"Satria menyatakan perasaannya padaku siang tadi. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya pada Yugo sore itu.
Yugo dan Icha sudah saling mengenal sejak masih di sekolah menengah pertama. Namun, seperti banyak yang dikatakan orang-orang dewasa di luaran sana. Tidak akan ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang berjalan dengan baik-baik saja.
Apa yang mereka katakan benar. Tak lama setelah Yugo dan Icha dekat, ada rasa yang tumbuh di hati Yugo. Ia tidak menyayangi sahabatnya itu sebagaimana ia menyayangi temannya yang lain. Yugo mencintai Icha, namun ia enggan mengatakannya saat itu.
Selama di sekolah menengah pertama, Icha beberapa kali didekati oleh laki-laki yang sudah Yugo ketahui baik dan buruknya. Kebanyakan dari laki-laki itu, satu kelas dengannya dan Icha. Wajar jika Yugo mengenali orang-orang itu.
"Satria? Anak kelas sembilan tiga?"
"Iyaa. Satria yang itu."
"Jangan kau terima."
"Kenapa?"
"Aku pernah melihatnya diam-diam mengambil batagor saat tukang batagor sedang tidak berada di kantin."
"Hahaha. Hanya perkara itu aku harus menolaknya?"
"Itu bukan perkara yang kecil. Jika untuk sesuatu yang murah saja dia harus mencuri, bagaimana nanti untuk sesuatu yang mungkin harganya tinggi?"
"Belum tentu dia akan melakukan hal seperti itu lagi."
"Dia sudah biasa melakukan hal itu. Itu namanya mencuri. Aku tidak bisa membiarkanmu berpacaran dengan seorang pencuri."
"Oh baiklah. Besok akan kutolak."
Sore itu adalah pertama kalinya Icha meminta pendapat Yugo mengenai seorang pria yang menyukainya. Sebenarnya Yugo tidak hanya mempermasalahkan kelakuan Satria yang pernah terlihat mencuri batagor. Tapi ia juga mempermasalahkan perasaannya yang sakit saat ada orang yang menyatakan perasaannya pada Icha.
Yugo tidak ingin Icha dimiliki orang lain. Tapi ia juga merasa dirinya begitu payah. Sejauh ini, ia sudah cukup dekat dengan Icha, tapi tidak berani menyatakan perasaannya.
Untungnya Icha mau menuruti kata-kata sahabatnya itu.
--
Waktu berjalan. Selama di sekolah menengah pertama, Icha berkali-kali meminta pendapat Yugo soal laki-laki yang mengajaknya berkencan. Namun Yugo selalu saja meminta Icha untuk menolak ajakan-ajakan itu. Ia selalu memiliki alasan yang logis.
"Jangan kau terima. Dia itu bodoh. Kau tahu sendiri, dia sudah dua kali tidak naik kelas." Kata Yugo saat itu.
"Jangan kau terima. Dia itu anaknya kepala sekolah kita. Kau mau berurusan dengan kepala sekolah kita yang mengerikan itu?" Katanya lagi di lain waktu.
"Kau mau menerima cintanya? Kau kan tahu, dia itu sudah memacari banyak perempuan di angkatan kita. Aku yakin dia hanya ingin bermain-main denganmu." Katanya lagi di waktu yang lain.
Sampai akhirnya saat sudah kelas sepuluh di sekolah menengah atas, mungkin Icha lelah mengikuti kata Yugo. Diam-diam, ia menerima ajakan seorang pria untuk menjadi kekasihnya. Hanya beberapa teman perempuannya yang mengetahui itu. Ia merahasiakannya dari Yugo.
Namun bodohnya, pria yang sudah menjadi kekasih Icha, justru membicarakan soal hubungannya pada teman-temannya yang akhirnya terdengar juga oleh Yugo.
"Dia itu pemalas. Hampir setiap hari ia tertidur di kelas. Bagaimana bisa kamu menerima cinta orang yang kerjanya hanya tidur, tidur, dan tertidur saat di sekolah?" Ucap Yugo saat mengetahui Icha berpacaran dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelah Patah Hati (END)
Short StoryKumpulan cerita pendek yang (Beberapa) terinspirasi dari kisah nyata.