4

1.3K 146 26
                                    

Rea update🤗

Please Tinggalkan Jejak

***

Rea menatap pemuda berseragam sama dengannya hanya bad di lengannya yang membedakan. SMA Nusa, Rea berohria dalam hati. Dia tahu SMA itu.

Pemuda dengan kacamata besar bertengger di hidungnya itu terlihat mendongak, juga memandang Rea dengan menelisik, seperti menilai. Potongan rambutnya terlihat cepak menutupi dahinya, khas siswa berprestasi, kutu buku. Dia menaikkan kacamatanya yang melorot saat meneliti gadis itu.

"Oh, kamu murid yang dari SMA Harapan, kan?" tanya seorang lelaki paruh baya yang merupakan kepala sekolah SMA Bayangkaran kepada Rea.

"Iya, Pak." jawab Rea, mengangguk singkat.

"Duduk, duduk." perintahnya pada Rea menunjuk kursi sofa di hadapannya. Rea duduk tepat di samping pemuda berkacamata itu.

"Nama kalian siapa saja? Oh, sebelum itu perkenalkan dulu saya Wiryono, kepala sekolah di sini." ujarnya tersenyum ramah. Menatap dua remaja di hadapannya bergantian yang memberikan ekspresi yang berbeda. Kemudian dia berdehem. "Jadi, nama kalian siapa?" tanyanya kembali.

"Saya Didik, Pak." jawab pemuda di samping Rea dengan penuh semangat. Dia kemudian membetulkan letak kacamatanya yang melorot. Lalu menoleh, memandang Rea penuh rasa percaya diri yang tinggi.

"Kalau kamu, Nak?" tanya kepala sekolah itu beralih memandang pada Rea.

"Rea," jawabnya singkat. Tak ada senyum di bibirnya seperti pemuda di sampingnya. Wajahnya hanya menunjukkan ekpresi dingin.

"Oh, Didik dan Rea." Kepala sekolah itu nampak mengangguk pelan.

"Saya yakin kalian pasti murid yang pintar-pintar. Karena Pak Samsunudin tidak pernah salah dalam memilih. Dia wakil kepala sekolah dan juga guru di sini," beritahu kepala sekolah dengan nada sedikit menggoda, lalu mengedipkan sebelah matanya.

Pemuda yang diketahui bernama Didik itu nampak mengangguk-angguk, membenarkan. Ia merasa ucapan itu benar, karena buktinya dia yang mendapatkan tawaran beasiswa ini, dia adalah murid terpandai di sekolahnya. Tidak salah, kan?

"Memang SMA Bayangkaran selalu mencari siswa dan siswi berprestasi untuk mendapat beasiswa. Kalian pasti tahu, kalau sekolah ini, sekolah favoritkan? Kebanyakan murid yang masuk di sini anak-anak pejabat dan pengusaha. Tidak ada yang mau menerima beasiswa walau itu atas dasar prestasi mereka.  Nah, karena itu kami selalu merekrut siswa-siswi dari sekolah lain untuk mendapat beasiswa ini. Akan sayang jika beasiswa yang diberikan pemilik yayasan tidak digunakan. Karena itu kami putuskan untuk memberi kesempatan pada anak-anak luar sekolah ini," jelas kepala sekolah itu panjang lebar. "Ah, orang tua kalian pasti banggakan karena kalian mendapat beasiswa bersekolah di sini?" tanyanya kemudian, tersenyum.

"Iya!"

"Tidak juga,"

Sontak jawaban Rea mengundang tatapan dari kepala sekolah di hadapannya juga pemuda di sampingnya. Kedua lelaki itu mengerutkan alis mereka antara bingung dan tak percaya. Apa gadis itu bercanda.

"Orang tua kamu ... tidak bangga kamu masuk di sini?" tanya Pak Wiryo memastikan, tanpa sadar menahan nafasnya.

Rea mendongak, memandang wajah Kepala sekolah barunya. Gadis itu sama sekali tak merasa jika ucapannya salah, tapi kemudian dia menarik salah satu sudut bibirnya. "Maksud saya, orang tua saya sangat bangga." katanya kemudian.

Pak Wiryo mengangguk ikut tersenyum. Tanpa sadar lelaki paruh baya itu menghembuskan nafasnya lega. "Saya sampai deg-degan. Saya pikir kenapa? Ternyata sangat bangga, toh," ujarnya jenaka.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang