knj, andromeda yang seperti kita

153 35 17
                                    

Kalau soal membuat orang mengerdil malu dengan pengetahuannya, Kim Namjoon ada di peringkat pertama. Tentu, bukan maksud hatinya untuk jadi besar kepala, tapi tiap-tiap yang mendengar penjelasan baru darinya pasti pikir Tuan Kim itu jemawa. Sederhananya, kamu hanya meminta dijelaskan tentang dunia, tapi laki-laki itu akan bicara terlalu jauh membahas tata surya. Bukan salahnya, sih, terlahir kepalang pintar. Salahmu saja tumbuh jadi idiot karena tidak pernah belajar. Well, yang jelas adalah kini kamu jadi pacarnya dan kamu harus tanggung semua risikonya.

Kamu datang menemuinya di cafetaria, niatmu membahas soal dosenmu yang menyebalkan luar biasa. Namjoon, tanpa berkutik barang satu senti dari kopinya, tiba-tiba mengajukan pertanyaan soal mekanisme roket seolah ekspedisi keliling angkasa merupakan hal yang wajar dibahas saat makan siang. Melanjutkan kalimat-kalimat retorisnya dengan sesuatu tentang NASA atau semacamnya, satu-satunya yang ada dalam pikiranmu adalah mengapa asparagus warnanya hijau. Merasa tak ada yang menyahuti pikirannya, Namjoon baru melirik eksistensimu saat telah mendingin cokelat hangat di hadapanmu.

Katanya, "Kenapa dari tadi diam?"

Tuhan, dia serius bertanya?

"Malas bicara saja."

Anggukan kamu dapat sebagai jawaban. Mata lelakimu kembali lurus pada kotakan tipis di pangkuan. Niatmu datang ke sini untuk bercerita, jadi kamu melakukannya. Tentang dosen yang bikin marah dan teman-teman yang ajak liburan, tapi Kim Namjoon hanya diam. Tentang rasa takut dan mimpi-mimpi terbesarmu, tapi hanya suara hening yang keluar dari labiumnya.

Kamu kalah bikin candu daripada roket dan NASA-nya.

Namjoon menegakkan kepala. Satu detik yang hina, kamu kira lelaki itu akhirnya mau tanggapi cerita. Tapi, tidak. Yang Namjoon lakukan adalah tunjukkan sebuah foto dari gadgetnya padamu, membuatmu mengerdil lebih kecil lagi karena kamu tidak punya ide sama sekali apa yang akan dibahasnya.

"Tahu, tidak, itu apa?" Namjoon bertanya sambil letakkan ponselnya di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tahu, tidak, itu apa?" Namjoon bertanya sambil letakkan ponselnya di meja.

Kamu habiskan satu menit memikirkan sesuatu yang keren agar jawabanmu tidak terdengar dungu, tapi kamu tidak bisa mengenyahkan pahammu kalau itu adalah pasir pantai. Jadi, kamu katakan dan Namjoon tertawa.

Tentu saja Namjoon tertawa.

Namjoon melanjutkan setelah seka air dari pelupuknya, "Bukan, bukan. Itu bukan pasir pantai. Kalau aku bilang itu adalah Andromeda, kamu percaya?"

Kamu membulat beberapa saat. "Andromeda? Galaksi kita?"

Namjoon terkekeh lantas membenahi duduknya. "Bukan. Galaksi kita Bimasakti. Andromeda itu galaksi tetangga, dua juta tahun cahaya dari tempat kita. Foto ini sebagian darinya, tidakkah menurutmu itu terlihat cantik?"

Kamu mengangguk karena memang itu faktanya. "Iya. Cantik. Bintangnya banyak, ya?"

"Aslinya ada satu triliun, tapi di gambar ini hanya lebih kurang dua miliar. Well, sekalipun terlihat erat, kalaupun kamu sudah secepat cahaya, kamu tetap butuh lima tahun untuk pergi dari bintang satu ke yang lainnya."

"Butuh lima tahun cahaya?"

"Iya. Terlihat sesak, 'kan, padahal sebetulnya penuh kosong."

Kamu lantas menatap ainnya. "Tidakkah menurutmu itu seperti kita?"

"Huh?"

"Terlihat sesak padahal sebetulnya penuh kosong. Terlihat erat padahal butuh lima tahun cahaya."

Kim Namjoon terdiam. Untuk pertama kalinya, giliran Kim Namjoon yang terdiam.

"Tidakkah menurutmu Andromeda itu seperti kita, Kim?"

[ ]

Gak ngerti ngetik apa ...

cerita-cerita yang tak punya tujuan pulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang