Chapter 14 // Bangkit

16 1 0
                                    

{~Bersama kita bisa~}
·
·
·

"Kamu tahu Ken, ada satu fakta yang terlalu menyakitkan untuk di terima oleh kami semua" Ucap Dalvin yang memecah keheningan malam.

Aku yang sedang terbaring lelah di atas rerumputan hijau dengan purnama yang jadi penerang, terheran heran apa maksud dari perkataan Dalvin tadi. Tanpa perlu banyak berpikir aku menoleh ke arah nya.

"Apa?"

"Dunia ini semu Kenzie, dunia ini nyatanya tidak harus ada. Dunia ini hanyalah bayangan belaka" jawabnya menelan kenyataan pahit.

"Apa maksud mu Dalvin? Tidak mungkin juga kan ini mimpi?"

"Bukan mimpi. Kamu tahu bagaimana dunia ini bisa ada?" Tanyanya.

Aku menggeleng. Dalvin masih asik menonton bintang bintang yang tak hentinya bersinar.

"Dunia ini lahir dari imajinasi manusia di bumi. Bukankah kami terlihat sempurna! Aku sudah melihat beberapa gambar manusia dunia atas. Mereka sangat jauh berbeda dari kami. Mereka punya kelebihan dan kekurangan nya masing-masing. Aku melihat ada mereka yang tidak bisa berjalan, ada mereka yang tidak bisa melihat, ada mereka yang di atas, ada yang di bawah, ada yang merendah dan direndahkan, ada yang kuat ada yang lemah, dan ada .... masih banyak lagi intinya seperti apa yang mereka inginkan harus selalu di usahain."

Benar. Memang sangat benar apa yang dikatakan oleh Dalvin. Tapi apa yang mereka khawatir kan. Bukankah mereka harusnya bersyukur, karena tidak ada yang cacat ataupun yang bodoh sejak lahir.

"Tapi apa yang kau khawatir kan?"

Dalvin menoleh.

"Kami ini sempurna hingga terkadang aku merasa bahwa kami tidak pernah merasakan apa itu yang namanya melengkapi"

Aku tersenyum mendengar alasan Dalvin. Kalian pintar, kalian kuat, kalian tampan, dan bahkan kalian sempurna. Tapi satu yang tidak kalian ketahui, kalian tidak tahu apa itu melengkapi.

"Apa pemikiran kalian juga dari imajinasi mereka?"

"Tidak"

"Dalvin, apa kamu sungguh tidak menyadari nya?" Tanyaku sungguh sungguh.

"Apa?"

"Yang kita lakukan saat ini adalah melengkapi Dalvin"

Dalvin mengerenyit heran dengan alis yang di naikkan.

"Benarkah?"

Aku mengangguk pasti sebagai jawaban. Dalvin tersenyum senang.

"Yaudah ayo kita kembali"

****

Aku tidak langsung kembali, aku masih ingin menatap langit yang kelam ini. Berbeda dengan Dalvin yang sudah kembali sejak tadi.

Oh Tuhan!! rencana apa yang sudah kau siapkan untuk ku?

Dunia ini memang benar-benar indah. Mungkin saja aku termasuk salah satu orang yang beruntung karena bisa melihat dunia seindah ini.

Namun soal pernyataan Dalvin tadi, aku telah memahami arah jalannya.
Haha! Jelas saja dunia ini damai, tenang,dan indah. Karena di bumi tempat seperti itu tidak pernah di temukan lagi. Tidak ada udara sejernih ini, yang ada hanya polusi, tidak ada yang sedamai ini, karena manusia terlanjur tamak, hingga mengorbankan rakyat. Miris! Namun begitu lah kini nasib bumiku. Bahkan dia saat ini pun sedang sakit kerana virus yang tidak diundang datang menyapa. Geet Well son Bumiku.

The Wind [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang