Halo, gais. Maaf baru update.
Sekitar kemarin lusa ada editor yang ngontak aku dan ngobrolin soal cerita ini. Tolong bantu doanya untuk dapet hasil terbaik ya.Selagi nunggu kabar, selamat baca chapter baru. Sape tuh kemarin bawa bawa kaum Edward Cullen? 🌝
-
-
Yoora merasa sesuatu bergejolak dalam dirinya.
Entah apa, dia sendiri pun mempertanyakan hal itu. Hanya saja rasanya mendesak sekali, mendorongnya untuk menyentuh luka Jungkook. Dorongan itu lebih kuat ketimbang luka bakar yang dia lihat kemarin malam. Produksi liur di dalam mulutnya seakan bertambah, mengantarnya pada sebuah rasa lapar yang tak dapat dijelaskan.
Aneh. Padahal sebelumnya Yoora sama sekali tak ingin makan. Tidak sebelum saat ini.
Seolah tak cukup aneh, sekarang garis yang ada di tangannya tiba-tiba menghilang bersama dengan darah Jungkook yang sebelumnya menempel di sana.
Jangan tanya. Yoora sendiri bahkan terkejut, dan mungkin saja dia akan berteriak kalau-kalau suara tembakan senapan itu tak mendahuluinya. Untungnya Jungkook sudah lebih dulu mendorong Yoora, membuat mereka berada di belakang kereta kuda dan menghindari tembakan.
Jungkook meringis pelan, tangan bergerak menekan luka. Warna baju cokelatnya berubah gelap, membuat Yoora ikut panik. Dan sekalipun Yoora berusaha untuk menahan diri, kenyataannya bukan hanya dia sendiri juga yang panik. Di bagian dalam kereta orang-orang sudah sibuk berteriak namun sama sekali tidak keluar.
"Kita harus melakukan sesuatu," kata Jungkook.
"Apa yang mau kita lakukan? Kau sendiri sudah luka begitu," balas Yoora cepat. Mengeluarkan pisau dari dalam tas, Yoora memotong kain yang semula membungkus bagian luar kereta kuda dan memberikannya pada Jungkook. "Tekan lukanya dengan ini."
Yoora sebetulnya ingin menekannya sendiri, tetapi dia sadar bahwa ada sesuatu yang aneh pada dirinya ketika dia menyentuh darah Jungkook, yang entah bagaimana membuatnya sesaat lupa diri. Mencegah hal-hal aneh terjadi terdengar lebih baik daripada mencoba menebak-nebak keadaannya sekarang.
Tanpa banyak bicara Jungkook mengikuti, melipat potongan kain yang Yoora berikan dan menekan lukanya, bibirnya merapat sebagai bentuk pertahanan diri terhadap ringisan yang keluar. Sebetulnya Yoora juga tidak masalah jika laki-laki itu meringis. Bahkan hanya dengan melihatnya saja, Yoora sudah ngilu sendiri.
Darahnya terlalu banyak. Dan darah itu seperti memanggil-manggil Yoora.
"Ke...lu...ar!"
Teriakan putus-putus itu terdengar, membuat bulu kuduk Yoora merinding. Entah untuk siapa teriakan itu, tapi itu sama sekali tak mirip suara manusia. Terlalu serak. Terlalu putus-putus. Jika saja Yoora tidak melihat orang itu tadi, dia pasti akan mengira suara itu dikeluarkan monster raksasa dengan liur banyak di mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apostrophe (✓)
FantasyPINDAH TAYANG DI DREAME/INNOVEL Sepanjang hidupnya, Yoora hanya mengenal satu pekerjaan: mencuri. Itu satu-satunya keahlian yang dia miliki. Bagi Yoora, apa yang diinginkannya pantas dia dapatkan jika sudah jatuh pada tangannya. Dan prinsip itu juga...