Épilogue : En Feu

284 35 9
                                    

Paris, France.

Namjoon memasuki restoran dengan santai, menemukan Kim Junmyeon telah menunggunya di salah satu meja dengan segelas anggur di tangan. Namjoon diam-diam meneliti karakter pria itu, menebak-nebak apa yang ingin dia bicarakan hingga mengubungi Namjoon secara pribadi dan memaksanya membatalkan penerbangan.

"Aku tidak yakin kau meminta bertemu di sini untuk minum anggur." Namjoon langsung berujar begitu dia duduk di hadapan Junmyeon. Pria itu melepas kacamata hitamnya, melirik Junmyeon yang dengan tenang meletakkan gelas anggur ke atas meja.

"Aku dengar dari Soojung kalau kau sekarang bertanggung jawab atas kelima wanita itu." Junmyeon memulai percakapannya dengan natural, berusaha untuk membangun suasana santai. Pembicaraan mereka akan sangat mengerikan dan Junmyeon tidak mau Namjoon bereaksi histeris di tempat umum. "Maksudku, Joohyun dan keempat temannya."

"Aku tahu siapa yang kau maksud." Namjoon menyela dengan cepat, tidak suka dengan Jumnyeon yang mengulur-ulur waktu. "Katakan saja, apa yang diinginkan seorang pengusaha terkenal yang nyentrik dengan kelima asetku yang sangat berharga? Kau membuatku membatalkan penerbangan, Kim."

Junmyeon mengulas senyuman miring, menyadari satu fakta menarik. "Mudah menebak kau sedikit banyak tahu soal sejarah keluargaku. Kalau begitu, apa yang kau tahu tentang Atlantis?"

Namjoon mengerutkan kening dengan pertanyaan tak terduga Jumnyeon. "Benua yang tenggelam? Peradaban sempurna yang selama ini terus diburu banyak pihak?" Kedua matanya membulat begitu dia menyadari sesuatu. "Tunggu! Jangan bilang kau ingin menemukan Atlantis dengan bantuan kelima wanitaku?!"

Junmyeon mendengus mendengar ucapan Namjoon. "Profesor Kim, berhentilah mengatakan seolah-olah mereka milikmu, kau kelihatan seperti punya banyak kekasih saja," katanya dengan nada tak suka.

Namjoon menggaruk pelipisnya, terkekeh canggung. "Maaf. Tapi, jika kau memang mengajak kami menemukan Atlantis, itu akan menjadi proyek besar. Memang sudah banyak yang mengadakan proyek untuk menemukan Atlantis, tapi kerjasama kita dan lima wanita itu akan membawa hasil yang luar biasa. Aku sangat yakin," katanya percaya diri.

Junmyeon menggoyangkan gelas anggurnya, menganggu antusiasme Namjoon dengan satu kalimat. "Atlantis yang kubicarakan sangat berbeda. Yang ini versi mengerikannya, Kim."

"Sangat berbeda?"

"Ya."

"Sangat mengerikan?"

"Sangat." Junmyeon mendekatkan gelasnya ke mulut, menatap Namjoon yang menunggu ucapannya. "Aku jamin otak jeniusmu tidak pernah mendengar yang satu ini."

Pria itu meneguk anggurnya dan tersenyum. Namjoon terpaku pada cara Junmyeon tersenyum. Senyum pria itu menyadarkannya bahwa apa yang barusan dikatakannya bukan bualan belaka. Entah apa yang dimaksud Junmyeon, tapi Namjoon punya perasaan buruk.

"Katakan, kenapa mereka terlibat?" Namjoon meneguk ludah, memain-mainkan cincin di tangannya. "Omong-omong, mereka baru saja keluar dari mimpi buruk."

Junmyeon terkekeh sebentar. "Aku tahu," katanya. "Tapi, apakah kau tahu, Profesor? Sebuah petualangan tidak masuk akal kadang terjadi karena kau membuka pintu yang salah. Karena itu, kau harus berhati-hati pada setiap pintu yang kau temui. Kau tidak tahu pasti apa yang ada di balik pintu itu. Mereka membuka pintu yang salah, lagi."

{✓} RÊVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang