5. Setengah Menyadarinya

40 8 11
                                    


"Nadia!"

"Apasi pens pagi pagi, berisik amat. Sakit nih kuping bidadari."

Masih pagi telinga gue udah di uji aja sama Tuhan.

"Lo tau ga Nad?" tanya Febi.

"Tau apasi." jawab gue.

"Jadi, sebenernya gue tuh belum ngerjain PR geografi." Ucap Febi sambil nyengir.

"Gue peduli?" jawab gue lalu nyalain musik lewat airpods.

"Nyontek dong nyet. Lo juga suka nyontek ama gue."

"B. Indo doangan juga."

"Buru lah. Udah mau masuk ni."

"Ambil aja si. Biasanya juga suka nyolong."

"Setan."

Meski ngumpat, Febi dengan santai ngambil buku tugas gue.

"Gada akhlaq emang." ucap gue pelan.

"Nad, ini apaan sih?"
"Nad!"
"Nadianjing!" kata Febi teriak gara2 gue gak denger karna volume musiknya full.

"Apasi tapir." jawab gue kesel.

"Ini apaan anjir! Tulisan kok racek racek gini."

"Iqra milea!"

Setelah itu gue pergi ninggalin dia. Gue emang niat mau ngumpulin tugas seni budaya.

Jalanan sekitar koridor agak licin gara-gara hujan disertai angin semaleman. Karna udah mau masuk jadi gue buru buru jalannya.

Untuk sampai ke ruang guru gue harus jalan nurunin tangga kelas 10. Pas banget di ujung tangga gue kepeleset dan kebetulan ada kak Lucas anak kelas 12 yang nangkap gue.

Guenya baik-baik aja sih. Tapi nasib lukisan gue yang gak baik-baik aja.

Lukisan itu kelempar dan jatuh di pembuangan air. Gatau deh nasib gue ntar gimana.

"Hati-hati. Lo gpp?" tanya kak Lucas setelah gue berdiri dengan benar.

"Gue gpp kok kak. Tapi tugas gue gatau gimana nasibnya." gue ngelirik ke arah jatuhnya tugas gue tadi diikutin kak Lucas terus dia kaya nyerngit gak enak gitu. Padahal ini bukan salah dia sih. Guenya aja yang gk hati-hati.

"Gue minta maaf ya. Gak sengaja." Kata dia dengan nada bersalah.

"Engga kak, bukan kakak kok yang salah. Ini gue aja yang kurang hati-hati." gue senyum tulus.

"Yaudah trs itu tugasnya gimana?" tanya Kak Lucas.

"Pasrah aja deh kak hehe." gue nyengir.

"Yaudah gue duluan kalau gitu." kata kak Lucas yang gue balas dengan anggukkan.

Bertepatan dengan perginya Kak Lucas, Renjun datang bawa tumpukkan buku.

"Ciee anak rajin." kata gue ngeledek Renjun terus ikut jalan bareng dia balik ke kelas.

"Matamu." Renjun senyum kecut.
"Btw ngobrol sama siapa barusan?" tanya dia.

"Oh. Itu tadi kak Lucas. Gue pas turun tadi mau jatuh kebetulan ada dia jadi dia nolongin gue."

Renjun ngangguk-ngangguk.

"Kirain mau ke bawah. Kok balik lagi?" Renjun nanya sambil ngelirik ke arah gue.

"Iya tadinya mau ke ruang guru, ngumpulin tugas seni budaya yang lukisan itu. Tapi lukisannya tadi jatoh ke selokan. Jadi yaudah gak bisa di selamatin." jawab gue sedikit kecewa.

"Deadline nya hari ini?"

Gue ngangguk.

"Lukisannya mana?"

SAYAP PELINDUNG : HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang