Ketika pagi datang, Jennie terbangun dengan perasaan yang tidak nyaman. Ia bergerak gelisah kala merasakan kepalanya kian berat. Tangannya terulur untuk memijat pelipisnya dengan mata terpejam, berharap pening pada kepalanya menghilang. Semua gerakannya itu tak luput dari pandangan seseorang yang sedari tadi duduk di atas sofa dengan segelas susu hangat dan sepotong roti sebagai menu sarapannya. Taehyung mengunyah makanan itu dalam diam, seraya terus memperhatikan istrinya yang tampak gelisah entah karena apa. Jennie terdengar meringis dan tampak akan menangis."Kau kenapa?"
Suara Taehyung membuat Jennie cukup terkejut. Dia mengira Taehyung meninggalkannya dan tetap pergi bekerja. "Taehyung?" lirihnya dengan mata sembab karena semalam terlalu banyak menangis. Jennie merasa canggung mengingat kemarin malam dia menangis dan mengadu pada Taehyung seperti anak kecil yang begitu lemah.
"Apa?"
Jennie memejamkan mata lagi dan kembali meringis. Jennie tidak sedang mencari perhatian, hari ini tubuhnya merasa tak sehat. Jennie bahkan tidak punya tenaga untuk sekedar duduk dan berbicara pada suaminya. Sedangkan Taehyung yang tak kunjung mendapat jawaban pun memutuskan untuk mendekat.
"Lukamu masih sakit?" tanya Taehyung, tetapi Jennie masih tak menjawab, wanita itu menarik selimut hingga dagu lalu terpejam dengan tubuh gemetar. Ketika tangan Taehyung terulur untuk mengecek suhu badan istrinya, pria itu cukup terkejut walaupun tadi ia sempat menduga bahwa istrinya demam. Suhu tubuhnya benar-benar tinggi. "Kau mau ke rumah sakit?" Jennie hanya menggeleng sebagai jawaban. "Tapi kau harus diobati."
Taehyung menatap istrinya datar, Jennie memang keras kepala. "Setidaknya kau sarapan, jangan tidur dulu." Dan lagi-lagi Jennie hanya diam mengacuhkannya. Melihat itu kesabaran Taehyung pun habis, dan ia memilih untuk pergi meninggalkan kamarnya dari pada harus memarahi Jennie yang sedang sakit tapi tetap keras kepala.
Taehyung yang menuju dapur untuk menyimpan alat makannya tadi, mendapati Ibunya yang sedang mengoleskan selai pada roti yang telah ia panggang sendiri. Haewon menatap putranya sembari tersenyum. "Selamat pagi sayang."
"Selamat pagi juga Ibu." Taehyung meletakan piring dan gelas kotornya pada wastafel, lalu melangkah menuju sang Ibu yang berada di meja makan.
"Kau tidak pergi bekerja? Atau belum?" tanya Haewon yang mulai memakan roti panggangnya.
Taehyung berdeham, sebenarnya dia juga merasa bingung kenapa dirinya mendengarkan Jennie untuk tidak pergi bekerja. "Aku akan bekerja di rumah saja untuk hari ini." Jawabnya singkat.
Haewon mengangguk paham, lalu kembali bertanya. "Mana istrimu yang menyusahkan itu? Kenapa dia tidak membuatkan kita sarapan? Apa dia masih tidur dan ingin bermalas-malasan ketika mertuanya ada di sini? Dasar tidak tau malu." Lirihnya di akhir kalimat.
"Ibu, ada yang ingin aku bicarakan." Taehyung sedikit ragu.
"Apa itu?"
"Semalam aku mendapati Jennie yang menangis, dia mengatakan-"
"Ohh jadi dia mengadu?" Haewon memotong ucapan Taehyung. "Apa yang wanita miskin itu adukan padamu hm? Dia pasti telah melebih-lebihkan ceritanya."
"Tubuhnya terluka, dia ketakutan."
Haewon mendengus, selera makannya tiba-tiba hilang karena pembahasan ini. "Kau mengkhawatirkannya Taehyung?"
Pria dingin itu menatap Ibunya lurus. "Bukan begitu, aku hanya-"
"Bukankah itu wajar? Dia telah membuat Ibumu marah Taehyung. Wanita itu semakin berani pada Ibu, bahkan dia mendorong Ibu sampai terjatuh."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT || [REVISI]
RomanceCinta tidak hanya menceritakan tentang keindahan, tapi juga luka yang sulit disembuhkan. _____________ 1# IN KIM JENNIE [10 APR 2022] 1# IN VNNIE [30 APR 2021] 1# IN JENKOOK [31 JUL 2021] 3# IN TAENNIE [02 MAR 2022] 11# IN KIM TAEHYUNG [13 NOV 2021]...