Chapter 4 //Winston

57 42 1
                                    


Malam yg panjang kini telah digantikan oleh fajar dari timur, memberi kehangatan melalui cahaya hangat nya, embun embun pagi kini berjejer rapi di dedaunan, peri peri kecil pun kini sedang menari nari dengan indah nya, Aksa, Dalvin, Elvan, Allen, beserta Kenzie telah hampir sampai di tujuan nya.

"Masih lama tidak?" Tanya Kenzie yg sedari tadi terlihat kelelahan.

"Nih udah mau sampai" jawab Dalvin sambil menunjuk kedepan. Dari atas bukit, Kenzie bisa melihat kota yg indah nan ramai. Meski terlihat kuno tapi keasrian didalamnya seakan memberi ketenangan. Ini bagaikan kota yg biasa diceritakan dalam dongeng, kuda yg menjadi tranportasi, air sumur yg mesti harus di timba, orang orang yg sibuk dengan pekerjaannya, dan sebuah istana megah yg menjulang tinggi di atas bukit. Yg tak jauh dari kota. Damai.

"Jadi sepertinya kita harus berpisah!" Ujar Aksa.
"Apa?" Tanya Kenzie tak mengerti
"Ah jangan buru buru, aku dengan senang hati menerima tamu" balas Dalvin
"Tapi...."
"Istirahat lah barang semalam, kalian pasti kelelahan, lagipun kita tetap harus mengurus mereka ini kan?" Lanjut dalvin sembari melirik ke arah Kenzie dan Allen.
"Ok" jawab Elvan tiba tiba
"Siapa yg ngajak lu?" Cibir Dalvin
"Serah gua capek"
"Hm hm yaudh ayo"
"Kalo boleh gua tahu... Kenapa kalian bicara nya kadang formal kadang nggak ya?" Tanya kenzie lagi.
"Lo beneran gak tahu?" Tanya Dalvin tak percaya. Dan dibalas anggukan oleh Kenzie.

"Jadi kami itu.... semuanya berada tunduk di bawah raja Selatan" ujar Dalvin mulai menjelaskan, sembari mulai beranjak pergi dan melanjutkan perjalanan ke kerajaan. "Kami dijanjikan oleh dia, bahwa pada satu saat kami akan mendapat tamu baru di dunia kami. Tepatnya kami akan bergabung dengan para makhluk bumi atas." Jeda penjelasannya, sembari melihat ke atas dan tersenyum penuh harap. Senyum yg seakan-akan menyimpan keinginan yg telah terpendam lama. Mungkin itu yg bisa kenzie definisi kan dari senyum nya. Dalvin kembali melirik kenzie, mereka masih melangkah meski kaki sudah tak kuasa rasanya. Namun tujuan pun tinggal di depan mata, maka tak ada alasan untuk menunda nunda. "Jadi hubungan nya?" Tanya Kenzie lagi sembari menaikkan sebelah alisnya. " Kata Raja, jika kami telah bersatu, maka kami harus berbaur hal yg sama dengan mereka, seperti bahasa contoh salah satunya. Menurut raja bahasa kami terlalu kaku untuk berbaur, jadi beliau sengaja mengirim buku² kepada kami setiap minggunya guna pengetahuan dunia atas, lalu buku buku tersebut akan kami ajarkan ke pada rakyat rakyat kami. Memang butuh waktu lama sih, tapi ini pun untuk masa depan kami. Kami sangat percaya raja" penjelasan Dalvin yg penuh semangat, juga diikuti oleh senyum harap dari yg lainnya. Bahkan Elvan sendiri pun ikut tersenyum sama. "Sebenarnya apa yg raja itu janjikan kepada mereka, apapun itu intinya raja itu telah mampu menciptakan mimpi yg besar." Batin Kenzie. " Tapi bagaimana jika dunia yg dimaksud adalah dunia ku?" Lanjut batinnya khawatir.

"Dunia atas? Maksudnya?" Tanya Kenzie memastikan. "Hey-kau tinggal di pelosok mana sih? Masak itu aja tak tahu. Dunia atas itu adalah dunia persaingan. Seru. Menegangkan dan penuh dgn teknologi keajaiban. Apa berita seperti itu tak sampai ke tempat mu juga?" Balas Dalvin sedikit kesal. Karena rasanya iya harus menjelaskan dari nol. Jujur saja sebenarnya iya sendiri pun bingung, bagaimana tidak rasanya Kenzie masih sangat baru di dunia ini, apa mungkin iya bukan dari dunia ini? Kalau bukan lantas darimana?. Jangan-jangan?. Tiba tiba mata Dalvin terbelalak, ketika iya sedang asyik kalut dalam pikirannya. Kaki mereka masih tetap melangkah dan pembicaraan pun semakin menarik.
"Kenzie?"
"Hmm"
"Apa jangan-jangan... kamu dari dunia atas?" Tanya Dalvin tho the point'.
"Jujur saja! Aku tak mengerti dunia apa yg kalian maksud, tapi jika benar, mungkin saja dunia yg kalian maksud adalah dunia ku. Karena aku bukan berasal dari dunia ini!" Jawab Kenzie panjang lebar.
"Apa?" Tanya mereka serempak.
"Iya! Kenapa?"
" Tapi bagaimana kau bisa kesini?"
"Jadi begini ceritanya"
"Eh tunggu dulu! Kita lanjutin nanti malam aja. Kita udah sampai nih" ujar Aksa menyela. Bahkan Dalvin tuan rumah sendiri pun tak sadar telah sampai karena asik berbincang bincang. Begitu juga dengan Elvan dan Allen, mereka sendiri pun juga ikut terjebak dalam pembicaraan itu.
"Wow! Istana yg megah," hanya itu yg bisa kenzie ucapkan. Ketika melihat istana tersebut.
"Gusy! Welcome too istana Winston" ujar Dalvin memberi selamat datang.
"Selamat datang pangeran, ada yg bisa saya bantu?" Tanya seorang pelayan dgn sopan. Nggak lebih tepatnya iya seperti ketua dari pelayan.
" Oh tentu tolong layani mereka sebaik mungkin"
"Baik pangeran, saya sarankan pangeran segera menemui yang Mulia. Karena ada hal ingin beliau bicarakan" ucap pelayan tersebut sopan.
"Baiklah Willy"

***

Tak terasa hari kembali menjadi gelap, Aksa, Elvan, kenzie dan Allen sudah cukup untuk beristirahat. Mereka telah mendapatkan kamar masing-masing dan telah tertidur cukup puas untuk melanjutkan perjalanan. Kini mereka semua juga sedang bergegas makan malam.

"Wah sepertinya kita kedatangan banyak tamu" ujar Ratu Ghina tepatnya ibunda nya Dalvin. "Ah ya begitulah" balas Dalvin singkat tersenyum simpul.
"Hmm! Tapi ini benar-benar tak terduga, kau bahkan membawa calon² Raja Yg akan sah Minggu ini, benarkan sayang?" lanjut ibunya Dalvin sembari melirik ke Arah Raja yg sedang tersipu malu karena tingkah manja istrinya.
"Hmm" balas Raja singkat.
"Yasudah silahkan dimakan"
"Tapi Kalian berdua ini siapa?" Tanya Ratu Ghina kepada Allen dan Kenzie.
"Oh saya, Allen dan ini Kenzie, kami teman barunya Dalvin" jawab Allen tenang.
"Ha ternyata anak kita pintar bergaul ya! Nggak seperti ayahnya"
"Sudahlah berhenti mengangguku" jawab Raja kesal. Semua yg ada di meja makan terkekeh melihat sepasang suami istri itu.

---------

Seusai makan malam Dalvin mengajak teman temannya berkeliling istana. Istana itu sangat indah, jika kita berdiri di balkon belakang maka kita akan mendapati pemandangan laut, laut barat terlihat sangat memukau ketika senja tiba. Tak ada yg bisa mengalahkan nya. Dan jika dari depan kita bisa melihat pemandangan kota yg sangat ramai. Bahkan dihalaman belakang nya terdapat taman yg sangat luas, dihiasi oleh bermacam macam bunga dari berbagai warna pula.

Aksa, Dalvin, Kenzie, Allen,dan Elvan sedang duduk berbincang bincang di halaman belakang istana. Mereka duduk di salah satu bangku taman.
"Jadi kalian akan pergi besok?" Ujar dalvin memulai pembicaraan.
"Iya" balas Aksa
"Jadi bagaimana dengan mereka?"
"Terserah kamu saja, kami apapun boleh"
"Kalau begitu biarkan saja Kenzie bersama ku, toh pun dia masih ingin tahu banyak tentang dunia ini"
"Jadi kamu percaya dia tidak berasal dari sini?"
" Belum sepenuhnya sih, tapi setidaknya kita akan mendengarkan cerita nya"
"Trus Allen gimana?"
"Lebih baik dia ikut kau saja. Aku tak yakin dia akan betah dengan si es batu ini"
" Terserah" balas Elvan gak peduli. Dalvin yg melihat itu hanya geram
"Ah tapi aku masih harus pergi ke utara, untuk memetik apel biru.nggak papa kan Elvan?"
"Iya! Dan kau juga tahu kan apa yg harus kau lakukan?" Balas Elvan menyetujui
"Tentu"
"Apel Itu memangnya untuk apa sih?" Tanya Kenzie di tengah pembicaraan mereka.
"Oh kau belum tahu ya. Daerah timur itu identik dengan kesehatan" jawab Aksa. Kenzie yg mendengar itu mengangguk angguk paham.
"Tapi katanya kau ke sini pun ingin mencari sesuatu! Apa telah kau temukan?" Tanya Dalvin.
"Oh sudah, tidak sulit menemukan nya, aku sudah menemukan nya tadi di taman"
"Hmm....., Bagaimana kalau kita lanjutkan pembicaraan kita tadi Kenzie" usul Dalvin yg memang terlihat sangat ingin tahu.
"Oh tentu".

***

Gusy maaf ya! Karena masih amatir typo nya masih sangat berserakan.
Dan juga saya sendiri sangat meminta saran dari kalian.

Dan Jan lupa vote dan komen ya!😉

The Wind [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang