19. Cerita Masa Lalu

97 46 3
                                    

       Selang beberapa menit, Ben telah menemukan lokasi dari Kondang. Terlihat jelas bahwa ia sedang di kejar-kejar oleh kelima mobil Jeep hitam itu. Untung saja mobil yang di kemudikannya itu dilapisi dengan baja. Sebanyak apa pun peluru yang di tembakan, itu tidak akan menembus badan mobilnya. Pun juga kaca mobil yang terbuat dari kaca anti peluru.

       “Chek, Ben. Apa itu kau?” Kondang menghubungi Ben lewat alat komunikasinya.

       Sebagai balasannya, Ben telah memuntahkan peluru dari senjata otomatis Helikopter ini. Mengarahkan ratusan peluru itu ke lima mobil yang mengejar Kondang tersebut. Dan seketika, kelima mobil itu telah berguling kesana-kemari.

       Kami berhasil.

       “Demi apa pun, aku berhutang banyak padamu, Kawan.” Kondang berseru riang lewat alat komunikasi tersebut.

       “Kita berkumpul di rumah Sersan Adi, Kondang. Shiromaru, Amenori, Jia, Minor, dan aku akan membahas persoalan ini di sana.”

       “Kalian duluan saja, aku akan menyusul nanti. Aku tahu, kalian pasti akan melancarkan serangan balik untuk merebut kembali markas pusat, bukan?”

       “Kau mau kemana?”

       “Aku akan pergi ke tempat salah satu kenalan Seiko-sama. Tenang saja, aku akan datang ke pertempuran itu dan membawa bala bantuan untuk kalian.”

       “Penyerangan itu akan dilakukan besok lusa, aku yakin kau tidak akan tepat waktu, Kawan.”

       “Percayakan padaku. Aku akan tiba di markas pusat dengan bala bantuan ketika peperangan itu terjadi. Aku yakin, kita akan berhasil mengalahkan si brengsek Boyah dan Jonathan itu.”

       “Baik kalau begitu. Lalu, bagaimana dengan Seiko-sama?”

       “Aku tidak tahu, Kawan. Masalah tentang Seiko-sama sudah di serahkan kepada pihak berwajib, mereka berjanji padaku jika mereka akan menemukan Seiko-sama.”

       “Semoga saja Seiko-sama masih bisa selamat dari pengeboman itu.”

       “Itu yang selalu kuharapkan, Kawan.” Kondang memutus pembicaraannya.

       Kami berpisah dengan Kondang dari sini, melanjutkan perjalanan ke rumah Sersan Adi.

       Pukul 5 pagi, kami telah tiba di halaman depan rumah Sersan Adi. Beranjak turun dari Helikopter dan di sambut olehnya berserta anak dan istrinya.

       Langit masih gelap saat ini. Gerimis juga masih terus menemani kami sampai saat ini. Di rumah bertingkat dua ini, Aku, Jia, dan Ben memulai pembicaraan kami dengan Sersan Adi sembari menunggu Amenori dan Juga Shiromaru datang ke tempat ini. Mereka menggunakan pesawat Jet pribadi dari kepunyaan salah satu perusahaan Seiko-sama yang ada di Jepang. Jadi, kemungkinan mereka akan sampai empat atau lima jam lagi.

       Anak dan Istrinya Sersan menyajikan makanan dan minuman untuk kami lantas pergi ke kamar, membiarkan kami berempat mengobrol di ruang tamu. Dia pastilah tahu bahwa ini keadaan yang sangat mendesak.

       Aku dan Jia menjelaskan semuanya pada Sersan sembari kami menghabiskan makanan yang di sajikan oleh Istrinya.

       “Tapi aku setuju dengan pendapat Jia. Seiko-sama tidak akan mati semudah itu. Ada kemungkinan jika Seiko-sama masih bisa selamat dari pristiwa pengeboman itu.” Sersan Adi berbicara serius pada kami.

       Kami hanya balas menganggukan kepala.

       “Minor, setelah Shiromaru datang, dia akan menceritakan semuanya padamu. Aku tahu, kau pasti selalu bertanya-tanya tentang semua kejadian ini, bukan? Maka dari itu, kau harus mendengarkan ceritanya dengan Saksama.” Sersan Adi menyeruput kopinya perlahan, seperti tidak begitu tegang dengan keadaan sekarang ini.

Sesuatu Di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang