Prolog

26 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aro menatap lama tumpukan amplop berwarna biru senada di hadapannya. Sambil mengetukkan jari jemarinya sampai menimbulkan bunyi yang seirama. Pikirannya melayang, kembali membayangkan satu wajah yang telah lama tak ia lihat. Satu wajah yang selalu berhasil menghadirkan getar tersendiri di dalam hatinya. Sebelum tatapannya beralih menatap kertas kosong didepannya.

Aro bingung harus menulis apa. Pasalnya, seumur hidupnya ia tak pernah sekalipun menulis surat. Kecuali untuk tugas bahasa indonesia, itupun dulu sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia bingung harus memulai dari mana. Bingung harus menulis apa saja. Pasalnya, ada banyak sekali hal yang ingin Aro tulis dan beritahukan padanya.

Dengan berat Aro menghela nafas. Sebelum akhirnya menjambak rambutnya sendiri. Lalu memejamkan kedua matanya lumayan lama. Membuatnya kembali teringat, satu kalimat yang pernah seseorang itu lontarkan padanya.

"Tinggal bilang apapun yang ingin kamu bilang. Tinggal tulis apapun yang ingin kamu tulis. Dan tinggal lukis apapun yang ingin kamu lukis. Ngapain bingung."

Satu kalimat panjang tanpa jeda yang berhasil membuat Aro tersenyum kecut.

"Andai semudah itu." kata Aro lirih. Sambil kembali menatap selembar kertas kosong didepannya yang belum sedikitpun terkena tinta.

Cukup lama Aro memandangi kertas tersebut. Hingga akhirnya, tangannya dengan pelan mengambil bolpoin dan Aro memberanikan diri untuk mulai menulis sesuatu.

Hai, Ailsa. Apa kabar?







•••

Hai hai hai
Selamat membaca cerita baru aku. Jangan lupa komen dan pencet bintangnya ya.

Xoxo 🤍

ARO DAN SURAT CINTA TANPA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang