"Soobin! Choi Soobin! Kau bisa mendengarku? Sadarlah!" teriak Beomgyu, lelaki itu sudah tidak tahan lagi untuk membendung air matanya.
Sementara di sisi lain, ada Yiren yang masih berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat tubuh Yuna dengan pisau lipat yang baru saja ia temukan.
Yuna yang berhasil dibebaskan oleh Yiren, seketika bergegas berlari menuju Soobin yang saat ini tengah sekarat. Mereka berdua pun memapah Soobin untuk turun ke lantai dasar. Namun, suara helikopter tanpa sengaja masuk ke gendang telinga mereka, membuat mereka semua membalikkan badan. Beomgyu tersenyum senang disaat maniknya melihat Jinyoung dan anak buahnya datang dengan cepat untuk membantu, mereka pun akhirnya bergegas membawa Soobin ke rumah sakit.
Suara tangisan Yuna yang begitu keras membuat Beomgyu menatap gadis itu lamat. Lelaki itu menepuk bahu Yuna pelan, berusaha untuk meyakinkan jika Soobin akan baik-baik saja, meski jauh di dalam hatinya, Beomgyu tidak yakin akan semua itu.
"Jinyoung, bagaimana keadaan Yeonjun?" tanya Beomgyu.
Lelaki yang merasa namanya terpanggil, sontak menoleh dan kemudian menggelengkan kepala pelan. "Tanyakan hal itu pada Taehyun,"
Bagai tersambar petir di siang bolong, jika saja bisa Beomgyu ingin menangis sekeras-kerasnya saat ini juga. Soobin maupun Yeonjun, tidak ada satu orang pun yang boleh pergi dari dunia ini. Mereka harus bertahan apapun yang terjadi, karena mereka juga orang yang berhak mendapatkan kebahagiaan dan kebahagiaan itu tidak bisa didapatkan dengan cara yang seperti ini.
Helikopter yang mereka tumpangi pun akhirnya sampai di halaman rumah sakit, para perawat yang sudah bersiap, seketika bergegas membawa Soobin menuju ruang operasi.
"Dokter Choi, kumohon selamatkan Soobin!" pinta Beomgyu pada Yeji.
Soobin kini tengah dioperasi oleh Yeji dan beberapa perawat yang lainnya dan kini lelaki itu tengah berada di antara hidup dan mati. Namun, jika saja Soobin dapat memilih, ia akan memilih untuk mati agar dapat bertemu dengan sang Ibu, mendapatkan kasih sayang yang selama ini belum pernah ia rasakan sama sekali.
“Kak Yeonjun kini pasti tengah bahagia dan aku juga harus bahagia,” ucapnya pelan.
“Tapi tidak denganku,”
Soobin menoleh ke belakang, menatap seorang wanita yang cantik dan begitu mirip dengan Yeonjun. Wanita yang tak lain adalah Ibunya, Choi Yuna. Memang, nama Ibunya sama dengan gadis yang ia cintai.
Yuna mendudukkan diri di samping putra bungsunya, menatap nanar lelaki itu.
“Soobin, kau tidak seharusnya melakukan ini. Apa kau tahu jika kau sudah membuat hati Ibu merasa sedih?” tanya Yuna.
Senyum miris terbit di bibir Soobin, lelaki itu menundukkan kepalanya dalam. Rasanya seperti mimpi saat ia berhasil bertemu dengan Ibu kandungnya, tapi di sisi lain dirinya tahu, caranya mungkin salah.
“Ibu tidak pernah datang ke mimpiku, ini cara terakhir yang dapat aku lakukan,” lirih Soobin.
Setetes buliran bening sukses membasahi pipi mulus milik Yuna, wanita itu kemudian menangkup wajah Soobin dengan tangan kirinya. Hal itu membuat Soobin begitu bahagia, akhirnya ia dapat merasakan kasih sayang dari Yuna secara langsung.
“Ibu tidak ingin melihatmu seperti ini, Soobin. Kau masih memiliki masa depan yang panjang. Jadi, demi Ibu, tolong kembalilah!” teriak Yuna di akhir kalimatnya.
Tangisannya pecah, tubuhnya tumbang pada pelukan Soobin. Mereka saling menyalurkan rasa rindu yang telah terpendam selama puluhan tahun.
“Aku senang bertemu denganmu,” ucap Soobin sembari mengeratkan pelukan mereka.
Yuna yang masih menangis histeris, hanya dapat menganggukkan kepalanya untuk membalas ucapan Soobin. Kini, mereka mulai nyaman satu sama lain. Sebenarnya Yuna bukannya tidak ingin selalu bersama dengan Soobin. Namun, Soobin masih memiliki masa depan yang panjang, lagi pula lelaki itu juga belum berhasil mendapatkan hati kakaknya Yeonjun. Maka, Soobin harus berjuang untuk tetap bertahan hidup, apapun yang terjadi.
“Kau tahu, dulu Yeonjun sangat nakal dan lelaki itu sering membohongiku,” ucap Yuna yang mulai melepaskan pelukan mereka.
“Benarkah? Tapi, sekarang kak Yeonjun sangat dingin pada semua orang. Aku tidak mungkin berhasil,” jawab Soobin.
Yuna menggeleng pelan, tangannya mulai mengusap puncak kepala putranya. “Ibu tidak ingin melihat Soobin putus asa,”
Soobin mengerti akan maksud Ibunya dan dengan terpaksa ia harus melakukannya demi sang Ibu. Puluhan tahun sudah Soobin berjuang agar sampai ke titik ini dan benar, ia tidak boleh menyerah hanya karena Yeonjun bahagia saat melihatnya meninggal dunia.
“Terima kasih Ibu, aku menyayangimu.”
❤❤❤
Suasana hening menyelimuti setiap orang yang berada di depan ruang operasi. Yuna, Beomgyu dan Taehyun tengah menangis histeris sedari tadi. Ketiga orang itu berusahalah merapalkan doa-doa untuk keselamatan Soobin. Sementara itu, Yiren dan Jinyoung hanya dapat menutup bibir mereka rapat, sesekali menenangkan Yuna yang tidak bisa membendung air matanya.
“Kumohon, kembalilah Soobin. Aku mencintaimu, aku mohon bertahanlah!”
Yuna dengan keras berteriak di sana, mengatakan secara terang-terangan jika dirinya mencintai Soobin. Beomgyu yang melihat itu pun sontak berjongkok di depan gadis itu, menggenggam tangan Yuna dengan erat.
“Percayalah padaku, Soobin pasti selamat. Kau harus percaya itu!” tegas Beomgyu.
Yiren yang melihat bagaimana gigihnya Beomgyu saat mengatakan kalimat barusan pada Yuna, membuat hati gadis itu ragu. Beomgyu adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaannya, hal itu yang membuat hatinya merasa sedih saat melihat jika lelaki yang ia cintai, kini hatinya tengah rapuh.
“Jinyoung, bagaimana keadaan Yeonjun?” tanya Yiren.
"Dia masih mengalami koma,” jawab Jinyoung.
Beomgyu yang mendengar itu pun sontak menoleh. Maniknya menatap nanar lelaki di depannya. “Terima kasih, Jinyoung. Kau banyak membantu,”
Anggukan kepala didapatkan oleh Beomgyu, sedetik setelah ucapannya selesai. Dirinya sangat berterima kasih pada Bae Jinyoung, tanpa adanya lelaki itu, mungkin saat ini mereka harus mendapatkan kabar duka tentang meninggalnya Yeonjun dan Soobin.
“Kau boleh pulang sekarang,” ucap Beomgyu kemudian, sebenarnya lelaki itu tidak berniat untuk mengusir Jinyoung, hanya saja Jinyoung mungkin sudah lelah karena kejadian hari ini.
“Aku akan tetap di sini,” jawab Jinyoung.
“Apa kau takut jika kak Sehun akan membunuhmu karena kau meninggalkan kak Suzy di jalanan pagi tadi?” tanya Taehyun yang tiba-tiba menyahut.
“Siapa bilang? Aku tidak takut padanya!” kesal Jinyoung.
“Kalau begitu ya pulang sana!” usir Taehyun.
“Kalian berdua tolong berhenti berdebat!” desis Yiren.
Bibir Jinyoung dan Taehyun seketika tertutup rapat, kedua lelaki itu memilih untuk menyandarkan punggung mereka pada dinding, berusaha untuk tenang kembali.
Tak lama kemudian, Yeji keluar dari ruang operasi. Dengan cepat Yuna berdiri dari duduknya, hatinya tidak sabar untuk menunggu penjelasan tentang keadaan Soobin dari sang kakak.
“Bagaimana dengan operasinya?” tanya Beomgyu cepat.
“Operasinya lancar, hanya saja Dokter Choi mengalami amnesia secara permanen,” jawab Yeji.
Jawaban itu sukses membuat semua orang tercengang, hati mereka mencelos mendapati kenyataan yang pahit itu.
“Dan, mungkin tidak ada satu pun dari kalian yang diingatnya. Bahkan kakaknya sendiri.”TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Away
Fanfiction(Hanya fiksi yang penulis ciptakan) {Belum direvisi} Cover by Wooskie's Hari itu, Shin Yuna seakan tersambar petir di siang bolong, saat dirinya mengetahui sebuah fakta jika lelaki yang ia cintai merupakan tunangan adik sepupunya. Takdir seakan beg...