· 7 ·

602 74 27
                                    

Dengan menyembunyikan sebuah bouquet bunga mawar merah segar di belakang punggungku, aku mengetuk pintu flat tempat Ernest tinggal.

Beberapa detik kemudian pintu terbuka, menampilkan Ernest yang hanya memakai handuk.

Oookaaayy.......

"Masuk saja dulu, Haz. Aku belum pakai baju," Ernest terkekeh dan mempersilahkanku untuk masuk sebelum menutup pintu.

Aku menyerahkan bunga tadi kepada Ernest, "Happy mensiversarry."

Bola mata birunya langsung berbinar, "Thank you, Harry," katanya seraya menempelkan bibirnya di pipiku.

"Tunggu disini ya, jangan melakukan hal-hal yang aneh."

"Dan jika aku tetap melakukan hal-hal yang aneh?" tanyaku untuk menggodanya.

Ernest tertawa, "Aku tak akan ragu untuk menggorok lehermu, Hazza."

Woah, creepy much?

"Okay. Okay. Aku tidak akan melakukan apapun. Calm down, Ernest," aku tersenyum canggung.

Saat Ernest meninggalkanku, aku langsung berkutat dengan ponselku.

Huh, membosankan.

Aku berjalan mengelilingi ruangan dan melewati rak bukunya. Aku memperhatikan rak buku itu, isinya didominasi dengan buku psikologis. Ernest kan pianis, kenapa cuma ada sedikit buku tentang musik? Apa dia menyimpannya di tempat lain?

Ya sudahlah, bukan urusanku.

Tapi ada satu buah buku yang menarik perhatianku.

Monroe Junior High School: Yearbook.

Seringai jahilku mulai terbentuk. Pasti ini buku tahunan Ernest sewaktu junior high.

Tanpa ragu aku membuka lembaran usang itu. Buku ini disusun berdasarkan abjad siswanya, berarti Ernest berada di deretan huruf E.

Edward Brooke. Eleanor Anderson. Elena Brown. Elliot Fudgerman. Emily Sander. Eri Himasaki. Evelyn White. Ezra Jackson.

Kenapa aku tidak melihat nama Ernest Walberr?

Edward Brooke... Eleanor Anderson... Elena Brown... Elliot Fudgerman... Emily Sander... Eri Himasaki... Evely--

Kenapa foto siswi bernama Evelyn White seperti disayat dengan benda tajam? Aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.

Mataku melirik keterangan informasinya tapi sebuah tangan menarik buku tahunan itu dari tanganku.

Aku merasakan tangan Ernest yang biasanya membelaiku dengan lembut mendarat di pipiku dengan keras.

"Ernest--,"

"Sudah kubilang jangan melakukan hal-hal yang aneh, bodoh!" dia membentakku, "Apa saja yang kau lihat di dalam buku itu!"

"Maaf, a-aku tidak bermaksud untuk--,"

"Apa saja yang sudah kau lihat di dalam buku itu?!" tekannya sekali lagi, entah kenapa tatapannya begitu mengintimidasi sehingga bulu romaku merinding.

"Aku hanya melihat siswa dengan abjad awal huruf E. Hanya itu, aku bersumpah!" seruku.

Ernest mematung dalam keadaan pucat pasi.

"Get. Out." katanya pelan tapi tegas.

"What? Bagaimana dengan acara makan malam kita?" tanyaku.

"Aku bilang keluar," Ernest mendorongku ke arah pintu, "Keluar kau, bajingan!" teriaknya.

Aku yang sudah berada di penghujung pintu berusaha menahan kekuatan Ernest yang ternyata tidak selemah perempuan pada umumnya, "Siapa Evelyn White? Mengapa di buku tahunan itu tidak ada namamu?"

"Keluar!"

"Jawab aku, Ernest!" aku membentaknya kembali.

"That yearbook wasn't mine. It belongs to my sister."

Kemudian aku terdorong keluar dan Ernest mengunci pintu flatnya.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

A/N

Thank you for reading! Don't forget to vote and comment :)


Love, Karen xo

Mask // h. styles [A.U]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang