Jam kuliahku sudah berakhir dan aku yakin Ernest juga, jadi aku menunggunya di depan kampus. Aku dapat melihat rambut keemasannya di tengah keramaian.
"Ernest!" seruku.
Dia menoleh dan menghampiriku, "Harry, bagaimana bibirmu?"
"Lumayan. Wanna make it better, love?" aku tersenyum jahil.
"Tentu saja," katanya dengan kelewat serius.
"Kiss me."
Ernest tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Dengan senang hati," bibirnya menyapu bibirku dengan lembut.
Tangannya menyusuri rambut coklatku dengan perlahan, lidahnya berjalan melintasi luka yang ia buat beberapa hari yang lalu. Sebelum Ernest melepas ciumannya aku menghisap bibirnya sehingga membuatnya tertegun.
Aku menyeringai melihat reaksinya, "That's my girl," aku merangkul pundaknya dan berjalan bersama ke tempat parkir, "Babe?" panggilku lagi.
"Yeah?" dia mengadah menatap mata hijauku.
"Nanti malam Liam mengadakan pesta dan mengundangku juga. Kau mau menemaniku? Kau kan belum berkenalan dengan temanku, jadi ku pikir ini kesempatan bagus."
"Sure."
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
Dentuman musik memenuhi kepalaku, banyak orang berkeliaran dengan setengah telanjang karena mabuk. Sial, ramai sekali pesta ini.
"Harry!" suara Zayn memanggilku dari kejauhan.
Aku menuntun Ernest bersamaku dan menjaganya dari tangan orang-orang mabuk itu.
"Damn, Liam. Pesta ini tidak terkendali!" seruku saat berkumpul dengan temanku -Zayn, Liam, Louis, dan Niall-.
Liam terkekeh geli sedangkan Louis melihat Ernest yang terlihat seperti tidak nyaman dari atas sampai bawah.
"No checking out my girl, mate," tegurku.
Niall mengangkat red cup dan berteriak, "Harry got himself a new girl, everybody!" tentu saja perkataannya itu tertelan oleh musik elektro yang sangat kencang.
"Niall, you're drunk," Zayn tertawa melihat Niall yang mabuk berat sehingga pipinya memerah seperti kepiting rebus.
Ernest mempererat genggamannya, "Sepertinya aku lebih baik pulang, Haz."
"Stay with me. Mereka semua baik kok," aku menenangkannya. Ernest mengangguk kecil.
Aku memperkenalkan Ernest dengan teman-temanku. Kami semua duduk melingkar membicarakan hal-hal tidak penting dan hanya meminum beberapa bir ringan agar tidak mabuk, kecuali Niall yang sudah terlanjur mabuk berat sehingga menggoda para wanita yang sedang menari sekarang.
Dan Ernest tidak menyentuh minuman apapun selain air mineral.
"Pacarmu sangat pendiam," bisik Liam di telingaku.
Aku mengangkat bahuku, "Dia anak baik-baik, Liam. Tidak sepertimu," aku terkekeh sambil meneguk cairan alkoholik tersebut.
"Hey, Ernest. Bagaimana menurutmu?" tanya Louis pada Ernest.
"What?" jawabnya dengan polos.
"Mana yang lebih menarik, film supernatural-horror seperti Insidious atau thriller seperti Scream?"
Ernest langsung menjawabnya, "I pick thriller."
Louis menyeringai ke arah Zayn, "See? Thriller itu lebih seru!"
"Melihat orang dibantai itu sangat tidak seru Lou, dimana rasa kemanusiaanmu?" balas Zayn dengan datar.
Aku mengikuti obrolan mereka, "Zayn is right, Lou--,"
"Of course I'm right. I always am," sahut Zayn percaya diri.
Aku mendelik ke arahnya dan melanjutkan, "I pick supernatural-horror," aku menoleh pada Ernest, "Ernest, kau sungguh kejam telah memilih thriller," candaku.
"Aku tidak percaya kalau hantu itu ada, tapi aku percaya kalau psikopat itu ada, bahkan mungkin saja ada di sekitar kita," balas Ernest.
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
A/N
Thank you for reading! Don't forget to vote + comment :)
Love, Karen xo
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask // h. styles [A.U]
Fanfic"Who are you?" I met her a week ago and she's already my girlfriend now. But, everything about her feels so strange. I'm so intrigued by her. Rated PG-13 Creative Commons (CC) November 2014 by plot-twister