🎵FUR-If You Know That I'm Lonely🎵
"Jangan pernah melihat seseorang itu dari raganya tapi lihatlah seseorang itu dari jiwanya."
***
Tujuh tahun yang lalu.
Udara segar bertebaran di mana-mana. Kedinginan fajar menyelimuti permukiman ini, hujan baru saja selesai merintikan rezekinya. Namaku Surya Saepudin, kelak di masa depan akan menjadi bapaknya Alif. Aku tinggal di gubuk sederhana-rumah yang kecil ini. Gubuk ini memang sudah berdiri sejak lama di atas tanah pemerintah, sangking sederhananya kami-orang-orang yang kurang mampu-maka kami membuat permukiman tepat di suatu tempat yang nantinya akan dibuat sebuah taman, yaitu Taman Jomblo atau Taman Pasupati.
Walaupun permukiman ini pernah ditentang oleh masyarakat-masyarakat golongan menengah ke atas. Dengan perdebatan yang kami lalui bersama, entah apa hasilnya, namun orang-orang justru menerima kami yang tinggal di permukiman ini.
Hari ini adalah hari Minggu. Di mana para warga Bandung pasti pergi untuk jalan-jalan di tengah kota. Aku pun harus bersiap diri untuk pergi juga, yaitu ke Car Free Day Dago. Satu-satunya harapanku untuk bertahan hidup ada di sana. Aku hanya berdagang makanan, minuman, ataupun yang lainnya. Wadah untuk menampung berbagai barang yang akan kujual ini khusus dibuat oleh diriku. Mau bagaimana lagi, aku tak mampu untuk membeli yang mewah maupun membuka warung dagangan.
Dengan raga yang belum kuisi asupan karbohidrat ataupun seteguk air kesegaran, namun diriku harus mempertahankan jiwa yang terus membara ini. Tak jauh dari tempatku tinggal, aku harus berjalan kaki untuk pergi ke kawasan tersebut. Orang-orang berlalu lalang, kendaraan memenuhi ruas jalan, maupun para pedagang yang sudah bersiap diri sejak fajar belum terbit pun berharap para pembeli mau membeli dagangannya.
Hari ini terasa berbeda dengan hari yang lainnya. Entah kenapa diriku merasakan sesuatu hal yang membuat jiwa ini merasa khawatir. Berasa hal-hal bersifat ancaman akan datang kepadaku kali ini.
Di saat aku tengah menjajahkan dagangan, aku mendengar densas-densus terkait preman di daerah sini. Anak-anak jalanan lainnya tengah membicarakan mengenai permasalahan preman tersebut. Hatiku tergerak untuk ingin mendapatkan sebuah informasi mengenai preman tersebut juga. Siapa tahu, aku bisa mengawas diri terkait bahaya akan adanya preman tersebut. Kudekati mereka yang sedang berbincang, walaupun aku takut jikalau preman tersebut datang secara tiba-tiba nantinya. Tak ada waktu lagi untuk khawatir, maka sebaiknya aku segera menyelesaikan permasalahan ini. "Permisi, Adek-adek, abang mau bertanya mengenai preman yang Adek-adek bicarakan. Apakah benar preman tersebut ada? Apakah preman tersebut ada di daerah sini sekarang?" tanyaku yang gelisah.
Setelah anak jalanan ini mengidentifikasi diriku supaya percaya kalau aku sama seperti mereka, mereka pun tersenyum kecil dan berkata, "Benar, Bang, preman tersebut sudah menujukkan terkait keberadaan mereka. Kalau soal mereka ada di sini atau tidaknya sih, kami berdua belum mendapatkan infonya, Bang. Tapi biasanya para pedagang yang lain suka memberitahu ke sesama pedagang lainnya terkait preman tersebut." Anak jalanan ini pun menjelaskan kepadaku mengenai preman yang sedang dibicarakan. Mereka juga belum pernah menemui preman yang dimaksud, yang sehingga aku khawatir jikalau preman tersebut ada di daerah sini. "Oh, begitu ya, Dek. Terima kasih banyak atas informasinya," ucapku yang kemudian pamit permisi untuk berdagang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rukmini
General Fiction"Apakah pendidikan itu penting?" Rukmini Mayasari, hanyalah seorang mahasiswi yang sedang mengejar gelar magister sastra Indonesia. Di saat perjalanan pulang, ia bersama suaminya-Andra Dhananjaya-tak sengaja melihat anak-anak yang tinggal di bawah j...