"Aduh! Akh sakit sekali." Rintih Woojin.
"Sedang apa kau?"
Sebuah suara terdengar yang berhasil membuat Woojin terjungkal karena terkejut. Ia pun menoleh untuk melihat nya."Dongho Ssaem? Sedang apa anda disini?" Tanya Woojin.
"Ini rumahku, kau sendiri sedang apa? Menyelinap seperti pencuri." Ucap Dongho
"Aneh sekali seingatku semalam ada yang menculikku tapi sekarang aku malah ada disini." Gumam Woojin.
Dongho yang mendengar Woojin hanya terkekeh.
"Aku yang membawamu kesini." Ucap Dongho dengan santai, Woojin yang mendengarnya langsung menoleh.
"Maksudnya?" Tanya Woojin tak paham.
"Astaga kau ini murid terpintar tapi masih tidak mengerti situasi yaa, benar, aku, aku yang menculikmu semalam." Ucap Dongho kesal.
"APA?! Kenapa harus menculikku?! Ssaem kan bisa bilang baik baik, aku pasti akan langsung ikut jika Ssaem yang memintanya, tidak perlu sampai sejauh itu kan." Rengek Woojin.
"Ayah pasti khawatir." Gumam Woojin pelan.
Dongho yang melihat tingkah Woojin hanya sweetdrop ia terkejut melihat Woojin yang selalu cool di sekolah kini merengek seperti anak kecil yang tidak di beri lolipop.
"Yak! Kau sudah 17 tahun jangan merengek seperti bayi, aku sudah bilang pada ayahmu kalau kau menginap disini." Jelas Dongho.
"Hah? Jadi ayah sudah tau?" Tanya Woojin, Dongho hanya menghela nafas, namun ia tiba-tiba terpikir sesuatu.
" Kau...... Kau tidak berpikir aku menculikmu untuk meminta uang tebusan kepada ayahmu kan?" Tanya Dongho penuh selidik.
"Iya." Ucap Woojin tanpa ragu, membuat Dongho menjadi kesal.
"Wah kau benar benar..."Ucap Dongho ia tak habis pikir dengan tingkah laku Woojin.
" Kali ini kau benar-benar mengejutkanku anak muda, wah..." Ucap Dongho frustasi.
"Eiy sudah basa-basinya kenapa ssaem membawaku kesini? Tidak mungkin jika hanya ingin menanyakan tentang tugas sekolah kan?" Tanya Woojin, Dongho hanya menghela nafas.
"Ah benar juga saya memiliki beberapa pertanyaan yang sebaiknya ssaem jawab dengan jujur." Tambah Woojin, Dongho terkejut mendengarnya.
"Apa itu? Ah tunggu sebentar biarkan aku bertanya duluan." Ucap Dongho.
"Hmm? Tentang apa?" Tanya Woojin.
"Kejadian malam itu." Ucap Dongho, seketika Woojin diam ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Jangan khawatir aku tidak bilang kepada siapapun tentang kejadian itu termasuk pada Jihoon. Karena....aku harus memastikan suatu hal dulu denganmu ssaem." Ucap Woojin mulai serius, Dongho hanya mengernyitkan keningnya tanda tanya.
"Apa itu?" Tanya Dongho.
"Pertama... Kenapa ssaem menyerang Yena malam itu?" Tanya Woojin.
"Wae? Kau menyukainya? Choi Yena?" Tanya Dongho balik. Seketika Woojin terkejut dan gugup hingga telinganya pun memerah karena malu.
"Ti... Tidak!" Elak Woojin.
"Melihat reaksimu begitu sudah cukup jelas kalau kau menyukainya, kenapa masih menyangkalnya?" Ucap Dongho, seketika Woojin diam pandangannya terlihat menyendu.
"Jihoon." Jawab Woojin singkat.
"Hah? Kenapa dengan Jihoon?" Tanya Dongho, tiba-tiba ia menyadari sesuatu.
"Maksudmu Jihoon juga menyukai Yena?" Tanya Dongho, Woojin mengangguk membuat Dongho menghela nafas.
"Hah....Yak! Kau itu pria, harusnya kau berjuang menggapai cintamu, bukannya merelakannya begitu saja." Ucap Dongho kesal.
"Kalau itu orang lain mungkin aku bisa, tapi kalau Jihoon... Aku tidak bisa, aku.... Aku.... Tidak bisa merenggut kebahagiaannya, aku tidak pernah melihat Jihoon tersenyum secerah itu ketika bersama ku, tapi saat bersama Yena... Aku bisa melihatnya senyuman yang sudah lama hilang." Ucap Woojin.
"Lalu kau akan menyerah begitu saja? Aigoo ternyata kau tak lebih dari seorang pecundang, membiarkan orang lain mengambil cintamu dengan sangat mudahnya." Ucap Dongho.
" Benar... Aku menyerah untuk Yena, mungkin aku akan menemukan yang lebih baik nanti, dan.... Aku tahu kalau ssaem sedang mengalihkan topik. Cepat katakan kenapa ssaem menyerang Yena?" Ucap Woojin.
"Hehe ketahuan." Ucap Dongho sambil menggaruk belakan kepalanya yang tidak gatal
"Terlalu jelas." Ucap Woojin malas.
"Hmm untuk yang satu itu aku tidak bisa menjawabnya sekarang." Ucap Dongho.
"Kenapa?" Tanya Woojin.
" Tidak... Belum saatnya kau tahu." Jawab Dongho.
"Baiklah kalau begitu, yang kedua... Apakah.... Ssaem adalah pelaku pembunuhan berantai itu?" Tanya Woojin membuat Dongho terkejut bukan main.
"APA!? YAK! Kau gila ya? Mana mungkin aku jadi pelaku pembunuhan berantai itu." Teriak Dongho marah.
"Aku hanya bertanya kenapa ssaem marah? Itu semakin jelas menunjukkan kalau ssaem lah pelakunya." Ucap Woojin tak mau kalah, Dongho mendengus kesal.
"Yak! Manusia mana yang tidak marah jika tiba-tiba dituduh menjadi pelaku pembunuhan berantai eoh!?" Kesal Dongho.
"Eoh?... Benar juga ya." Ucap Woojin.
"Wah... Kau benar-benar...." Kesal Dongho.
"Apa kau benar-benar anaknya boyoung?" Tanya Dongho.
"Eiy tentu saja, memangnya aku anak siapa kalau bukan anak ibuku, Park Boyoung." Ucap Woojin .
"Tapi sikapmu tidak mencerminkan kalau kau benar-benar anak Boyoung." Ucap Dongho.
"Apa!?" Ucap Woojin.
Dan pada akhirnya terjadilah perdebatan yang tidak penting diantara mereka berdua, hingga pada akhirnya sebuah suara menghentikan perdebatan mereka.
"Kalian sedang apa?" Sontak Woojin dan Dongho menoleh ke sumber suara.
"Appa/hyunsik-ah." Ucap mereka bersamaan.
TBC
Hai diriku kembali lagi setelah sekian lama hibernasi wkwk...
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Twin Detective[2Park]
AventuraMenceritakan tentang 2 siswa kembar yang berjuang menyelidiki penyebab kematian sang ibu 12 tahun yang lalu, hingga mereka dihadapkan pada kasus pembunuhan berantai yang sangat berbahaya. Mereka adalah Park Jihoon dan Park Woojin. Mampukah mereka m...