Chapter 8 //KENZIE IV

33 8 4
                                    

{~pulang? Kemana?~}
·
·
·

Sudah hampir sebulan waktu berlalu setelah kejadian itu. Aldo sudah boleh pulang dari dua Minggu yg lalu.
Dan iya kini juga sudah berangsur pulih. Meski gips nya masih dipakai.

Kenzo yang menjadi incaran ku pun hilang tanpa jejak, setelah kejadian itu. Padahal aku masih mempunyai banyak urusan dengan nya.

Selama hampir sebulan ini pun hampir setiap hari kami bermain bersama, entah nongkrong, Mabar bareng, ataupun jalan jalan-aneh, padahal sebelumnya kami tidak pernah keluar bersama sesering ini.

Kami bertiga memang berasal dari keluarga yang cukup kaya. Makanya kami tidak pernah kesulitan dalam hal duit, apapun itu.

Kakekku mempunyai perusahaan besar dengan cabang di mana-mana, yang sangat maju.tapi sekarang perusahaan itu sudah diurus oleh orang kepercayaan kakek.

Kalau Adit ayahnya juga pengusaha yg sukses.
Sedangkan Aldo iya tak punya siapa-siapa lagi semenjak SMP, sebagai anak tunggal iya ditinggalkan oleh orang tuanya secara mendadak dalam sebuah tragedi kecelakaan yang direncanakan. Miris nya lagi, pelaku tersebut adalah sahabat karib ayahnya sendiri. Harta yg ditinggalkan padanya cukup besar dan lebih dari cukup untuk kelangsungan hidupnya. Makanya dalam pertemanan kami nggak ada yg manfaatin teman buat uang. Toh uang di saku kami mengalir terus.

Dan satu hal lagi yg nggak boleh kalian lupain, kami ini ganteng ganteng loh. Tentu saja diantara mereka gua yang lebih ganteng. Hehehe songong.

"Lo kenapa dit? Akhir akhir ini ngelamun aja lo." tanyaku heran pada Adit.

"Emang kenapa? Lo lebih suka gua teriak teriak nggak jelas?" Tanya nya balik dengan nada meninggi.

"Nggak," yg jawab malah Aldo. Kayaknya iya sudah begitu tersiksa dengan teriakan toa nya Adit.

"Gua nggak nanya ma Lo monyet"

"Guanya mau Jawab"

"Yaudah, gua pulang duluan ya." ungkapku memotong percekcokan di antara mereka.

Aku bangkit dari kursi kelas menuju parkiran. Percuma juga tanyain Adit. iya pasti tetap bilang nggak apa-apa meski ada apa-apa. Udah kayak cewek aja.

"Bye-bye mas ken ucayankkk" canda Adit. Sepertinya mood nya nggak buruk lagi.

"Idihhh" balesku jijik. Adit cuma cengar cengir tak berdosa di bangkunya.

"Dit, hati hati ya." ujar Aldo tiba tiba-tiba. Aku rada rada terkejut mendengarnya. Seorang Aldo Putra Hajaya baru kali ini gua denger dia begitu peduli.

"I ... iya" bales ku canggung. Adit yg melihat itu pun tergangga nggak jelas.

"Kesambet apa Lo?" Adit mulai lagi.

Aku tak lagi memperdulikan nya.
Perlahan-lahan suaranya menghilang dari telinga ku. Entah kenapa aku ngerasa nggak enak hari ini.

"Gue cuma punya firasat buruk" Aldo.

---------

"Kek aku pulang" teriakku yang baru memasuki rumah.

Menghabiskan waktu hampir satu jam untuk sampai ke rumah ku. Itupun jika pakai mobil. Rumahku memang jauh dari sekolah, karena berada di tepi hutan.
Beda dengan Aldo dan Adit yang hidup di kota.

Ketika aku tanya kakek kenapa nggak buat aja rumah di kota? Kakek malah jawab disini lebih dekat. Entah dekat kemana? Jelas-jelas ini jauh dari sekolah ku. Aku sendiri terkadang bingung melihat tingkah kakek. Penuh dengan misteri. Kadang iya selalu bilang,dia sangat rindu dengan dunianya. Dunianya? Entah? Kadang iya bercerita tentang kedamaian pada ku. Aku mendengar nya dengan saksama-karena aku suka. Tepatnya suka melihat kakek yang terlihat sangat bahagia saat menceritakan nya.

The Wind [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang