5. Kagum

42 28 6
                                    

Sesuai dengan permintaan Davin pagi tadi, kini Ayla menunggunya diparkiran, diliriknya jam tangan itu namun Davin tak muncul juga setelah lima belas menit bel berbunyi berlalu

Ayla mulai merasa kesal sendiri ditambah lagi saat ini banyak orang disekelilingnya  yang membicarakannya sampai terdengar ke telinga Ayla, sepertinya kakak kelas

“Eh ngapain dia ada dideket motornya bebeb Davin?”

“Palingan Cuma mau caper”

“Dasar ganjen”

Mungkin begitulah bisikan- bisikan kakak kelas Ayla, memang sih tidak enak didengar, tapi mau bagaimana lagi? Mengertaknya? Oh itu bukan sosok Ayla, atau pergi begitu saja?

Tapi gimana urusannya dengan Davin yang sama sekali belum dibicarakan? ah biarkan saja lebih baik Ayla pergi sekarang ini

Baru saja Ayla ingin melangkah, namun suara seseorang berhasil menghentikannya

“Jangan pergi!” suara Davin mendominasi dirinya untuk tak pergi

“Kenapa kalian lihat- lihat? Pergi sana saja! Merusak suasana saja!” bentak Davin pada cewek- cewek itu

Mungkin jika cewek lain yang berada pada posisi Ayla saat ini, mereka akan merona pipinya ketika dibela sang ketos seperti itu, tapi tidak dengan Ayla, dirinya hanya biasa saja

“Benar kata Kevin, Davin memakai Bahasa baku”- batin Ayla

“Sorry lama, gue ada urusan sebentar tadi” jelas Davin

“Jadi?” tukas Ayla singkat

“Hah?” Davin yang tak mengerti jawaban Ayla hanya bisa memasang wajah bingung

Ayla memutar bola mata malas, “Jadi ngapain nyuruh gue kesini?” jelasnya kemudian

“Oh iya jadi lupa kan, jadi gini, untuk meraih hasil yang maksimal dalam olimpiade bulan depan, gimana kalo misalnya kita belajar bareng setiap hari?” Ujar Davin memasang wajah tenang dan datarnya

Ayla berpikir sejenak. Belajar dengan Davin setiap hari? Lalu bagaimana dengan pekerjaannya? Selain menjadi pelajar seperti anak seusianya, Ayla juga bekerja di sebuah minimarket dekat kompleksnya setiap hari senin sampai sabtu, mengingat hidupnya sebatang kara, mau tidak mau dirinya harus bekerja

“Mungkin kalau setiap hari gue nggak bisa” jawabnya kemudian

“Emangnya lo nggak mau kalo kita bisa mengangkat nama baik sekolah dengan cara memenangkan olimpiade itu? Lagian hadiahnya juga besar, bisa sampai jutaan, mengingat ini tingkat nasional” Davin mengutarakan pendapatnya

Mendengar kalimat Davin barusan membuat Ayla berpikir ulang. Hadiahnya jutaan? Itu berarti jika ia menang, maka uang itu bisa untuk menghidupi dirinya untuk beberapa bulan kedepan

“Gimana kalau setiap istirahat pertama di perpustakaan?” tawar Davin lalu dibalas anggukan singkat dari Ayla

Setelah perbincangan keduanya selesai, Ayla pergi begitu saja, davin mengendikkan bahunya lalu berjalan santai kearah motornya

Davin mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, lalu diinjaklah remnya ketika melihat seorang gadis yang memakai seragam sama dengannya, sosok itu seperti tak  asing baginya

Gadis itu sedang membantu seorang nenek menyebrang jalan yang tak jauh dari sekolahnya, "jarang sekali zaman sekarang ini ada yang peduli sama orang tua"- batinnya

Davin yang melihat itu hanya tersenyum tipis, mengamatinya dari jauh diatas motornya. Begitu kagetnya davin ketika sosok itu membalikkan badannya

Ayla? “Ternyata covernya aja yang judes, tapi hatinya begitu baik” batinnya yang entah keberapa kali karena mengkagumi sosok Ayla.

Dalam hati kecilnya, Davin ingin sekali menawari cewek itu tumpangan daripada harus jalan kaki, tapi mengingat pertemuan pertamanya dengan Ayla digerbang sekolah membuatnya enggan untuk sekedar menawari tumpangan, akhirnya Davin memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.

Ayla sampai dirumahnya. Lelah. Sungguh lelah, bukan hanya raganya, tapi juga batinnya

Rasanya sungguh penat sekali menjalani hari- hari sendiri, tanpa keluarga. Ayla sering sekali iri jika melihat orang seusianya dapat mendapat kasih saying dari kedua orang tuanya, tapi Ayla bisa apa? Mungkin ini sudah takdir hidupnya.

Dibukanya buku diary bersampul hijau tua itu, lalu Ayla melakukan aktivitasnya.

Dear diary,
Aku lelah, sungguh lelah.
Hidup ini keras,
Tuhan memberiku kesempatan untuk bahagia
Bahagia bersama kedua orang tuaku,
Layaknya gadis seusiaku…
Aku tau tujuan Tuhan memberiku ujian ini,
Agar aku kuat kan?
Mungkin saat ini aku masih kuat menjalaninya
Tapi bagaimana jika suatu saat aku menyerah?
Kumohon, bantu aku menjalaninya Tuhan…


Usai menuliskan isi hatinya pada buku kecil itu, Ayla segera menyelesaikan PRnya agar dapat segera berangkat kerja ke minimarket

Kegiatan Ayla sangat padat, untuk itu dia harus pintar membagi waktunya, kapan ia harus belajar, mengerjakan PR, dan kapan harus bekerja.

***

Broken home. Mungkin itulah sebutan yang pas bagi Kevin, suka balapan liar, main ke club, bahkan tawuran.

Itu semua terjadi karena papanya yang jarang pulang dan kurang menaruh perhatian padanya dan lebih mementingkan karier pekerjaan. Sedangkan mama kevin telah meninggal kala ia masih kelas delapan SMP

Kevin hanya tinggal dirumah bersama dengan Bi Inem, pembantu yang sudah dianggapnya seperti ibunya.

Jam menunjukkan angka sepuluh malam, seperti biasanya, malam ini Kevin keluar rumah. Hari ini dia memutuskan untuk memilih mengikuti sebuah balapan illegal di jalanan yang sepi.

***

Ayla menghela napasnya ketika akhirnya pekerjaannya selesai juga, kini saatnya ia untuk pulang, namun, sebelum pulang, Ayla memutuskan untuk belanja beberapa kebutuhan bulanan di minimarket tempatnya bekerja.

Ditentenglah belanjaannya itu sampai memenuhi kedua tangannya. Langkah demi langkah Ayla lalui untuk menuju kerumahnya walau sekarang rasa kantuk telah menghujamnya.

Matanya sesekali terpejam sejenak untuk melupakan masalah sejenak, menenangkan pikiran.

***

“Satu, dua, tiga, mulai!!!!!” teriak seorang cewek sambal mengangkat benderanya, menandakan bahwa balapan sudah dimulai.

Mendengar aba- aba itu, Kevin langsung mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi, bahkan diatas rata- rata tanpa mempedulikan keadaan sekitar, mungkin jika ada kucing lewat pun Kevin tak akan peduli

Kevin tersenyum senang ketika garis finish sudah mulai dekat dengannya, mungkin hanya sekitar lima ratus meter lagi, seperti dugaannya, dirinya akan menang. Selama mengikuti balapan semacam ini, Kevin selalu memenangkannya, tak pernah kalah satu kalipun

Namun seketika senyum Kevin pudar ketika melihat seseorang yang membawa beberapa belanjaan menyebrang didepannya. Orang itu tampak lemas , sampai- sampai cahaya motor kevin yang menyilaukan tak digubrisnya

Kevin berniat membunyikan klaksonnya, tapi sialnya dia lupa bahwa klaksonnya itu sudah dua hari ini rusak akibat tawuran dua hari lalu.

“AWASSSSSS!!!!!” teriak Kevin menyadarkan orang itu sambil mengerem motor sekuatnya dan berusaha mengendalikan motornya agar tak menabrak orang itu.

“SRETTTT….. BRAKKKK”

***

# karena Author perhatian, jadi aku ingetin kalo naik motor hati- hati ya biar ga kea Kevin, hehe…
# tetep setia baca karyaku ya!

Diary Si KumbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang