"Bahkan gue malu bilang putus, padahal gue yang jadi korban."
Abis ngomong gitu Renjun pergi terus gue langsung buntutin dia.
"Jun! Renjun!"
Renjun berhenti.
"Kita balik naik taxi aja oke?" ajak gue yang khawatir.
"Tenang aja Nad. Gue gpp kok."
"Gak. Gamau. Gue gak cuma khawatirin elo tau. Gue juga gamau mati hari ini!" Bentak gue.
But, wait. Dia malah ketawa?
Tiba-tiba dia hadap gue terus megang pundak gue.
Tenang Nadia. Lo gausah baper.
Dia natap gue.
Oh my GOD!
Gue gakuat. Sumpah gakuat.
Please lo gausah senyum Renjun.
Batin gue.
Gak seperti yang gue harapkan, dia malah senyum.
Udah deh, ambyar gue.
"Gue gpp, Nad. Percaya kan?"
Gue cuma melongo aja, terus ngangguk. Dengan ekpresi gue yg skrg gue ngerasa kaya manusia bego.
Syukurnya tadi gk ada kejadian mengerikan di jalan. Tapi gue yakin Renjun lg gk baik baik aja.
Buktinya dia sekarang lg ngelamun di bangku taman. Gue gak berani nanya apapun sama dia.
Sampai akhirnya dia yang buka suara.
"Gue kaya orang bego gak sih?"
Gue cuma noleh, merhatiin dia yang lagi natap kosong ke depan.
"Gue harusnya tau kalau dia gk pernah suka sama gue."
"Apa? Kasian katanya?"
"Haha. Kalau bukan cewe udah gue tonjok kali."
What?
"Emangnya lo mau pacaran ama cowok?"
"Jijik banget. Ew"
"Lagian kan tuh tadi ada cowoknya. Kenapa gak lu tonjok aja dia?"
"Aah gue tau, gk berani kan lu?"
"Bilang aja gk berani. Pake sok sok an mau nonjok Clara segala."
Renjun ngelus dada abis denger ocehan gue.
"Ngapa lu?" tanya gue yang heran.
Renjun ngangkat sebelah sudut bibirnya. Terus nyender di bahu gue.
Oh hati, bersabarlah.
"Gue lupa, kalo lu gk waras."
"Maksud lo?!"
"Ya temen baru putus lo malah ngoceh gk jelas. Emang waras?"
Renjun meringis pas gue cubit perutnya.
"Rasain lo!"
"Sono lu jauh jauh dari gue!"
Gue dorong kepala Renjun sampai dia duduk biasa lagi.
"Emang lu bisa jauh jauh dari gue? Hmm?"
Renjun ngangkat sebelah alisnya sambil nunjukin wajah tengil.
Sialan emang ni bocah. Kenapa coba wajahnya ganteng banget. Suka bikin hati gue kaya naik rollercoaster lagi. Haduuuh lama lama bisa kena serangan jantung lagi.
"Paan sih lo."
"Udah ayo buruan balik."
°°°
"Hati hati. Gausah ngebut. Kalo udah sampe kabarin." ucap gue bertubi-tubi pas udah balikin helm ke Renjun.
"Hmm."
"Gausah mikirin apa apa dulu di jalan."
"Hmm."
"Jangan aneh aneh dulu. Jangan pergi ke tempat gak jelas."
"Hmm."
"Cewek masih banyak, jadi gausah mikirin dia lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYAP PELINDUNG : HUANG RENJUN
Fanfiction"Cinta sesederhana hujan yang jatuh ke bumi, meski terhempas ia akan tetap jatuh." - Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi, Boy Candra Setiap kutipan dalam chapter ini ada di dalam Novel karya Boy Candra yang berjudul "Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi" y...
