Bagian (II)

20 5 2
                                    

Pohon yang kokoh lama kelamaan akan tumbang dengan sendirinya
Entah diterpa oleh badai atau hancur karena mahluk hidup
Begitupun juga kehidupan manusia

by : Penyihir Merah

       Grizelle menyusuri setiap sudut kota Sydney dengan sendirinya. Mengikuti kemana arah kakinya melangkah. Tak ada niat sebelumnya catatan akan kemana ia hari ini. Langkahnya terhenti saat ia melihat sebuah bangku ditaman itu. Dengan langkah yang anggun ia duduk dibangku yang penuh kerindangan menampilkan kesan yang sejuk dan nyaman. Udara memang sedikit dingin saat ini, walaupun belum siklus untuk musim dingin. Grizelle tak sengaja menatap kearah para gadis didepannya itu. Tampak mereka sedang asyik bercengkerama dengan sesekali tertawa. Grizelle hanya tersenyum tipis, ia merasa iri akan keakraban mereka. Seakan risih dengan keadaan tersebut Grizelle akhirnya pergi menuju kearah mobilnya. Ia pun melajukan mobilnya kearah apartemen barunya. Saat memasuki apartemen Grizelle dikagetkan dengan sosok yang tak ingin tmia temui.

       "Bagaimana kau ada disini? " tanya Grizelle yang bingung karena kehadiran seseorang yang tak diundang.
      
       "Hey, kau. Hahhh... Kau membuatku terkejut" ucapnya sambil memakan cemilan. Grizelle pun duduk disebelah pria tersebut sambil merebut cemilan yang berada ditanggan pria itu.

       "Kau dengan tidak hormatnya memasuki rumahku" kata Grizelle dengan geramnya. "Apakah ada sesuatu sampai kau kesini?" tanya Grizelle lagi.
      
       "Hey, aku sahabatmu. Apa salahnya sih. Sungguh kau adalah teman yang sangat kejam El. Oma menyuruhku menjemputmu" pria itu tampak kesal dengan sahabatnya yang ia anggap sudah seperti adik baginya.

       "Oma? Ada apalagi sekarang, aku malas jika untuk sekedar pulang" Grizelle menanggapinya dengan malas.

       "Owh, ayolah. Come on El. Hmm, oma ingin menjadikan kau sebagai pewaris selanjutnya" ucap pria itu lagi.

       "Kau tahu sendirikan R, aku tak tertarik pada bisnis seperti itu. Lagian juga ada dirimu kn" ucapan Grizelle yang terakhir terdengar sangat mengelikan membuat pria yang bernama Levi Omari Arthur bergidik ngeri.

        "Dasar. Aku masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Lagi pula kau cukup cerdas untuk mengerjakan urusan seperti itu. Aku yakin para klien lain merasa tersaingi. Lagi pula siapa tak mengenal gadis kejam sepertimu. Kau bahkan memiliki julukan penyihir merah dan juga sedang populernya" omel Levi karena ia begitu kesal kepada Grizelle.

       "Kau sepertinya menyukai gosip" tanya Grizelle dengan dinginnya.

       "Hey, aku tak sengaja melihat beritanya. Kau ini yaaa" teriak Levi kesal.

       "Hmmm" Grizelle pun beranjak pergi dan menuju ke arah kamarnya.

                                  ..._...

       "Kau pikir aku tak tahu apa yang telah kau perbuat" ucap sang pria dengan tegas.

        "Ku mohon dengarkan aku sayang" sang gadis sedikit memelas.

       "Apalagi sekarang, kau mau mengatakan apalagi. Sudah cukup atas semuanya, tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semuanya telah jelas, kau selingkuh didepan mataku" teriak pria itu dengan menggemanya.

       "Hiksss" gadis itu menanggis tersedunya. Sedangkan sang pria telah pergi dari rumah tersebut.

       "Cut" teriak sang sutradara. "Hari ini cukup sampai disini, kita lanjutkan besok lagi. Kalian berdua aktingnya sangat bagus. Owh, ya Dion. Kau cukup baik dalam segala genre film" lanjut sang sutradara sedikit memuji para aktornya.

       "Terima kasih. Aku pulang" ucap Dion sedikit berteriak diakhir ucapannya.

       "Tidurlah, nanti akan aku bangunkan jika telah sampai apartemen" Dion yang baru saja memasuki mobilnya disambuti oleh sang manajer.

       "Hmmm" ia hanya menyahuti dengan malas terlihat ia memejamkan matanya.
Khafie Addien Ghalibie adalah seorang aktor yang tengah naik daun. Kesuksesannya mengantarkannya pada dunia entertaiment pada usia yang sangat muda. Berbekali wajah yang tampan nan rupawan ditambah aktingnya yang memukau. Dalam 7 tahun terakhir ini ia menjadi seorang aktor muda kaya yang disejejerkan dengan para aktor senior lainnya. Pendapatannya pun lumayan besar untuk seorang aktor sepertinya. Namun, Dion hanya akan ikut andil dalam dunia perfilman saja dibandingkan teman sebayanya yang sering main sinetron. Mungkin ini yang dikatakan oleh kebanyakan orang tentang dirinya yang sombong dan angkuh. Siapa yang akan peduli akan gosip murahan tersebut. Negara flowers seperti Indonesia ini cukup untuk mencari sensasi, ataupun menjadi sesuatu hal kontroversial maka semuanya akan viral. Dengan begitu semua orang akan terkenal dengan instant, tapi begitu pula mereka tenar seketika akan tenggelam lagi. Yah, siasat seperti itu mungkin banyak orang mengikutinya. Namun, Dion tak akan merendahkan dirinya sendiri untuk sebuah ketenaran dan kepopuleran siapa yang tahu dibalik sikap dingin dan lagaknya yang acuh juga cuek itu ternyata hangat pada para fansnya. Keyakinan fansnya itulah membuat ia disanjung hingga menduduki tingkat yang begitu tinggi saat ini.

       "Kau tak ingin mampir? " tanyanya kepada sang manajer saat mereka telah berada didepan pintu apartemennya.

       "Mungkin tidak untuk malam ini, lain kali saja. Kau istirahatlah. Ku lihat kau terlalu lelah" jawab sang manajernya.

       "Hmm, hati-hati dijalan" Dion memasuki apartemennya setelah ia menanggapi ucapan manajernya.Ia merebahkan dirinya ke kasur, terlihat ia memejamkan matanya. Air mukanya mengatakan ia begitu lelah, setelah seharian penuh ia menjalani aktivitasnya sebagai aktor.
Sinar mentari masuk kecelah sudut ruangannya, terlihat ia begitu terusik. Matanya yang terpejam rapat kini mulai terbuka sedikit demi sedikit. Menampilkan wajah khas orang bangun tidur namun tak melunturkan aura ketampanannya yang begitu menawan. Siapapun yang menyaksikan kejadian ini tentunya mereka pastinya menggila akan rupa pria itu. Dion segera melihat jam diponselnya menunjukkan pukul 06.17 wib. Segera ia menuruni ranjangnya dan menghampiri kamar mandi.
Ponselnya berderi saat ia telah selesai merapikan dirinya.

       "Hallo, moms" ucapnya beberapa saat.

       "..."

       "Owh, baiklah" ia menjawab dengan sangat pelannya.
Dion menuju kearah parkir dan segera memasuki mobil mewahnya. Terlihat ia begitu tergesa-gesa saat membawa mobilnya. Mobilnya melaju membelah jalanan ibukota yang padat dan menyesakkan. Padahal jika dilihat saat ini barulah pukul 08.00 wib. Pantas saja Jakarta menyandang gelar kota sibuk dan termacet sepanjang sejarah. Dion tiba kediaman orang tuanya satu jam kemudian setelah melewati serangkaian peristiwa dijalan. Ia disambut hangat oleh pelayan yang ada dirumahnya. Nampak ibunya telah menunggu di ruang tengah. Seketika ia pun memeluk anaknya itu, mencium setiap inci wajah sang anak. Dion yang mendapatkan ciuman yang bertubi itu pun hanya terkekeh pelan.

      "Mom" ucapnya menahan pundak sang bunda agar tak berulah.

      "Apa? Salahkan mom merindukanmu? " tanya sang ibu.

      "Baiklah" Dion kembali memeluk ibunya dengan erat dan mencium puncak kepala ibunya itu. Sang ibu hanya tersenyum penuh kemenangan.

      "Mana daddy dan Fira? " Dion bertanya lagi kepada ibunya.

      "Fira masih menjemput daddy dan Al dibandara mereka akan segera kemari" ucapan ibunya membuat Dion terdiam.

       "Ada apa nak? Mom minta jika Al disini kau bersikap sedikit baik yaaa" kata ibunya itu membuat Dion menghela nafas dengan pelannya.

       "Maaf, nyonya. Tuan telah tiba" segera saja Dion dan ibunya beranjak keluar rumah untuk menemui sang suami sekaligus ayahnya Dion setelah mendengar ucapan sang pelayan. Seketika itupun Dion hanya diam saat melihat seseorang yang tak ingin ia temui. Ia hanya menyaksikan kebahagian keluarganya bersama sosok itu dan ia seperti orang asing.
***

Bogor, 21 Desember 2019

By : Leana Ardini

Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku yang tak jelas ini.
Semoga kalian suka
Saran & kritiknya aku tunggu
Jgn lupa votenya yaaa

...Selamat Malam...

Penyihir Merah (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang