Don't Baper, Please!

60 18 2
                                    

Serius benci? Kemakan omongan sendiri baru tau rasa lo!

"Adik?"

"Iya dia adik gua. Ikut gua lo!" Revan menarik kasar Albert keluar dari cafe dengan Resya yang terlihat sedikit ketakutan ikut berjalan di belakang mereka.

Buughh.
Revan menghantam tepat di pelipis Albert, tanpa penolakan apapun. Entah, Albert yang mengakui kesalahannya atau ia sudah...

Ah, entahlah!
Mungkin ia sudah hilang akal.

Iya.
Mungkin itu.
Problematika di dalam keluarga kecilnya saja sudah cukup rumit untuk ia selesaikan. Dan sekarang muncul sebuah fakta mengejutkan bahwa Resya adalah adik Revan, sahabatnya.

"Kak udah! Aku yang salah Kak Rev bukan Kak Al." Penyataan Resya membuat cengkeraman Revan di kera baju Albert mengendur.

"Tapi dia udah nampar lo, Dek." Revan menatap adik satu-satunya dengan tatapan yang semua orang pun tak akan mengerti artinya.

"Aku yang salah Kak. Maaf!"

"Lo gak perlu minta maaf ke gue, Dek."

"Maaf kak Al. Gue gak ada maksud ngomong gitu tadi. Maaf gue tadi kesel banget sama kakak karena gak mau balikin kalung gue," Jelas Resya panjang lebar di depan Revan dan Albert.

"Sorry, gua yang salah."

"Iya Kak."

"Sorry Rev. Gua juga gak tau kalo dia adik lo," ujar Albert berusaha membujuk Revan. Meski Revan juga bersalah karena memukulinya, ia jugalah sang empu permasalahan itu. Lagipula Revan juga sahabatnya. Tak mungkin bisa ia jauh dari sahabatnya. Pasti akan ada yang berbeda ketika itu terjadi.

"Gua kasih maaf. Jangan lo ulang, atau lo bakal masuk rumah sakit," ucap Revan sarkartis.

"Hm. Gua pulang." Albert pergi dari cafe itu. Dan, yups! Rencana busuknya untuk makan bersama Resya gagal total!

Apa? Rencana?
Ini semua telah ia rencanakan? Tidak! Ia juga tak tau apa ini. Tapi, itulah keinginannya. Salahkah?

✓✓✓

"Maafin Resya ya Kak," ucap Resya ketika mobil Revan sudah memasuki garasi rumahnya.

"Gapapa Dek. Al juga salah nampar lo." Revan mengacak-acak rambut Resya gemas.

"Ih, kak Revan kebiasaan deh." Resya mengerucutkan bibirnya layaknya seorang anak kecil yang sedang merajuk marah.

"Kalo sama gue, gapapa gitu. Tapi kalo sama yang lain, terutama sama Al gak boleh," ucap Revan tersenyum singkat sebelum keluar dari mobil.

"Kenapa kak?"
Revan mengedikkan bahunya.

"Kok kak Revan ngeselin sih." Resya kembali memanyunkan bibirnya.

Revan yang melihat tingkah childish adiknya itu, menempelkan pelan telunjuknya ke ujung kerucut bibir Resya.
"Jangan gitu! Gue jadi pengen cium."

"Aish. Dasar mesum!" Resya berusaha mengejar Revan yang sudah lebih dulu berlari menghindarinya.

Revan Vallerino.
Cowok bertalenta yang merupakan kakak kandung dari Resya Vallensia dan sahabat dari Albert Giovansyi Verrone.
Dari dulu, ia sangat menyayangi adiknya terutama setelah Ibundanya meninggal. Ia merasa harus bisa melindungi adik satu-satunya, yakni Resya.
Mulai saat itu, ia menganggap bahwa Resya adalah pelengkap rusuknya yang harus ia jaga. Separuh nafasnya yang harus selalu ada sebagai pasokan oksigen dalam kehidupannya.

ALSYA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang