{~Cara pedih yang mudah melemahkan seseorang adalah batin nya~}
•
•
•"Saya ingin memberikan penawaran pada mu Dalvin" ucap Willy. Dia bahkan tidak lagi pakai embel-embel tuan ataupun pangeran.
"Apalagi yang kau inginkan?" sahut Dalvin lemas. Dia sudah benar benar putus asa. Hari yang harusnya jadi hari bahagia baginya kini berbanding terbalik dengan harapannya.
"Kamu mempunyai dua pilihan, pertama kamu pergi dari sini dan tak lagi muncul di hadapan kami. Atau kamu masih tetap ingin disini dan mati"
Dalvin terkekeh. Bagaimana bisa dia pergi dari tanah kelahirannya? Rasanya iya diusir dari rumah nya sendiri.
"Lantas bagaimana dengan Rakyat ku? Apa kamu juga akan mengusir mereka ?"
"Jika kamu memilih pilihan pertama, maka kami bisa pergi dan kami akan menyabotase bahwa kamu telah menjadi terorisme. Dan jika pilihan kedua, kami akan membuat cerita singkat bahwa kamu mati dibunuh. Dan perlahan-lahan juga rakyat mu akan kami bantai" jelas Willy.
"Ini sama saja dengan kau menyuruhku mengambil pilihan pertama" tukas Dalvin.
Willy tersenyum. "Kamu memang pintar Dalvin. Hanya saja kamu terlalu percaya diri sehingga kamu bisa di khianati seperti ini"
Dalvin diam, tangannya terkepal erat. Ingin sekali dia membunuh pembunuh orang tuanya. Tapi sayangnya di posisi ini dia sama sekali tak berdaya.
"Jadi bagaimana pilihan mu?" Tanya Willy.
"Seperti yang kau mau!" Sarkas Dalvin.
"Apa kamu punya penawaran?"
Dalvin mengerjapkan matanya pedih sebelum melanjutkan perkataannya.
"Tolong izinkan aku membawa jenazah kedua orang tua ku. Tubuh mereka terlalu Suci untuk disentuh oleh orang busuk seperti kalian" mohon Dalvin. Ini telah mencapai puncaknya. Dia benar-benar putus asa, Bagaimana bisa orang yang selalu merangkulnya, membelai nya, tersenyum padanya pergi secepat ini.
"Ahh baiklah. Itu sama sekali bukan hal berat" jawab Willy seraya memegang dagunya seolah sedang berpikir.
"Apa kau tidak berniat membawa uang, atau hal berharga lainnya?" Tanya Willy lagi.
Dalvin menggeleng lemah. "Mereka sudah cukup berharga"
"Oke. Siapkan semuanya. Dan jangan lupa, bawa juga temanmu yang tolol itu" lanjut Willy.
****
"Dalvin maaf, aku tak bisa apa apa" ujar Kenzie di samping Dalvin yang sedang mengendarai kereta
kuda- mengangkut peti mati kedua orang tuanya."Tidak ada yang perlu minta maaf disini" balas Dalvin datar.
"Um, baiklah"
"Kemana kita akan pergi sekarang?" Tanya Kenzie lagi.
"Ke timur, aku ingin meminta bantuan disana, tapi sebelum itu kita akan pergi ke gunung Elwes" sahutnya dingin.
Setelah mendapat jawaban tersebut Kenzie kembali diam. Dalvin perlu waktu untuk menerima semua ini.
Entah alasan apa yang ada di balik semua ini!?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind [Slow Update]
Fantasy[PART TERACAK!! MOHON UNTUK MELIHAT JUDUL BAGIANNYA TERLEBIH DAHULU] Kenzie Alcandra remaja SMA yang terlempar ke dunia aneh bersama kakeknya. Dan tanpa sengaja bertemu dengan pangeran-pangeran dari 3 mata angin. Namun segala keanehan yang ada pada...