3

1.6K 163 31
                                    

Rea, Galen update lagi, nih? Siapa yang udah penasaran?

Jangan lupa vote dan komen, ya!!!

♡♡♡

"Kenapa nggak lo ambil? Kalo gue jadi lo, nggak pake mikir udah langsung gue trima tu beasiswa. Tapi, itu bukan gue, gue bisa lulus aja udah bersyukur, Re." ujar pemuda dengan kaos sebatas ketiak, celana jeans selututnya sobek-sobek. Dia menatap Rea yang terlihat mendengarkan pendapatnya dengan seksama.

"Hem, gue setuju sama Wahyu." Galang ikut menimpali.

Mendengar itu Rea terdiam cukup lama. Apa iya sebaiknya dia terima beasiswa itu seperti yang mereka katakan. Ini kesempatan untuknya yang mungkin tak akan datang dua kali. Tapi--

"Tapi, gimana sama ibu gue?" tanyanya lirih, mengeluarkan kegundahannya. Dia menatap dua orang di hadapannya bergantian.

"Emangnya kenapa sama ibu lo? Ibu lo nggak ngasih ijin?" tanya Wahyu menatap penuh tanda tanya, tak mengerti. Setahu Wahyu Ibu Rea seorang yang baik.

Rea dengan cepat menggeleng. "Jarak sekolahan itu lumayan jauh, bahkan dua kali lipat dari sekolahan gue sekarang. Gue takut kalau pulang telat, bisa-bisa kaya tadi, Ibu udah babak belur dihajar Ayah gue," beritahunya geram, terbayang bagaimana dia menemukan ibunya tadi. Sudah jadi rahasia umum di kampungnya kalau Ayahnya suka memukuli dia dan ibunya, membuat banyak orang yang prihatin.

Wahyu menepuk bahu Rea pelan, mengerti. "Gue sama yang lainnya yang bakal mantau Ibu lo, kalau sampai Bapak lo macem-macem sama Ibu lo kita yang bakal ngehajar balim. Gimana? Jadi, lo bisa ambil beasiswa itu. Kita bakal ikut bangga kalau punya temen sukses," ujarnya tersenyum manis, sambil menaik turunkan alisnya.

"Iya, Re, lo tenang aja kita bakal jagain Ibu lo." Galang ikut bicara, merangkul pundak Rea.

Lagi-lagi Rea terdiam, menimbang. Wahyu, Galang dan anak-anak yang lain tentu bisa dia percaya. Tapi--Rea masih tak yakin.

♡♡♡

Galen mendengarkan lagu dengan menggunakan handset, kaki laki-laki itu berada di atas meja. Lelaki itu nampak sangat menikmati lagu rock yang saat ini sedang berputar. Galen terlihat sangat ekspresif dengan ikut menggerakan tangannya seolah Ialah yang sedang memainkan gitar yang terdengar dari musik tersebut.

"Galen!"

"Galen!!"

Galen yang terlalu hanyut pada musik yang sedang berputar, tak menyadari jika Ibunya memanggil-manggil dirinya. Sampai Annisa dengan gemas menarik handset yang dia gunakan. Memelotot tajam.

Galen terlonjak kaget. Ia dengan segera menurunkan kakinya dan bangkit berdiri. Menatap Ibunya dengan pandangan bingung. "Eh, Mama. Kenapa, Ma?" tanyanya bingung, apalagi wajah Ibunya terlihat kesal.

Annisa menggeleng pelan dengan tingkah anak sulungnya, tapi, memilih mengabaikannya kemudian. "Kamu bukannya belajar malah ngapain?! Udahlah,  Papa udah pulang, ayo makan malam dulu." ujarnya, berlalu meninggalkan kamar putranya setelah menghela nafas pelan.

Galen menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak mau mendapat amukan dari Ibunya lagi, dia menyusul langkah ibunya yang sudah berlalu lebih dulu menuju ruang makan. Galen menuruni undakan anak tangga dengan bersiul, dapat dia lihat Ayah, Ibu dan adiknya sudah duduk di meja makan. Ayahnya terlihat sedang mengobrol dengan adiknya, berakhir dengan usapan lembut di kepala gadis kecil itu. Sedangkan, Ibunya terlihat sedang menyiapkan makanan dengan dibantu Mbok Nah--pembantunya.

Sampai di meja makan, hal yang pertama Galen lakukan adalah mengacak rambut adiknya hingga gadis itu berteriak marah. Lalu, dia menarik kursi di samping sang adik. Galen menoleh, tersenyum geli melihat wajah memberenggut adiknya.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang