6

1.1K 187 46
                                    

Agak pesimis ceritanya bakal rame hehe

Tapi, gasslah update terus

Kalian yang baca semangatin aku dong, sama bantu rekomendasiin cerita ini wkw

Oke, selamat membaca❤️

♡♡♡

Annisa menggeleng saat melihat putranya masih bergelung dalam selimut. Wanita itu lebih memilih berjalan menuju gorden jendela, menyibaknya hingga cahaya matahari dapat masuk. Lalu membalikkan tubuhnya, dia mendengus saat melihat putranya malah semakin menenggelamkan wajahnya dalam bantal saat merasakan panas menerpa wajahnya.

"Galen, bangun! Bangun! Kamu bisa telat!" Annisa berusaha manarik selimut yang dipakai pemuda itu, tapi sepertinya itu tak sama sekali berpengaruh, hanya gumaman menjengkelkan yang terdengar.

"Nanti, Ma," lirih Galen masih dalam posisi kepala menyeruak di dalam bantal. Tak berniat sama sekali untuk mengangkat wajahnya.

"Nggak nanti-nantian. Sekarang! Ini udah jam setengah tujuh, Galen!" Annisa memukul lengan terbuka anaknya. Anak lelakinya memang suka tidur hanya dengan bokser dan dada bertelanjang.

"Aw, sakit, Ma." ringis Galen mengusap lengannya yang terasa panas karena cubitan Sang Mama.

"Makanya buruan bangun! Nanti kamu telat sekolah!" ujar Annisa lagi gemas.

"Ayolah, Ma, itu sekolah Galen. Nggak papa Galen telat," lirih Galen yang sukses mengeluarkan tanduk amarah di kepala Annisa. Ia masih setia tengkurap memeluk bantalnya.

"Kamu mau bangun sekarang atau mau mama siram air?!" tanya Annisa hilang kesabaran. Anak laki-lakinya ini benar-benar menguji kesabarannya.

Spontan Galen langsung membuka matanya dan bangkit duduk, ia tidak ingin kejadian dulu terulang lagi. Masih meninggalkan trauma untuknya saat Sang Mama nekat menyiramnya dengan air dingin dari kulkas karena tak kunjung bangun juga. Itu dulu saat dia kelas sepuluh.

"Iya, iya, nih, dah bangun!" beritahunya mengucek-ngucek kedua bola matanya. Dia mendengus.

Annisa tersenyum puas melihat itu. "Yaudah, kalau gitu sekarang cepet mandi, terus sarapan. Mama tunggu di bawah," ujarnya kepada Sang Putra. "Awas kalau kamu balik tidur lagi! Mama siram kamu pake air kulkas lagi!" ancamnya lalu berjalan keluar dari kamar.

Galen hanya menatap kepergian ibunya. Selang sepuluh menit, baru laki-laki itu bangkit dari atas kasurnya menuju kamar mandi di kamarnya. Malas mandi, Galen memilih hanya membasuh wajahnya saja untuk ikut sarapan bersama keluarganya. Dia akan mandi setelah sarapan atau momen untuk mengganggu adiknya akan hilang.

Sampai di meja makan, hal pertama yang Galen lakukan adalah mengusap kepala adiknya, tak benar-benar karena dia tahu adiknya mau berangkat sekolah. Meskipun begitu, tetap saja adiknya yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya itu memberenggut sebal.

"Dasal Kebo! Udah balu bangun, nyebelin lagi!" ujar Icha kesal.

Tak peduli dengan ucapan adiknya Galen memilih untuk menarik kursi lalu duduk. Dia langsung menyentong nasi ke dalam piringnya. Dia makan dengan santainya tak peduli dengan keadaannya yang hanya memakai bokser dan bertelanjang dada, memamerkan perutnya yang tak buncit tapi juga tak kotak-kotak.

"Icha ini bekal kam--ya, ampun. Galen! Kamu belum mandi, terus apa-apaan kamu ini. Makan nggak pake baju kaya gitu. Liat Lala aja sampai merah pipinya liatin kamu." omel Annisa yang baru saja keluar dari dapur saat melihat pemandangan anak laki-lakinya yang seperti bintang majalah dewasa, Ia membawa kotak bekal bergambar frozen di tangannya.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang