-
Bunyi pisau yang tengah diasah menggema di seisi ruangan, membuat Yoora mengerjap, terbangun dari tidur singkatnya.
Selagi menyingkap selimut tipis dari tubuh, gadis itu meluruskan punggung, memandangi sosok Jungkook yang tengah duduk tak jauh dari kaki ranjang, bersila dengan batu asah di depannya juga beberapa deret pisau di depannya.
"Bisakah kau mengasah pisaumu itu di tempat lain? Kau mengganggu," ujar Yoora sembari menurunkan kakinya untuk memijak lantai.
"Sengaja," balas Jungkook santai tanpa menoleh. "Sekarang sudah jam 3, kita harus pindah tempat. Mungkin Shim Shiyoon sudah merasa kehilangan sekarang."
Yoora melirik ke arah jam dinding. Jungkook benar, sudah jam 3. Dan itu berarti Yoora baru saja tidur kurang dari 2 jam di penginapan ini. Yah, setidaknya dia tidur cukup nyenyak.
"Kalau begitu bersiaplah, Jeon."
"Sedang kulakukan."
Yoora menghela napas, sama sekali tak berniat untuk memulai paginya dengan perdebatan tak penting. Lagi pula, suasana hatinya sedang bagus karena semalam skenario pencurian mereka berhasil. Meski Yoora harus menahan diri untuk tidak menendang selangkangan Shim Shiyoon tatkala pria itu berusaha menciumnya, tetapi Yoora harus bangga bahwa sedikit pengorbanan itu membuat tangannya berhasil menyusup ke dalam saku pria itu, mengambil kunci yang menjadi incaran mereka, hingga tepat tengah malam, Yoora dan Jungkook bisa menyusup dan masuk ke dalam ruang rahasia pria itu untuk mengambil beberapa perkamen juga beberapa Mer.
Shim Shiyoon mungkin tidak akan merasa kehilangan Mer mengingat betapa kayanya dia, tapi jelas perkamen yang hilang akan menjadi masalah besar untuknya. Yoora sendiri tidak tahu apa yang Jungkook curi, tapi pria itu bilang tidak ada cara lain untuk mengambilnya dari tangan Shiyoon selain mencurinya.
Pandangan Yoora teralih ke arah gaun yang tersampir acak di meja. Menjadi orang kaya memang menyenangkan, namun baju itu membuat ruang geraknya terbatas.
"Yoora."
"Apa?"
Baru saja berbalik, satu pisau bersarung sudah terayun ke arahnya, yang untungnya bisa Yoora tangkap tanpa membuat dirinya terluka. Belum sempat dirinya berkomentar, Jungkook sudah lebih dulu berkata, "Pisau lamamu jelek. Pakai yang itu, sudah kumantrai."
Dengan cepat Yoora mengeluarkan pisau itu dari sarung kulitnya, memandanginya. Pisau itu tipis tapi ujungnya tajam dan mengilap. Dan tepat seperti kata Jungkook, pisau ini sudah dimantrai. Cap hitam berbentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil menempel pada satu sisi pisau—gambar yang sama dengan tato yang ada di punggung Yoora; tanda milik Jungkook.
Mengingat soal tato itu membuat Yoora geram, sebenarnya. Dia masih ingat bagaimana dua minggu lalu, di saat Jungkook menangkapnya, mengikatnya di kursi kayu sementara satu pisau merobek pakaian yang menutupi punggungnya, kemudian sesuatu terasa menempel di kulit Yoora. Mula-mula dingin, kemudian terasa panas dan membakar kulit.
"Tanda itu akan membantuku untuk mengetahui keberadaanmu," kata Jungkook waktu itu, yang menandakan bahwa Yoora tidak akan bisa kabur—dia sudah kehilangan kebebasannya.
Merampok seorang Sorceré jelas kesalahan besar. Tapi, mana Yoora tahu kalau Jungkook ternyata Sorceré?
Yang Yoora tahu—dia memang tidak bersekolah, tapi dia berani jamin informasi yang dia dapat dari hasil curi dengar di sepanjang gang lebih membantu daripada pembelajaran di sekolah—kaum Sorceré sudah lama punah. Mereka hanyalah bagian dari Merveil versi "konon". Di sini, tidak ada lagi sihir kecuali bagi keluarga kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apostrophe (✓)
FantasyPINDAH TAYANG DI DREAME/INNOVEL Sepanjang hidupnya, Yoora hanya mengenal satu pekerjaan: mencuri. Itu satu-satunya keahlian yang dia miliki. Bagi Yoora, apa yang diinginkannya pantas dia dapatkan jika sudah jatuh pada tangannya. Dan prinsip itu juga...