Bagian (VII)

8 2 0
                                    

Seperti malam hari ini, Sandra mendiamkan dirinya. Tak banyak hal yang dibicarakan. Namun, aura tak bersahabat tengah dirasakan oleh Dion. Tampak air muka Sandra tengah menahan sesuatu yang akan meledak sebentar lagi. Dion tau apa penyebab Sandra menjadi seperti ini. Seharusnya saat ini Sandra berada di Korea Selatan, menikmati masa indahnya bersama teman seangkatan per-Armynya. Namun, apalah daya konser yang seharusnya diadakan dibulan sekarang mendadak batal. Bukan tanpa sebab, tapi dikarenakan  jadwal Dion yang begitu padat dan mengharuskannya berada disamping Dion selalu, keputusan yang ditetapkan oleh pihak agensi sudah final tidak dapat di ganggu gugat lagi. Dion pun berusaha menghibur Sandra, tapi sebagaimana usahanya tak diubris oleh kakak sepupunya. Ia tahu betapa sulitnya membujuk Sandra, jika hal itu berhubungan dengan boyband itu. Maka Dion hanya bisa mengamati Sandra dengan secara diam, agar ia tak memperburuk keadaan.

"Huh" terdengar helaan nafas kasar dari Sandra. Dion hanya diam dan memperhatikan tingkah laku kakaknya itu. "Aku sangat kesal Dion, kenapa sih mereka tidak memberi ku cuti, barangkali tiga hari itu sudah sangat cukup? Ini sungguh menyebalkan" Sandra bertanya dengan nada yang cukup putus asa.

"Sudahlah kak, masih banyak waktu dimasa depan untuk melihat mereka" nasihat Dion tak cukup untuk menyemangati Sandra. Bahkan gadis dewasa tersebut terisak kecil. "Sebaiknya kakak pulang dan istirahat, aku tahu kakak begitu lelah" ujar Dion menenangkan kakaknya yang kini berada dipelukannya.

"Terserah kata mu lah, kau juga penyebab aku tak jadi libur. Pokoknya jangan menemuiku, aku sangat kesal padamu" ujar Sandra yang telah beranjak dari pelukan Dion dan segera pergi. Dion yang mendengarnya hanya memijit pelan kepalanya.

"Kenapa malah aku yang disalahkan atas semua ini? " gumam Dion sembari bersandar pada sofa yang didudukinya.

..._...

Grizelle yang sedang bersandar pada kepala ranjang tempat tidurnya dengan kedua tangan menyilang didepan dadanya, kembali melayangkan tatapan intimidasi kepada seorang gadis didepannya. Sang gadis yang merasa ditatap seperti itu hanya mempout bibirnya dengan begitu lucu. Mungkin untuk orang lain yang melihatnya merasa gemas dengan parasnya yang begitu imut, namun tidak bagi Grizelle. Akhirnya, setelah sekian lama gadis itu meminta maaf pada Grizelle, sekeras apapun Grizelle tetap pada pendiriannya yang penuh dengan keegoan ia pun hanya bisa pasrah.

"Owhhhh, ayolah Griz. Aku minta maaf, ok" lirih gadis itu dengan merapatkan kedua tangannya, tanda meminta maaf dan mimik yang begitu memelas.

"Apakah harus menelpon orang rumah?" pertanyaan Grizelle begitu terkesan dingin.

"Ahh, kau ini. Waktu itu aku sedang panik. Aku tidak tau lagi, harus bagaimana menyikapinya? Dan juga, pada saat itu ibumu menelpon aku. Aku kudu mani otthoke Griz" tuturnya dan sedikit rengekkan.

"Baiklah, jawabanmu aku terima" ucap Grizelle pada akhirnya.

"Owh, kau yang terbaik Griz" gadis itu  mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum manis disaat Grizelle memaafkan kesalahannya. Setidaknya dia bersyukur dengan berdamai pada Grizelle. Bisa mati kepalang dia jika Grizelle tak mau berdamai dengannya, butuh waktu yang sangat panjang untuk meluluhkan hati dingin gadis itu.

"Putri" panggilnya pada gadis yang berada dihadapannya.

"Iya"

"Kau sudah mencari tahu penyebab kecelakaan ku?"

"Sudah, tapi anak buahku masih bekerja keras untuk itu. Kau bisa menunggunya sedikit lagi?"

"Baiklah, aku maklumkan. Ku harap keluarga ku tidak ada yang tau menau tentang faktanya nanti. Aku sudah memberi jawabanku atas kecelakaan ini" ucap Grizelle dengan penuh penekanan. Putri yang mendengarnya hanya mengangguk, tanda memahami. Baik Grizelle ataupun Putri, mereka saling tahu bahwa musuh Grizelle ada dimana-mana. Sedari kecil, Grizelle telah dimusuhi oleh banyak pihak. Bahkan, Grizelle hampir terbunuh jika ia tak salah melangkah. Cukup di masa lalu keluarganya terkena masalah atas segala hal yang terjadi saat itu. Ia tak ingin menambah beban pada keluarganya lagi. Grizelle bertekad bahwa ia harus menyelesaikan sendiri peperangan ini dan membuat musuhnya tunduk dibawah kukungannya.

Bahkan untuk rasa percaya saja pada orang lain, sepertinya sudah tak ada harapan lagi untuk Grizelle. Pernah ia percaya pada orang terdekatnya, tapi yang didapatkan malah pengkhianatan. Mulai dari saat itu, ia tak percaya lagi kepada orang disekitarnya, kecuali keluarganya. Untuk teman, bisa dihitung dengan jari. Arthur atau yang biasa dipanggil R adalah sahabat namun juga sebagai sosok kakak yang begitu melindungi dan menyayanginya. Sedangkan, Putri adalah sahabatnya sekaligus sekretaris dan asistennya. Mereka berdua adalah teman yang tersisa dengan rasa kesetiaan dan ketulusan hati mereka. Walau tanpa disadari oleh siapapun, sosok Grizelle yang tertutup bisa terbuka jika bersama mereka berdua.

..._...

Dion melangkah ke kasurnya yang telah ia idamkan. Langsung saja ia menghempaskan dirinya pada kasur empuknya itu tanpa berganti pakaian lagi. Ia begitu sangat lelah, lihatlah jam sudah menunjukkan pukul 00.56 WIB. Sudah terlalu dini hari ia pulang, setelah seharian ini ia menjalani rutinitasnya sebagai selebriti. Jadwal yang begitu padat sangat menyesakkan bagi ia untuk menjalani harinya. Sulit, tapi entah mengapa ia tetap bertahan jika ia begitu lelah. Kedua mata itu sudah terpejam rapat, pastinya Dion telah masuk ke alam mimpi. Berpikir seperti itu mempermudahkannya untuk terlelap.

Terdengar suara ayam berkokok merdu di pagi hari. Dion yang telah bangun terlebih dahulu, kini tampak sudah rapi dengan pakaiannya. Bahkan sang fajar pun belum keluar lagi. Dion menuruni apartemennya sambil menenteng sebuah sepeda. Niatnya yang tadi ingin lari pagi menjadi tak bergairah lagi, hingga ia menggantinya dengan berkeliling taman menggunakan sepedanya. Pada jam segini orang-orang belum terlalu ramai. Mereka pasti masih setia pada kasur dan meringkuk dibawah lembaran selimut. Maka dari itu, Dion tak begitu terlalu khawatir untuk keluar dan sekedar menghirup udara pagi yang menyegarkan. Walaupun di hari libur seperti ini, tetap saja ia masih bekerja. Tak heran jika dia memanfaatkan waktu yang ada.

Bersambung

Hy, aku kembali setelah sekian lama. Maafkan aku yang updatenya tidak sesuai jadwal. Dikarenakan kehidupan nyataku mengalami banyak hal, jadi aku membuatku frustasi dalam beberapa waktu yang lalu, hingga ide-ide ku luntur seketika. Ku harap kalian yang setia pada Penyihir Merah dapat memakluminya. Terima kasih untuk kalian yang telah mampir ke laman ku

Salam Manis
Leana Ardini

Ladan, 13 Juni 2020

Penyihir Merah (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang