10

1K 160 25
                                    

Update nih!

Siapa yang kemarin bilang nungguin, cungg

Jangan lupa meninggalkan jejak, kuy pencet bintang dan isi kolom komentar. Nanti aku cepet update, nggak bo'ong😆

Selamat membaca😊

♡♡♡

"Kemarin bolos, sekarang tawuran! Sebenarnya kamu sekolah itu niat nggak sih, Len?" Annisa mengerang frustasi. Ia tatap galak anaknya yang duduk di sofa terlihat sibuk mengompres luka di pelipisnya.

Saat ini ibu dan anak itu memang sedang ada di ruang tengah. Annisa yang mendapatkan kabar jika anaknya terlibat tawuran langsung saja menghakimi putranya. Tak peduli dengan luka-luka di wajah Galen yang terlihat masih segar, Annisa langsung mengomelinya.

"Liat aja mama akan suruh Papa kamu buat cabut semua fasilitas kamu," ucap Annisa mengancam, saat melihat tak ada ekspresi wajah penyesalan pada anaknya.

Mendengar itu Galen tentu saja kaget. Laki-laki itu bahkan langsung meletakan kain yang dia pegang untuk mengompres lukanya. Ia tatap ibunya yang masih berdiri di hadapannya, menatapnya serius masih bercampur marah. Tatapannya mengatakan jika ucapannya bukanlah sebuah gertakan semata.

"Ma, jangan dong. Masak Mama tega sama anak sendiri," ujar Galen wajahnya dia buat semelas mungkin, berharap ibunya akan mengasihaninya. Bisa kacau jika sampai fasilitasnya ditarik.

"Mama nggak peduli, mama bakal tetep suruh Papa kamu buat cabut semua fasilitas kamu." tanpa menunggu persetujuan putranya Annisa berbalik lalu mulai menaiki undakan anak tangga.

"Ma! Janganlah, Ma! MAMA! GALEN JANJI NGGAK AKAN LAGI!" teriak Galen berharap ibunya mau kembali dan mengurungkan niatnya. Ia sandarkan tubuhnya pada sandaran sofa saat ibunya tetap meninggalkannya. Wajahnya Galen seketika dilanda kecemasan. Bisa gawat kalau sampai semua fasilitasnya dicabut.

Ting tong!

Ting tong!

Berdecak saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Galen tengok ke arah dapur, memastikan apakah pembantunya mendengar lalu akan segera membukakan. Kembali mengambil kompres yang ia lempar ke atas meja tadi, pemuda itu kembali berdecak saat suara bel rumahnya kembali berbunyi.

"Mbok! Mbok Sum!"

"Mbok!"

Mengetahui tak ada sahutan. Galen dengan wajah kesal bangkit dari duduknya. Berjalan menuju ruang depan untuk membukakan pintu pada tamu yang tak tahu diri. Merepotkan dia saja.

Ceklek!

"Oh, lo cewek preman. gue pikir siapa," ujar Galen malas. Laki-laki itu masih setia berdiri di depan pintu. Tak memberi jalan untuk Rea masuk.

"Ngapain lo ke sini?!" tanya Galen galak kemudian.

"Hari ini Icha les," jawab Rea memberitahu sebelum kemudian menunduk sopan. Seolah laki-laki di hadapannyalah yang memberikannya pekerjaan ini.

"Malem-malem kaya gini?" tanyanya memicing. Sebenarnya ini belum terlalu malam. Karena saat ini jam masih menunjukan pukul setengah tujuh. Tapi, karena matahari yang sudah bersembunyi digantikan oleh bulan. Galen anggap sudah malam. 

Rea hanya mengangguk menjawab pertanyaan Galen. Sebelum kemudian ia lihat bagaimana laki-laki itu hampir terjungkal ke samping saat ibu laki-laki itu yang tiba-tiba datang menyingkirkan laki-laki itu dari depan pintu dengan mendorongnya kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang