Piove

8K 253 20
                                    

⚠️ mcd

Aku memandang langit yang memuntahkan butiran-butiran air. Seperti dalam siklus hidrologi yang melewati banyak proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Hujan juga membuat banyak genangan yang tersimpan berjuta kenangan. Bedanya genangan dan kenangan bukan cuma beda huruf awalnya saja. Kalau genangan hanya satu hari dan kenangan tidak terbatas hari.

Aku kangen masa-masa itu. Saat kamu dengan canggung berdiri disebelahku dengan menatap langit yang sama. Langit yang seperti kutatap saat ini.

Kita hanya diam dan menikmati. Sampai kamu memulai pembicaraan dan membuat hatiku berdesir.

"Tae, kamu mau nunggu hujannya reda?"

Aku hanya cengo dan nggak tau harus jawab apa. Kamu yang selalu aku kagumi setiap hari lewat jendela, bicara padaku. Aku hanya bisa balas mengangguk dan kita diam membisu lagi.

Inilah persamaan kita, sama-sama suka diam dan malu-malu. Tapi waktu itu kamu memberanikan diri untuk memulai.

"Kalau kamu mau, aku bisa antar."

Dia mencoba.

Dan setelah itu aku mengiyakan, dia langsung bergegas lari mengambil kunci mobil. Bagaimana aku tidak tambah menaruh hati kalau pujaan hati memberi kode? Atau hanya aku yang kepedean?

Di dalam mobil kita juga hanya diam membisu. Aku mau mencoba tapi bingung mau memulai dari mana. Akhirnya aku memberanikan diri, dia sudah berbaik hati mengantarkanku.

"Kak Jeongguk,"

"Tae,"

"Kamu duluan aja, Tae. Kenapa?"

Demi butiran hujan yang membasahi bumi, aku bingung banget mau ajak bicara apa.

"Kakak lagi nggak ada kuliah? Maaf ya Taehyung ngerepotin. Kak Namjoon masih tidur soalnya semalem ngebut proposal. Tae mau bangunin tapi nggak tega. Makasih juga atas tawarannya." Setelah itu aku hanya diam, sambil lihat hujan dari kaca mobil. Terima kasih hujan, sudah membuatku diantar oleh pangeran pujaanku.

"Kuliah siang Tae. Nggak ngerepotin lah, lagian masak aku tega kamu berangkat sekolah kehujanan."

"Ada gojek, Kak. Sebelum kakak tawarin aku mau gojek loh."

Dia hanya tersenyum dan mengacak-acak rambutku. "Untung aku lebih cepat ya. Dan selanjutnya juga bisa lebih cepat."

Aku bersemu merah dan waktu berjalan lebih cepat. Aku sudah sampai di sekolah dan tidak lupa ucapin terima kasih. Aku memandang mobilnya sampai tidak terlihat di belokan gang. Dan aku cuman bisa bergumam semoga ini bukan yang terakhir. Semoga ini awal kita ya Kak Jeongguk.

Dan doaku terjawab. Selanjutnya pertemuan dan pembicaraan kita jauh terasa lebih mudah. Apalagi kita tinggal sebelahan di rumah susun bangtan.

Malam minggu terasa mengasyikkan, duduk berdua di balkon rusun dengan jasuke buatanku. Meskipun ada aja cuitan nakal dari Kak Namjoon atau Kak Seokjin. Kak Jeongguk merespon dengan biasa dan balas menggoda sesekali.

Sampai malam minggu kesekian kita. Akhirnya Kak Jeongguk mengajakku keluar. Tidak seperti biasanya yang hanya dibalkon rusun. Kali ini Kak Jeongguk mengajak ke rooftop rusun. Selingkup tapi tetep aja beda.

Satu Kisah • kookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang