Dix : Finale

252 36 36
                                        

Cerita ini hanya fiktif belaka, harap kebijaksanaan pembaca dalam memahami isi cerita.

| Fantasy/ Mythology|

| Red Velvet | TVXQ | Jessica and Krystal Jung | BTS |

and another idol,

Enjoy!

*****

Hari itu hujan.

Pria muda yang berdiri di dekat jendela itu menatap muram pada jalanan di balik kaca jendelanya yang buram. Air hujan telah membuat pandangannya tertutupi. Dia mengembuskan napas, panjang dan berat. Terlihat jelas bahwa dia tengah gusar.

"Tuan, apa Tuan ingin makan sekarang?"

Pria muda itu menoleh. Pelayannya telah berdiri di depan pintu dengan wajah ramah, menawarinya makan siang. Ada kekhawatiran pada sepasang mata rentanya yang teduh.

"Aku tidak ingin makan, Arthur." Dia menolak dengan lesu, kembali menatap pemandangan di luar kaca jendela.

Wajah tua pelayan tampak kecewa. Namun, dia berusaha menjaga ekspresinya agar tetap sopan. Bagaimana pun, dia hanya seorang pelayan yang terlalu khawatir.

"Tuan belum makan dari semalam," bujuknya. Nada suaranya memohon, berharap tuannya mau memakan sepotong roti, atau barangkali semangkuk penuh sup hangat. "Kami tidak ingin Tuan jatuh sakit."

"Arthur."

Sang Pelayan menatap tuannya, merasa tak enak begitu melihat punggung ringkih saudagar muda yang sudah lama menjadi tuannya itu. Ada yang lain dari aura tuan mudanya. "Anda ingin mengatakan sesuatu, Tuan?"

"Aku lelah, aku ingin tidur."

"Tuan, Anda sudah menghabiskan banyak waktu untuk tidur," pungkas pelayannya dengan sangat hati-hati, suaranya melemah di ujung kalimat. "Saya pikir, tidak baik terus terjebak ke dalam dunia mimpi yang Tuan bicarakan itu."

Saudagar muda itu berbalik, mengulas senyum tipis yang kelihatan sedih. Sepasang matanya yang sendu terlihat menyedihkan.

"Apa kau percaya pada harapan, Arthur?"

"Maksud Tuan?"

"Apa kau percaya menggantungkan harapan pada sosok yang salah bisa membawamu pada kegelapan?"

Pelayan itu tidak menjawab, hanya menatap tuannya yang kini menengadah, menikmati aliran hujan yang menyapa kaca jendelanya. Sekelebat firasat buruk menyusup masuk ke dalam benaknya. Punggung tuan mudanya seolah menjauh, tak terengkuh.

Seakan jiwanya sudah pergi meninggalkan raga yang kosong tanpa nyawa.

.
.
.

{✓} RÊVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang