Hujan telah berhenti ketika Yoora dan Jungkook sampai di sebuah bangunan mirip kuil kumuh tak terurus yang ada di dalam Hutan Nug. Ini pertama kalinya Yoora menginjakkan kaki ke sini, dan baru kali ini dia tahu ada kehidupan di dalam hutan super berkabut ini.
Yang Yoora tahu, hutan ini menjadi salah satu tempat yang dihindari penduduk. Menurut rumor yang beredar, setiap orang yang pergi ke sana tidak akan kembali, namun Jungkook justru dengan mudahnya melangkah masuk, menjentikkan jemari dan membuat kendi yang sebelumnya terisi asap berubah menjadi cahaya, menyebar mengelilingi mereka untuk memberikan penerangan tambahan ketika masuk menyusuri hutan.
Entah mana yang lebih mengagumkan, sihir Jungkook atau Hutan Nug yang ternyata tidak seburuk yang terlihat dari luar. Jika sebelumnya yang Yoora lihat hanyalah hutan yang ditutupi asap-asap tebal juga suara-suara sunyi sekaligus mencekam, kesan yang ditimbulkan ketika cahaya yang Jungkook buat memberi penglihatan yang lebih jelas justru berbeda jauh.
Pohon-pohonnya menjulang tinggi, namun gesekan daun juga angin yang berhembus seakan bernyanyi menyambut kedatangan mereka. Tidak ada kabut di sini, namun kunang-kunang terlihat menyebar, menjadi kilauan yang senada dengan alam.
Harus Yoora akui, jalan setapak yang ada di sini lebih bagus daripada aspal jalanan di kota yang seringkali berlubang tanpa adanya niat untuk melakukan perbaikan.
Kaki Yoora memijak lempengan batu bulat dengan berbagai ukuran, dan tak lama, batu-batu itu pun menghilang, berganti dengan deretan kayu yang berjajar, tersusun rapi dan berakhir di sebuah rumah kayu dengan lampu minyak yang tergantung di empat tiang yang ada di depan.
Banyak rumah kayu yang ada di Merveil, dan kebanyakan dihuni oleh kaum jelata yang masih punya usaha-setidaknya, bukan seperti Yoora-namun tidak ada yang seperti ini. Rumah ini kelihatan terawat, terurus. Alih-alih rumah yang terpencil, rasanya pepohonan di sini justru menjadi aksesoris yang pas untuk menyampaikan kesan alam bagi rumah ini.
Sesaat, Yoora menemukan dirinya terpukau hanya dengan sebuah kesederhaan ini.
Batinnya bertanya apa ada kehidupan di rumah itu, tetapi sebelum sempat mengajukan pertanyaan, jawaban yang dicarinya sudah hadir tatkala pintu rumah terbuka, memunculkan satu sosok yang keluar dengan lentera kecil yang menggantung di lengan kanannya.
Seorang wanita paruh baya terlihat mendekat. Tubuhnya ringkih, bungkuk, namun suaranya terdengar begitu tegas ketika berkata, "Oh, kau rupanya, Jeon Jungkook."
Yoora agak terkejut, sementara satu pertanyaan melayang. Apa wanita ini penyihir juga? Apa dia punya sihir yang sama seperti Jungkook? Atau mungkin dia semacam... penyihir senior?
Jungkook kemudian mendekat ke arah wanita ringkih itu, dengan tak acuh menyodorkan dua gulung perkamen dari dalam jubahnya. Padahal jubah itu selalu pas dengan Jungkook, sekalipun selalu ada barang yang Jungkook keluarkan dari dalam sana.
Apa jubah penyihir begitu? Mungkin aku butuh satu.
"Kau mengambilnya," komentar si wanita paruh baya.
"Tentu. Sudah kubilang kalau aku akan benar-benar mengambilnya." Suara Jungkook terdengar angkuh. "Kuharap yang ini bermanfaat."
Percakapan tersebut kemudian berhenti. Senyap. Wanita paruh baya itu menjepit dua gulungan yang Jungkook berikan dengan lengan juga pinggangnya, kemudian menoleh ke arah Yoora.
Meski pencahayaan di sekitar sini minim, Yoora tahu ada sesuatu-yang sayangnya tak dia mengerti apa-dari sorot mata wanita paruh baya tersebut. Yoora merasa ditelanjangi, diselidiki dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Sekarang kau bawa apa lagi? Rekan kerja?" tanya wanita paruh baya itu. Sekalipun pertanyaan itu tak tertuju padanya, Yoora tahu betul bahwa pertanyaan itu mengenai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apostrophe (✓)
FantasyPINDAH TAYANG DI DREAME/INNOVEL Sepanjang hidupnya, Yoora hanya mengenal satu pekerjaan: mencuri. Itu satu-satunya keahlian yang dia miliki. Bagi Yoora, apa yang diinginkannya pantas dia dapatkan jika sudah jatuh pada tangannya. Dan prinsip itu juga...