FD 3: We Same!

144 20 0
                                    

Yeonjun menatap tajam pemandangan di depannya, sosok yang tak ingin ia lihat bahkan sampai dirinya lenyap dari dunia ini, kini justru datang ke tempat yang sama dengannya. Dengan geram kedua tangannya telah mengepal, sampai membuat buku-buku jarinya memutih. Namun, lelaki itu tetap berusaha untuk mengontrol emosinya.

“Tidak kusangka kau akan datang,” sindir Yeonjun.

Lelaki yang tadinya tengah menangis di depan sebuah gundukan, kini menoleh memberikan ekspresi terkejutnya pada Yeonjun, berbeda dengan Yeonjun yang kini menatapnya tajam.

“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu,” balas lelaki itu.

Lelaki itu berdiri, tangannya mengusap sisa-sisa air mata yang telah mengering. Masih setia menatap ke arah Yeonjun, tapi sepertinya respons yang Yeonjun berikan kali ini akan berbeda dari yang sebelumnya.

“Ck, kau sangat naif Choi Soobin!” sarkas Yeonjun.

Soobin baru saja melunturkan senyuman manis dari bibirnya. “Sebenci itukah kau denganku?”

“Aku selalu membenci, pembunuh!” bentak Yeonjun tepat di depan wajah Soobin.

Soobin geram, siapa pun pasti tidak akan mau disebut sebagai pembunuh bukan? Namun, dengan entengnya seorang kakak menyebut adiknya sendiri seorang pembunuh.

Bugh!

Kesabaran Yeonjun telah sampai pada batasnya, rasanya sungguh muak disaat dirinya melihat wajah orang yang telah membunuh Ibunya.

Tidak!

Soobin bukanlah seorang pembunuh, melainkan Yeonjun yang selalu mengatakan jika adiknya adalah seorang pembunuh.

Mendengar keributan di dalam area pemakaman, Lia yang awalnya berada di dalam mobil sontak berlari keluar. Gadis itu memisahkan Yeonjun yang tengah memukuli adiknya habis-habisan.

“Berhenti, dia adikmu!” teriak Lia.

“Dia yang mencari masalah denganku, dia mengatakan jika aku penyebab kematian Ibu. Padahal karena dia Ibu pergi dari dunia ini!” jawab Yeonjun dengan tatapan sayunya.

Deg!

Soobin menatap Yeonjun tidak percaya, sungguh di luar dugaannya jika kakaknya itu akan mengatakan kalimat picik itu kepadanya. Kini Yeonjun baru saja menuduh adiknya, di depan kekasihnya sendiri.

“Kau yang mengatakannya,” lirih Soobin.

Lia yang merupakan gadis polos, kini menatap Soobin tajam, percaya begitu saja dengan apa yang Yeonjun katakan barusan. Gadis itu kemudian menarik tangan kekasihnya untuk pergi dari area pemakaman.
Setelah kepergian sepasang kekasih tadi, Soobin berbaring di samping makam sang Ibu. Pukulan Yeonjun benar-benar membuatnya mati rasa, tapi, untuk saat ini hatinya lah yang lebih sakit. Padahal jika keinginan Soobin terkabul, ia lebih memilih untuk tidak lahir di dunia ini. Dengan itu Ibunya pasti masih hidup dan bahagia dengan Yeonjun serta Ayahnya.

“Kenapa? Kenapa kau selalu menutupi kebohonganmu dengan kebohongan lainnya?” gumam Soobin.

Walau beribu kali maaf yang Soobin lontarkan pada Yeonjun, lelaki itu tidak akan pernah sudi memaafkan adiknya. Soobin sebenarnya sangat menyayangi kakaknya, hanya lelaki itu yang ia punya. Untuk Ayah? Oh, jangan tanyakan tentang hal itu. Tentu saja Ayah mereka sibuk bekerja, tanpa mengetahui apa yang sudah terjadi pada kedua putranya.

Di tempat yang lain, Lia terduduk diam di samping Yeonjun yang masih termenung sembari menatap nanar keluar jendela restoran.

“Kau baik-baik saja?” tanya Lia cemas.

Fade Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang