Hidup itu kadang tidak adil, di usia-nya yang mau mencapai kepala tiga Kim Taehyung masih sendiri dan menjadi pengangguran. Begitu banyak hal yang membuatnya terabaikan oleh dunia. Dia yang kehilangan pekerjaannya dan dia yang masih saja sendiri. Orang tua-nya juga sering menjodohkan-nya dengan sepupu jauh, tapi sama sekali tidak ada yang cocok dengan-nya. Hatinya masih tertambat dengan kekasih semasa kuliah.
Kini Taehyung berusaha agar mendapatkan pekerjaan. Malu jika menjadi beban keluarga. Dia berangkat menuju tempat kerja lama-nya, ingin menumpang wi-fi. Pengangguran harus hemat.
Duduk di pojok dan serius sekali mencari lowongan, sampai ia tidak sadar jika ada yang mendekati-nya. Kim Seokjin teman semasa kuliah-nya kini duduk dihadapan-nya.
"Eh bocil, lama tidak bertemu." Sapa Seokjin dengan ramah.
"Aku sudah tidak bocil lagi, hyung. Udah jam istirahat?"
"Mau kerjaan nggak? Ada kerjaan dengan gaji lumayan untukmu. Pekerjaannya santai, hanya penerjemah dan beberapa kerja lapangan."
Fokus Taehyung kini sepenuhnya ke Seokjin. Menatap dengan berharap dan mengangguk dengan cepat. "Iya. Aku mau hyung! Kapan wawancara?"
"Sekarang. Ayo ikut denganku, bos menunggu."
Dengan wawancara dadakan, cv yang print dengan cepat, dan pakaian ala kadarnya Taehyung di wawancara. Dan dia diterima. Satu hal yang sangat ia syukuri dari semua cobaan yang pernah ia lalui.
Tapi cobaan tidak hanya sampai disitu. Ternyata pekerjaan Taehyung jauh lebih berat dan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan dulu. Taehyung hanya diam, dia sudah sangat bersyukur untuk semuanya. Sampai Seokjin bertindak dan gaji Taehyung pun dinaikkan.
"Cil, kamu harus berani bilang ke pak bos kalau gajimu kurang, pekerjaanmu itu sudah bisa naik dua kali lipat."
"Gimana ya hyung, aku keterima saja sudah bersyukur. Aku juga harus kuat, aku juga mau mencari kerjaan lain ada lowongan dosen di Hongik dan aku ingin mencobanya. Takut saja kontrakku tidak diperpanjang."
"Besok bilang ke Pak Namjoon, aku sudah mengancam-nya agar gajimu naik. Jangan buat usahaku sia-sia."
Taehyung bingung, dan berakhir memeluk Seokjin dengan erat. Berkali-kali mengucapkan terima kasih karna gaji-nya akan naik.
Harapan memang mudah tapi praktek yang sulit. Kini dihadapan Pak Namjoon dia hanya berdiri dengan keringat mengucur. Takut.
"Ya? Ada apa Kim?"
"Ahh begini pak boss, saya kan sudah lama bekerja disini tapi pekerjaan saya berat dan diluar kontrak kemarin. Pak bos nggak mau cari asisten baru lagi?"
"Iya nanti saya cari. Sudahkan?"
Kali ini Taehyung masih juga belum beranjak, memberanikan diri untuk meminta kenaikan gaji.
"Ehh... ada lagi pak. Hmmm, menurut saya gaji saya kurang dengan pekerjaan saya yang banyak. Saya boleh minta gaji saya dinaikkan?"
Namjoon menoleh dan menaikkan alisnya. Taehyung pasrah jika saat ini ia akan kehilangan pekerjaan-nya lagi.
"Mau berapa?"
Taehyung shock, ia pikir akan dipecat lagi. Perkataan Seokjin benar adanya.
"Hmmm, sepuluh juta won pak."
"Ok."
Dan setelah itu ia keluar dengan wajah bahagia dan Seokjin juga menunggu-nya di depan pintu.
"Bagaimana? Minta berapa kamu, Cil?"
"Sepuluh juta won." Seokjin langsung memukulnya dengan keras.
"Sedikit sekali, aku sudah mengancamnya dan mengorbankan diriku untuk menerima ajakan kencannya. Dan kamu hanya minta sepuluh juta won? Kenapa tidak minta dua kali lipat dari sebelumnya."
Seokjin pun akhirnya pergi dari hadapan-nya dengan langkah menghentak. Mengeluarkan segala emosi-nya. Dan Taehyung kali ini menyesal dalam diam, pantas saja pak bos-nya yang pelit langsung menyetujui.
Satu tahun berlalu dan Taehyung mulai mapan meskipun jodoh masih belum jelas. Karir bagus bahkan Taehyung juga sudah mendaftarkan diri-nya menjadi salah satu dosen di universitas ternama. Besok waktu wawancara-nya.
Hari ini telah tiba dan Taehyung di wawancara dengan Kim Heechul. Dari awal saja Taehyung sudah tahu jika Pak Heechul sangatlah humoris dan frontal. Seperti saat ini, "Ahhhh cv kamu sangat pas dengan cv Pak Jeon. Besok kamu ketemu Pak Jeon sama saya ya, saya yakin kalian bisa menikah secepatnya."
Taehyung jelas tercengang dan tidak bisa mengeluarkan kata sedikit pun. Ia kesini untuk melamar pekerjaan dan cv miliknya bukan cv untuk mencari jodoh.
"Pak..."
"Sudah nurut saja, kamu juga single. Cocok sekali kamu dengan Pak Jeon, nanti saya hubungin kamu lagi ya, selamat Kim Taehyung sebentar lagi kamu menikah."
Benar saja selang satu minggu dari wawancara Taehyung dikagetkan dengan telpon dari Kim Heechul. Yang mengabarkan bahwa ia dan Pak Jeon menunggu di restaurant dekat rumah-nya jam berapapun akan ditunggu. Jelas Taehyung enggan untuk menolak, bertemu sekali saja kan. Kalau tidak cocok ya tidak akan lanjut.
Sebenarnya Taehyung masih belum bisa move on dari mantan terindah-nya, Jeon Jeongguk. Yang menghiasi semasa kuliah-nya. Putus dengan baik-baik dan meminta Taehyung untuk menunggu. Tapi sampai sekarang belum juga muncul.
Taehyung datang ke tempat perjanjian dengan lesu, pekerjaan di lapangan tadi banyak menguras tenaga. Datang dengan muka penuh minyak dan gak ada ganteng-ganteng-nya sama sekali, padahal dia akan bertemu calon jodoh.
Taehyung masuk dan mata-nya langsung tertuju dengan Kim Heechul dan seseorang yang akan di jodohkan dengan-nya. Taehyung berjalan dan duduk tepat di hadapan-nya.
"Taehyung ini orang yang kemarin itu, wahhh kalian sangat cocok sekali. Bagaimana Jeongguk? Sangat tipemu sekali, segera kalian menikah. Ahh ternyata ada telpon tapi sinyal disini jelek sekali, saya keluar sebentar."
Heechul akhirnya pergi. Kini tinggal Taehyung dan Jeongguk.
"Bagaimana kabarnya cil? Maaf harus membuatmu menunggu lama."
Dan kini Taehyung sudah menyempurnakan semuanya. Pekerjaan dan jodoh yang pernah menjadi musibah sekarang datang dengan mudah. Semsta seolah mendukung, dan memang begini cerita takdir-nya. Taehyung sangat bersyukur dengan apa yang ia dapatkan. Pekerjaan dengan gaji bagus dan Jeongguk yang bulan depan akan menjadi suami-nya.
-fin
Cerita nggak jelas dan banyak narasi. Sebenarnya ini salah satu sequel yang mau aku buat untuk salah satu AU di twitter. Tapi karena takut lupa akhirnya buat drabble-nya dulu😂🙏🏻