kth, rinai di matanya

212 39 14
                                    

Hari satu. Pertama kali bertemu denganya. Seharian dibuat mendidih oleh orang-orang pemotretan. Rasa-rasanya belakangan ini tugas seluruh perusahaan aku sendiri yang kerjakan, lalu tanpa perasaan dosa barang setitik aku diminta mencari model untuk edisi bulan depan. Lelaki-bukan-Kaukasoid-yang-wajahnya-sendu-sedih-lelah-tapi-tampan-apalah itu, sialan. Kaki kami sama-sama di bumi Austria tapi aku diminta mencari non-bule yang mau difoto seolah model-model di perusahaan majalah besar ini resign semua atau bagaimana. Hari yang berat, kalau boleh jujur. Pulang dengan perasaan yang berantakan, well, Tuhan sepertinya tidak pernah kehabisan keajaiban. Awalnya sedikit terkejut ketika kudapati darah Asia mengalir di parasnya karena setahuku Vienna belum membuka lebar-lebar pintunya untuk Mongoloid, tapi toh, bunyi cekrek! tetap keluar dari DSLR-ku setelahnya. Bukan bermakud tidak sopan, tapi buatku Tuan itu adalah kesempatan. Eh, tapi, dilihat-lihat lagi, potret ini seperti lukisan, ya?

 Eh, tapi, dilihat-lihat lagi, potret ini seperti lukisan, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Hari dua. Hujan. Lagi. Sudah seminggu terakhir cuaca sedang labil-labilan, sangat menjengkelkan. Kalau mau turun salju, ya turun sekalian, dong. Jangan malah buat jalanan berlanau, boots-ku masih di loteng dan payungku masih dipinjam sama Anne. Sudah hampir separuh jam aku berdiri di selasar toko roti menanti hujan sedikit mengasihani, tapi toh rinai-nya tetap menari-nari. Aih, kenapa belakangan ini semuanya bikin kesal, sih? Mataku sudah menyeramkan begini, yang belum kukerjakan tinggal apa saja, sih? Menerjemahkan artikel Anne, proposal, wawancara, wawancara lagi, ah, model juga belum, ya? Tenggat waktunya hari Jumat ... eh, loh, Tuan yang kemarin! Aduh, pingin kukejar tapi hujannya tidak mau reda barang sebentar. Maaf, ya, Tuan-Mirip-Lukisan, DSLR-ku sedang tidak tahan!

 Maaf, ya, Tuan-Mirip-Lukisan, DSLR-ku sedang tidak tahan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Hari tiga. Kalau saja Anne tutup mulut sialannya siang tadi, notulen rapat yang kukerjakan mati-matian tidak akan kejatuhan. Oke, oke. Ini saat yang tepat untuk memakai giliran satu kali setahun one-day-get-mad-no-talk karena minggu ini sudah sesak tanpa perlu lagi dijejali cakap anginnya. Aku pulang awal hari ini, mentraktir diriku seiris sachetorte dan secangkir teh susu dalam rangka kerja kerasku sendiri. Proposal dan semua wawancara sudah selesai, tidak akan mengerjakan artikel Anne karena aku sedang marah padanya. Jadi ... tugasku tinggal mencari model. Tenggatnya Kamis, besok. Ah, iya, Tuan-Mirip-Lukisan jelas-jelas lelaki yang sedang aku cari. Raut sendu dan matanya yang menyedihkan akan membawaku pada pujian dari satu kantor, tentu saja. Oke, pilihan dibuat, tinggal tunggu kapan ia lewat--sambil berharap orang Asia itu bisa bahasa Inggris. Biasanya aku tidak pernah beruntung, tetapi hari ini manikku menangkap kehadirannya kurang dari lima belas menit aku menunggu. Cekrek.

cerita-cerita yang tak punya tujuan pulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang