Gunung Atap

45 4 1
                                    

Manusia tidak memiliki takdir yang sama, bagi kita yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan hingga di sebuah universitas sudah sepatutnya mengoptimalkan segalanya. Bukan tentang materi atau tentang orang dalam, sejatinya siapapun bisa menginjakkan kaki disni. Ini hanya tergantung pada apakah kita yakin jika kita bisa, sejauh mana usaha yang sudah kita lakukan, karena jika kita sudah yakin pada usaha yang dilakukan, maka kita pun akan sampai pada hasil yang dicitakan.

***

Satu tahun sudah berlalu dan liburan sudah menanti meskipun sesungguhnya libur untuk mahasiswa hanyalah kepalsuan yang nyata. Tak mengapa, setidaknya kita gunakan waktu yang palsu ini sebaik mungkin dan sepuas hasrat ingin beristirahat. Seperti pria pada umumnya, gunung menjadi tempat yang paling indah untuk dikunjungi. Gunung Atap JaBar. Sudah kami rencanakan jauh hari untuk menginjakkan kaki diatap gunung JaBar dan kini hari itu telah tiba.

"Oy Fi! Nanti kita mau bawa apa aja?"

"Kek biasa aja Bal, yang pasti alat camp"

"Hahaha, ngelawak lo?!. Rincinya maksud gw"

"Ya biasa aja Bal, kek yang baru muncak aja lo"

"Hem... btw si Rizky mana?"

"Dia masih ngerjain tugas ujiannya"

"Gila tuh anak, orang lagi liburan dia masih ngerjain tugas aja"

"Hahaha, lagian suruh siapa milih jurusan arsitek. Gw aja gambar tehnik perspektif dua arah udah give up"

"Haha, iya sih. Eh tapi dulu pas SMA kok kita belajar gambar tehnik ya?"

"Mana gw tahu! Tapi lumayanlah setidaknya ada pengalaman"

Sebelum hari esok menjemput, rebahan adalah hal yang wajib dilakukan. Membiarkan tubuh beristirahat menikmati indahnya jiwa pengangguran. Dan jika esok sudah menjemput, maka raga sudah siap untuk memasang badan diterjang letih dan kucuran keringat bahagia.

***

Gunung Atap Jawa Barat, memang benar keindahannya bukan hanya sekedar cerita belaka. Seperti negara di atas awan yang tersenyum, menyambut kehadiran insan- insan manusia yang masih peduli akan kelestariannya.

***

"Gak kerasa nih hari udah mau malem aja"

"Tapi gw salut sama lu Riz. Semangat banget muncaknya"

"Oh iya dong. Gw sampe rela bergadang beresin tugas demi muncak"

"Lagian lu sih ngapain juga ngerjain tugasnya make deadline"

"Ngomong aja lu kek gini. Gw gak masuk kelas seminggu gara-gara siapa?"

"Gara-gara siapa ya?"

"Si Alfi emang gak tahu diri Ki, haha jahilnya keterlaluan"

"Emang nih, gak tahu diri"

"Hahaha, sorry sayang"

"Hidih.. najis"

"Ki, mending kita shalat magrib dulu yuk!"

"Ehm, si Rizky aja yang diajak, gw kagak"

"Lah emang lu shalat?"

"Cacat"

"Tapi kita beresin dulu tendanya"

"Siap!"

***

Malam diatas ketinggian serasa tangan mencapai pada keindahan angkasa. Terlintas muncul suatu khayalan akan suatu pengandaian jika hati ini sekali saja membuka kesempatan pada seseorang apakah akan lebih baik atau justru sebaliknya?. Ada banyak hal indah yang bisa dilakukan diatas ini, hal yang tak berarti pun menjadi sangat bermakna, lebih merekatkan dan merasa satu padu dalam sebuah irama kebahagiaan, ketenangan, dan kenyamanan.

"Bal, temenin gw yuk!"

"Kemana? Udah malam gini. Si Rizky lagi masak mie"

"Yaelah, ayok! gw kebelet nih"

"Anjir ganggu banget sih"

"Ki, gw tinggal dulu ya"

"Yo, santai aja. Jangan lupa cebok"

"Dikira gw p*up apa! Gw mau BAK"

"Gak peduli"

***

Waktu terus bergulir namun Iqbal dan Alfi belum terlihat juga.

***

Diujung sana sebuah cahaya menghampiri. Rupanya dua makhluk yang tak berguna itu telah datang.

"Emang ya otak makan tahu aja baru beres masak mie pada dateng. Lama amat pak"

"Hehe. Ayo dong bawa makanannya mamih Rizky"

"Najis banget lu. Alay"



Brukk



Makanan terjatuh.

"ki..."

"Makasih loh"

"Anjrit, sorry guys gw kesandung"

"Euh Aing mah mana gak ada lagi haha"

"Jadi gimana guys?"

"Hahaha, yaudah gak makan"

"Anjir gw lapar banget. Tumben banget kita gak bawa banyak"

"iya ya, biasanya Fi lu yang sering bawa cemilan, kenapa? Lagi bokek ya?!"

"Justru itu! Gw udah bawa cuman ketinggalan di depan kosan"

"Ah! Lu ngemil gula aja. Hahaha"

"ha! Makasih"

***

Malam itu kami menghabiskan waktu bersama, saling bertukar cerita dan menertawakan satu sama lain. Memandang tenda gelap berselimut khayal.

"Ki, lu gak mau punya pacar gitu?"

"Gak"

"Bal, lu gak mau punya pacar juga apa?"

"Gini yah guuys, sebenernya gw tuh pernah ketemu cewek dijalan. Dan gak tahu kenapa gw tetiba suka aja tuh sama cewek"

"Anjir demi naon! Bal"

"Cuman gw gak tahu nama dia. Hahaha, orang liat sekilas. Tapi asli imut banget nih cewek"

"Kok gw apes mulu ya, ketemunya cewek model lumba-lumba"

"Hahaha, lagian sih lu tuh kalo mau jadi buaya darat pilih-pilih juga. Si Renata aja du gebet"

"Anjir Ki, gw gak modusin tuh cewek ya! Emang dianya aja bisa liat orang secakep gw"

"Hih.. najis"

"Yaudah sih guys, ntar juga bakal ada cewek yang pas sama kita. Kalo kitanya emang mau nyari haha"

Waktu terus bergulir, matahari kembali menyambut insan- insan manusia yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada secercah cahaya di ufuk sana yang menghias seluruh alam semesta.

Terimakasih Tuhan, terimakasih karena Engkau telah menciptakan harta yang berharga dan tak bisa tergantikan oleh cipta manusia, dan terimakasih karena telah mengirimkan mereka untuk menjadi kawan hidupku dulu, sekarang, dan nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih Tuhan, terimakasih karena Engkau telah menciptakan harta yang berharga dan tak bisa tergantikan oleh cipta manusia, dan terimakasih karena telah mengirimkan mereka untuk menjadi kawan hidupku dulu, sekarang, dan nanti.

IT'S ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang