9: Leading Path

1.2K 218 51
                                    

Halo. Maaf aku baru update.
Aku sekalian mau ngasih pengumuman penting, eak eak. Puji Tuhan cerita ini diambil sama platform nulis lain, jadi aku bakal lanjutin di sana tapi dengan perubahan nama karena hak cipta. Tapi biar nggak tanggung, aku coba publish 1-6 bab lagi di sini sebelum aku hapus dan pure dilanjut di sana.

Untuk baca kalian bisa install Dreame, baru cari akun aku @aratakim atau cari aja judulnya Apostrophe. Sekarang di sana baru 4 bab doang, sisanya lagi aku edit sebelum pindahin ke sana. Kalau mau boleh cek aja dulu okey. 👌

Selama sisa bab yang ada, semoga kalian terhibur~

-


Yoora merasa ada seseorang mau melangkah mendekat ke arahnya ketika merasakan percikan-percikan dingin yang menyentuh wajahnya berulang kali. Matanya mengerjap cepat sebelum cahaya menyilaukan membuatnya menutup mata rapat.

"Mau sampai kapan kau tidur?"

Sosok Jungkook langsung terlihat begitu matanya terbuka lebar. Spontan Yoora meluruskan punggung, menarik diri untuk mundur.

"Kau apa-apaan sih?" geram Yoora. Tangannya bergerak untuk mengambil pisau yang biasanya dia taruh di ikat pinggangnya, namun tak ada apa pun yang dia temukan. Lantas matanya memicing ke arah Jungkook, siap menuduh.

"Jangan salahkan aku. Kau yang lempar pisaumu ke laki-laki sialan itu tadi malam," Jungkook membela diri sambil mengedik cepat, meletakkan mangkuk berisi air di sampingnya, "aku tidak mungkin mengambil pisau dari kepala mayat."

Seketika Yoora ingat, bersamaan dengan sensasi menusuk yang menjalar ke lengan kanannya. Dengan cepat memorinya terbongkar, memutar ulang kejadian sebelumnya juga rasa takut dan nyeri yang mencekam.

Belum juga kilas balik malam tadi menghantui Yoora, Jungkook sudah bicara sambil menunjuk bahu kanannya yang ditutupi kain basah. "Asal tahu saja, kau bahkan memakanku."

Yoora lantas mengernyit. "Memakanmu?"

Jungkook mengangguk, menyentuh sudut bibir sendiri. Yoora awalnya heran, tetapi dia meniru apa yang laki-laki itu lakukan hingga menemukan sesuatu di punggung tangannya. Ada bekas tertinggal: darah.

Matanya membulat ngeri. Tidak, bukan darah yang jadi bagian menyeramkannya, melainkan fakta bahwa Jungkook bilang ....

"Kau bohong, ya?" todong Yoora cepat. "Kau pikir aku apa? Binatang? Untuk apa aku memakanmu?"

"Kalau kau binatang, mungkin itu akan lebih mudah, Yoora," tutur Jungkook sebelum napas gusar lolos dari bibirnya. Laki-laki itu kemudian bersila, tatapan sepenuhnya tertuju pada Yoora. "Dan itu juga yang persisnya mau kutanyakan padamu."

"Tanya... apa?"

"Kau itu siapa—atau apa?"

Ada penekanan ganjal dalam ucapan Jungkook, dan untuk cara yang tak bisa dimengerti, pertanyaan itu menohok Yoora. Dia tahu belakangan ini semua terasa aneh. Garis di tangan, bisikan-bisikan yang entah dari mana, ditambah darahnya yang kadang bereaksi dalam cara yang tak dia pahami dalam waktu-waktu tertentu.

Aku ini apa? Kini pertanyaan itu dia lontarkan pada dirinya sendiri. Dia sadar bahwa sejak awal dia tak pernah mencoba untuk mencari tahu tentang dirinya. Yoora selalu berasumsi dia tak diinginkan, itu sebabnya rumah kumuh penyika anak-anak yang menjadi tempat tinggalnya.

Menjawab siapa dan apa dirinya ternyata lebih sulit ketimbang menjawab topik-topik mengherankan lainnya. Ingin mengabaikan, namun benak terus memutar pertanyaan tersebut layaknya lingkaran tak berujung.

Apostrophe (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang