2 Tahun Kemudian.
Sebuah pesawat baru saja mendarat di salah satu Bandara besar Seoul, Korea Selatan. Nampak seorang gadis berambut hitam legam dan lurus—Shin Yuna, melepaskan kacamata yang sedari tadi menutupi kedua matanya. Tangan gadis itu perlahan menarik koper, lalu berjalan keluar dari Bandara, gadis itu memasuki salah satu mobil yang tengah terparkir di sana. Selama di perjalanannya menuju ke rumah, Yuna hanya sibuk membaca novel yang sempat ia beli di Amerika. Gadis bermarga Shin itu mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas ternama di sana dan beruntung lah Yuna yang dapat menyelesaikan S1-nya selama kurang lebih 2 tahun. Gadis yang benar-benar sangat menakjubkan.
Disaat masih sibuk dengan kegiatannya, si sopir taksi menginjak rem dengan tiba-tiba. Membuat dahi Yuna terbentur pada jok depan. Yuna yang baru saja akan membuka mulutnya untuk protes, sontak terdiam ketika ia tidak melihat keberadaan si sopir taksi. Yuna pun ikut turun dari mobil, kemudian menghampiri gerombolan orang-orang pejalan kaki yang memenuhi seisi jalanan.
Matanya melebar saat melihat seorang lelaki tergeletak tak sadarkan diri, dengan bercak darah yang memenuhi jas putihnya. Kening Yuna mengerut, sampai pada akhirnya gadis itu menebak jika korban tabrak lari ini adalah seorang dokter dari salah satu rumah sakit ternama Seoul. Rumah sakit yang sama, di mana tempat itu adalah tempat kerja kakak sepupunya.
“Siapa yang menabraknya?” tanya Yuna pada wanita paruh baya yang berada di sampingnya.
“Kami tidak tahu, nona. Pelakunya kabur begitu saja,” jawab wanita itu.
“Paman, ayo kita bawa lelaki ini ke rumah sakit!” putus Yuna.
Korban pun diangkat oleh beberapa orang ke dalam taksi. Mereka meninggalkan tempat kejadian dan secepat mungkin untuk dapat sampai di rumah sakit.
“Bisakah lebih cepat? Sepertinya lelaki ini kehilangan banyak darah,” ungkap Yuna.
Sopir taksi itu pun hanya menganggukkan kepalanya pelan untuk membalas ucapan Yuna. Pada akhirnya, mereka sampai di salah satu rumah sakit, lelaki itu dibawa para perawat ke dalam ruang IGD.
Sementara itu, Yuna menunggu dengan cemas di luar. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, perasaan cemas seperti mengalir di seluruh tubuhnya, pikirannya juga sangat kacau untuk saat ini.Cklek!
“Bagaimana keadaannya?” tanya Yuna cepat, begitu ia melihat sang kakak keluar dari IGD.
Choi Hyejin atau kerap dipanggil Yeji adalah kakak sepupu Yuna. Yeji terlihat tersenyum menanggapi pertanyaan adiknya.
“Dia baik-baik saja, meski kehilangan banyak darah. Namun, dia sudah sadar.” Yuna yang mendengar itu pun tanpa sadar mengusap wajahnya kasar, kemudian menghembuskan napas leganya sembari bersandar di dinding.
“Tidak ingin melihatnya?” tanya Yeji.
Yuna mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Yeji, mereka berdua akhirnya masuk ke ruang rawat lelaki asing yang Yuna selamatkan tadi. Tak lama setelah masuk ke dalam, lelaki yang tadinya terluka parah, kini terlihat baik-baik saja. Bahkan lelaki itu tersenyum manis ke arah Yuna dan Yeji.
“Kau menyelamatkan nyawaku, lagi. Terima kasih,” lirih lelaki itu.
“Sama-sama dokter Choi, seharusnya anda berhati-hati saat menyeberangi jalan,” balas Yeji.
Yuna menatap kakaknya yang kini tersenyum ke arah lelaki yang dipanggil dengan dokter Choi barusan. Tebakannya memang benar, jika lelaki itu memiliki profesi sebagai dokter dan sepertinya ... dokter Choi sangat dihormati oleh kakaknya.
“Dia putra pemilik rumah sakit ini, dokter Choi Soobin dan Dokter, dia adikku Shin Yuna.” Yeji menjelaskan semuanya pada Yuna, karena gadis itu seperti terlihat kebingungan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Away
Fanfiction(Hanya fiksi yang penulis ciptakan) {Belum direvisi} Cover by Wooskie's Hari itu, Shin Yuna seakan tersambar petir di siang bolong, saat dirinya mengetahui sebuah fakta jika lelaki yang ia cintai merupakan tunangan adik sepupunya. Takdir seakan beg...