prioritas

8 1 0
                                    

"apa ini sudah duniaku? lalu ini jalanan apa?" rose bingung
tiba2 angin bertiup kencang
sebuah kabut mengelilinginya dengan cepat.
"apa ini? kenapa banyak kabut?, apa aku masih di dunianya?"
'grep' sebuah pelukan langsung di rasakan rose
"apa ini?....kenapa?" rose bingung dengan situasinya
"kau tidak apa apa?" tepat saat kepalanya mengadah ke atas wajah pucat hyungwon langsung di tatapnya
"nggh.. ka..u"
"tenang, aku disini akan melindungimu" hyungwon mengatakan tanpa ekspresi
kabut itu masih mengelilingi mereka dan setelah kabut itu hilang rose dan hyungwon sudah berada di kamar rose sendiri
"tadi itu apa?"
"kau tak perlu tau apa itu" hyungwon dingin
"terimakasih kau sudah mengembalikanku ke dunia ini, ku pikir aku akan terjebak disana selamanya, karena tiba2 kau menghilang"
"sudahlah, ku pergi dulu" hyungwon kini angkuh pada seseoranv yang harusnya dia lindungi
"tunggu" rose memegang baju hyungwon
"wae?"
"ada yang ingin aku tanyakan padamu"
"mwo?"
"kata sepupumu kita harus menghasilkan keturunan agar keseimbangan dunia ini kembali normal"
"sepupuku? siapa?"
"namanya jika tidak salah hm.. tae..ahh taeyong!"
"taeyong? kau... menemuinya?"
"saat kau pergi, aku pingsan dan dia menolongku"
hyungwon kaget dengan pernyataan rose
dia pun langsung mendekati rose dan memeriksanya
"apa dia melukaimu? katakan... eoh?!" hyungwon khawatir
"dia yang merawatku, saat kau pergi banyak vampir di duniamu yang memandangiku dengan tatapan aneh, aku takut dan aku tak sadarkan diri"
"dia... yang aneh" hyungwon lega
"maksudmu?"
"jika kau bertemu dengannya lagi sebaiknya kau menghindarinya, dia tak waras"
"tapi.."
"jangan dengarkan apa yang dia katakan" potong hyungwon
"tapi kau sepupunya, bukankah keluarga tak baik jika saling bermusuhan?"
"keluarga? memang darah kita satu nenek tapi dia hanyalah seorang iblis pelindung"
"maksudmu? apa ada clan lain di dunia ini?"
"dia clan pelindung yang membantu vampir ganas memangsa vampir campuran sepertimu, sebenarnya dia sedang di hukum oleh pemimpin. tapi kenapa kau bisa menemuinya?"
"dia sedang di hukum? tapi dia tidak berada di dalam sel"
"di duniaku, dia di hukum dengan cara yang tak ada di duniamu, dia boleh berkeliaran namun semua clan tau jika dia sedang di hukum, jadi apapun yang dia lakukan pasti akan di anggap salah, bisa di katakan dia sedang di asingkan dari dunia kami"
"astaga, pantas saja... saat kau pergi orang2 di sekitarku memandangiku dengan sinis dan tatapan aneh ku rasa saudaramu sudah ada di belakangku saat itu. aku kira... mereka ingin memakanku atau kehadiranku di dunianya sudah mengganggu mereka"
"clan kami tak seperti yang kau pikirkan, tapi lain kali jangan dekati sepupuku lagi" perintah hyungwon
"kesalahan apa yang dia lakukan sehingga dia di hukum?"
"ini rahasia clan ku, jangan tanyakan apapun lagi ku harap kau bisa mengerti. aku pergi"
"tunggu!"
"apalagi?!" hyungwon sedikit meninggikan nadanya
"kau.. akan pergi begitu saja?"
"maksudmu?"
"kau bilang jika kau adalah pelindungku, kini aku sadar identitas asliku dan kau pergi begitu saja? bagaimana jika ada vampir ganas? aku... takut"
"Aku sudah menempatkan sebuah alarm disini" Hyungwon sambil meletakkan telunjuk tangan kanannya di leher rose.
"Apakah benar2 berfungsi?"
Hyungwon hanya mengangguk.
"Tapi aku masih takut" rose sambil mencoba menarik kemeja hyungwong lagi.
Dan 'cup' bibir hyungwong justru mendarat di leher rose lagi.
Ada getaran tersendiri yang membuat rose kembali mematung.
"Aku sudah mengaktifkannya. Aku pergi" Hyungwon pergi begitu saja dari hadapan rose dan meninggalkan bekas ciuman di lehernya.
"Dasar mesum!!!" Teriak rose dengan kesal setelah cukup lama Hyungwon pergi dari hadapannya.
****
"Sial! Kenapa lehernya harus ku kecup?! Apa aku sudah gila??! Bagaimana jika dia memanggilku? Lalu dia menamparku karena aku...gila!" Hyungwon membatin kesal dan merutuki kebodohannya yang mencium leher rose tanpa sebab dan tanpa sadarnya, "nafsuku... Sudah melebihi batas" lanjutnya lagi dengan membayangkan kejadian tadi tentu saja hanya membayangkannya wajah Hyungwon yang putih pasi menjadi merah merona.
*
rose kembali beraktifitas.
kampusnya kini sedang ramai karena hari ini adalah hari masuknya mahasiswa baru.
rose diam dan duduk di halaman kampusnya.
setelah mata kuliah berakhir dirinya tak tau harus brbuat apa.
semua teman2nya kini sdang mengajar orientasi mahasiswa baru.
rose malas dengan kegiatan seperti itu, namun justru membuatnya semakin bosan.
"apa yang harus ku lakukan? hhfff bosan" rose sambil mencoba tiduran di bangku taman.
namun tiba2 hyungwon datang dan tak di sengaja pula kepala rose terjatuh tepat di paha hyungwon.
"ommo" rose terkejut dan langsung kembali bangun.
"yak.. kau datang kapan? sdari tadi aku sendiri" rose dengan nada sedikit marah.
"maaf" hyungwon
"aku tak memanggilmu. kenapa kau datang?"
"aku juga tak tau kenapa aku seperti di tarik untuk berkeliaran di sekitarmu. apa tadi ada kabut hitam di sekitarmu?" hyungwon penasaran
"tak ada" rose singkat.
"kau tak boleh sendirian, pergilah temui teman2mu"
"temanku sedang sibuk"
"semuanya?"
"ya"
"saat aku tak ada bisakan jika kau bersama seseorang agar vampir ganas tak akan mengincarmu"
"ini tempat umum, mski mereka tak peduli tp jika aku berteriak mereka pasti akan datang padaku"
"tapi kau tak boleh sendirian. aku khawatir"
"aku tidur pun sendirian, jangan menakutiku jika kau tak bisa menjagaku" rose sedikit kesal padahal hyungwon sedang khawatir padanya. mungkin dulu dirinya takut pada hyungwon tapi melihat dari permasalahan, hyungwon tak akan menyakitinya.
"tunggu apa selama ini saat aku tertidur kau diam2 tidur di sampingku?!" rose sambil memikirkan ucapan hyungwon yang tidak memperbolehkan dirinya sendirian.
hyungwon tak bisa menjawab pertanyaan rose.
"yak! jawab!" rose semakin marah
"iya" hyungwon tanpa ekspresi.
"kau! mesum!!" jerit rose kesal.
"tak ada cara lain untuk melindungimu"
"tapi kan kau bisa bertanya dulu padaku! jangan seperti itu kau pikir kau suamiku?! menemaniku tidur setiap malam!!"
"iya memang aku bukan suamimu hari ini, tapi besok tak ada pilihan lain selain menjadikanmu istriku"
rose terdiam.
matanya menurun raut wajahnya berubah dari yang kesal menjadi sedih seketika.
"bagaimana jika aku mencintai laki2 lain?"
"mati."
"aku harus mati??"
"bukan, pria yang kau cintai harus mati"
"mwo?!! kau gila?! dia bahkan tak salah apapun, aku hanya mencintainya! bukan kah belum tentu dia sebaliknya padaku? kenapa dia harus mati?!"
"di cintai oleh gadis yang di takdirkan menjadi istri seorang vampir. kau pikir aku ingin berbagi hati dengan manusia? jangan bercanda. aku ingin kau prioritaskan aku mulai sekarang"
"mwo?! prioritas??! kau pikir hatiku bisa kau rubah semaumu??!"
"aku pun kini hanya memprioritaskan keselamatanmu. apakah salah jika aku minta sebaliknya padamu?" hyungwon memperlihatkan sisi dinginnya lagi.
"kau memang sedang memprioritaskan keselamatanku tapi hatimu apakah juga sedang mengutamakanku?! tidak!! kau masih membayangkan shin ah! kau dan aku di pertemukan karena clan kita yang saling terhubung sejak dulu, bukan karena perasaan atau keinginanmu sendiri. duduk disini bersamaku, menjagaku apa kau senang melakukan itu?!" tanya rose semakin kesal.
"entahlah"
"lihatlah. kau tidak sedang mencintaiku. kau hanya melakukan pekerjaanmu saja. tak lebih" rose sambil kembali bersedih mengingat takdirnya yang terlalu bodoh untuk manusia biasa sepertinya.
-
tapi kadang, aku merasakan getaran yang berbeda. antara kau dan shin ah, apa mungkin karena kau adalah manusia
"pergilah temui temanmu. aku harus pergi" ucapku padanya
"ya sudah pergi sana!"
"aku tak bisa pergi jika kau masih disini sendirian"
"aku akan baik baik saja sana pergi!!" usir rose padaku
aku tak bisa menjawab lagi, aku tak mau jika ucapanku semakin membuatnya kesal dan bersedih.
kami pun terdiam cukup lama.
"kenapa kau tak pergi juga?!"
"aku tak jadi pergi" ucapku
"dasar plinplan"
"memangnya kau mau kemana??!"
"ke perpustakaan"
"mencari tau tentang kita lagi?"
aku hanya mengangguk
"aku ikut" ucapnya
"ini perpustakaan duniaku. bukannya kau takut berada di duniaku?"
"asal ada kau bersamaku aku tak takut. kemarin kan kau marah! kau pergi meninggalkan aku. mana mungkin aku tak takut?! dasar bodoh!" ucapannya semakin hari semakin kasar padaku.
aku hanya menatapnya melihat setiap perubahan sikapnya padaku.
tapi dia langsung menunduk takut lagi.
sungguh manusia ini sangat labil.
"maaf jika aku kasar" ucapnya tiba2
"aku hanya tak ingin terus takut berada di dekatmu"
"kau tak takut lagi padaku tapi kau kasar padaku. kau tau?" ucapku
"aku tau. maaf jika ucapanku melukai hatimu"
"tak apa. aku juga mencoba untuk mengerti"
"ayo. katanya mau keperpustakaan" ucapnya kembali melembut.
manusia ini sungguh membuatku sedikit kesal.

The ClanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang