Di markas Meteor, Alan terus meninju samsak yang sudah satu jam ia tatap dengan tajam. Kesal,marah,bingung. Semua itu Alan rasakan dalam dirinya sekarang. Entah mengapa perkataan kepala sekolah kepadanya menjadi suatu yang terus menganggu pikiranya.
"Harrgh!Brengsek!"
Alan meninju samsak itu lalu mengatur nafasnya. Tampak pintu ruangan latihan bela diri terbuka, menampakan seorang pria paru baya memasuki ruangan dengan sebotol air mineral ditanganya.
"Kumur dulu," ucap Raffi sembari menyodorkan botol minuman itu ke Alan.
"Thanks, Uncle." Alan menerimanya lalu berkumur di wastafel. Setelahnya ia menyeka keringatnya dengan handuk kecil.
"Ada masalah apa sampai kamu langsung ke ruang tinju?" Tanya Raffi, paman yang memiliki rumah mewah tempat latihan bela diri juga menjadi tempat markas geng meteor.
"Nothing."
"Anak muda terlalu sering menyimpan masalah mereka sendiri tanpa ingin menceritaknya pada orang terdekatpun. Padahal, bisa saja kamu menemukan jawaban yang tidak kamu duga dari orang itu."
Alan menatap pamanya. Ia berbaring di lantai dan menatap langit-langit ruangan.
"Kepsek nyuruh Alan buat bubarin Meteor, padahal yang bisa bubarin Meteor cuma ketuanya.""Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan masalah ini"
"Gak tau, Alan bingung"
"Lalu apa yang kamu pikirkan saat ini untuk mempertahankan Meteor?"
Sampai kapanpun, aku nggak akan pernah ngelepasin ataupun menghancurkan apa yang berarti buat aaku. Sebisa mungkin aku bakal lindungin Meteor juga mereka yang ada didalamnya, nggak semudah itu meteka retakin Meteor."
Raffi tersenyum mendengar ucapan keponakanya itu." Itu jawaban atas masalah kamu, Alan. Kenapa harus bingung kalau benak kamu sendiri sudah menjawabnya sejak awal?"
Alan bangkit berdiri. "Makasih Uncle. Alan balik dulu."
Keesokan harinya
"Muka Alan tambah serem kalau banyak luka kaya begini, mirip zombie."
Alan hanya diam mendengar ocehan Alana. Pagi ini Alan dan Alana memilih untuk membolos sekolah, dan berdiam diri di apartemen Alan. Alana yang awalnya ingin protes hanya bisa menuruti perintah Alan tanpa ingin membuat masalah baru.
Sekaramg Alana sedang mengobati luka yang berada disekujur tubuh laki-laki itu. Alan yang shirtless membuat Alana sesekali mencuri -curi pandang pada perut kotak-kotak Alan.
Sungguh mengoda bagi kira, sepolos-polosnya Alana ia tetap akan berpikiran mesum jika begini pemandagan didepanya apalagi ini buka pertama kali bagi alana melihat perut kotak-kotak alan."Sakit gak alan" tanya alana meneka kapas pada luka alan.
Bukan nya metingis kesakitan, alan malah menatap alana datar,"udah belum bercandanya?"
"Alan jangan gitu liatinya! Alana takut tau!" Ucap alana ketika melihat wajah alan yang menurutnya menyeramkan, apalagi ditambah luka di beberapa area wajah nya.
"Makanya jangan ngeselin," alan mencubit pipi alana.
"Alan, alana laper...."
"Kamu laper?" Tanya alan, alana mengganguk,
"Iya, ambilin makana dong.""Ya udah aku pesenin dulu" jawab Alan. Dan Alana hanya menganggukan kepalanya memdengar jawaban Alan.
"Jangan lama- lama, ya alan, suruh ojolnya cepet soalnya Alana udah laper."
"Iya Alana. Bawel banget."
Alan Mahendra
Alana Febrica
My childish
27 februari 2020Jangan lupa vote dan komen guys. Vote kalian menujukan kalau kalian menghargai karya dan usahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Girl (Eunkook)
Fanfiction-HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA- Alana punya sifat polos,manja cengeng dan kekanak-kanakan padahal sudah kelas 11. Tapi malaupun sifat Alana kadang sangat kekanak-kanakan Alan sangat menyayanginya dan hubungan mereka tidak lurus-lurus saja, pasti akan...