Azel p.o.v
Saat aku dan Buana akan pulang. Gandhi datang lagi. Ah, kenapa aku jadi sering melihatnya hari ini, perasaanku masih gak karuan kalau didekat Gandhi.
"Zeel aku duluan ke mobil." Pamit Buana seakan mengerti keadaan
"Iya nanti aku nyusul."Buana pergi duluan kemobil meninggalkanku dengan Gandhi berdua.
"Dia pacar Azel?"
"Buana?"
"Ya entahlah gue juga gak tau namanya."
"Buana teman Azel."
"Syukurlah."
"Kenapa memang?"
"Takutnya pacar."Tuduhan tak masuk akal.
"Terus apa yang mau kamu omongin?"
"Gue putus sama Sekar." Ungkapnya, jujur aku sama sekali gak peduli akan hal itu
"Harus ya laporan sama aku?"
"Gue ngerasa aneh aja kok semakin kesini gue makin sadar kalo lo jauhin gue."
"Azel cuma ngerasa harus ngelakuin itu aja."
"Maaf.."
"Untuk?"
"Ya apa aja. Pokoknya maaf."
"Apaan sih Dhi kamu gak jelas."
"Gue gak tau salah gue apa tapi ada yang mengganjal dihati gue, tentang lo."
"Gandhi gak ada salah sama Azel, itu cuma perasaan kamu aja. Udah ya Azel mau pulang udah ditunggu Buana."Aku segera pergi meninggalkan Gandhi yang kelihatannya memang risau. Aku gak peduli daripada aku gak bisa tahan air mataku di depan dia.
Author p.o.v
Dari dalam mobil, Buana melihat Azel berjalan tergesa-gesa.
"Loh kok dia gak kesini." Herannya saat melihat Azel melewati mobilnya begitu saja
Buana langsung keluar dari mobil dan menyusul langkah Azel.
"Zeel!" Panggil Buana namun Azel sama sekali tak menggubrisnya
"Azelia!"
Untuk yang kedua kalinya Buana memanggil dan Azel menghentikan langkahnya.
Buana membalikan tubuh Azel agar menghadapnya.
"Nangis kamu? Kenapa?"
"Gak usah ikut campur yah, kamu pulang aja."
"Cowo tadi yang bikin kamu nangis?" tebak Buana sambil memegang kedua bahu Azel
"Apaan sih! Udah deh gak usah sok tahu." Tukas Azel dengan menyingkirkan tangan Buana"Aku suka kamu." Ungkapnya dengan tatapan lurus pada kedua bola mata Azel
"Tapi aku gak suka kamu nangis, apalagi gara-gara cowo, gak pantes." Tambahnya
Azel diam. Ia membalas tatapan Buana namun ia masih tak paham apa yang harus ia lakukan untuk menanggapi ucapan Buana.
"Jangan kayak gini yah, jangan nangis lagi. Gue sesak lihatnya."
Kalimat terakhir yang Buana ucapkan mampu membuat hati Azel sedikit tersentuh.
"Kamu suka aku?" kini Azel memberanikan diri untuk berbicara
"Iya."
"Yakin cuma suka aja?"
"Sayang juga."Azel menjeda ucapannya. Ia menarik napas dan menghembuskannya pelan dengan tatapannya yang tak lepas dari kedua mata Buana.
"Sayang yang seperti apa?" tanya Azel kembali
"Mau buat kamu senang, gak nangis kayak gini lagi."
"Aku keliatan seperti apa sekarang?"
"Menyedihkan. Jangan begini, bahagia sebanyak-banyaknya semau kamu. Jangan mau diatur kebahagiaannya sama orang lain. Kebahagiaan itu kita sendiri yang buat."
"Kamu gak tau apa-apa tentangku."
"Maka nya kasih tau biar aku bisa paham.""Aku mau buat kamu ada dibagian kebahagianku. Kamu, bersedia gak?" kalimat pernyataan yang mengharuskan Azel untuk menjawabnya
"Aku gak suka kamu."
"Nanti juga suka."
"Kalau niat aku nerima kamu cuma buat pelampiasan?"
"Nanti aku buat kamu jatuh cinta biar gak terjadi sebuah pelampiasan."Kini tangannya beralih menggengam tangan milik Azel.
"Aku tahu ini terlalu cepat, tapi kan kamu tahu sendiri aku udah lama suka kamu, kita coba dulu aja ya." Ucap Buana
"Perasaan dibuat bukan untuk dicoba, jangan main-main sama hati Buana."
"Gapapa, kita jalanin dulu, selebihnya kalau kamu emang ga nyaman sama aku, yaudah bilang aja, aku ga maksain."
"Kalau gitu aku yang jahat dong."
"Daripada aku yang menyesal, itu lebih buruk. Aku paling ga suka menyesal.""Kamu gak punya niat terselubungkan?" tanya Azel curiga
"Yaampun Zeel, aku udah suka kamu semenjak kamu jadi adik kelas aku diSMA, nih aku kasih tau aja yah, yang taruh roti sama susu coklat di loker ķamu setiap hari itu aku."Azel ingat itu. Roti dan susu coklat selalu ada di lokernya setiap pagi, tapi saat itu Azel malah memberikan roti dan susunya ke penjaga sekolah.
"Jadi itu kamu?"
"Iya."
"Kenapa gak terus terang aja kalau kamu suka aku dulu?"
"Jangankan bilang suka, berusaha buat interaksi sama kamu aja aku gak berani, kamu tuh jutek parah tau gak."Wajah Azel merengut kesal.
"Gausah ngatain jutek juga dong!"
"Back to topic, jadi mau ga kita pacaran? Sekalian kamu tunjukin ke cowok yang bikin kamu nangis tadi, kalau kamu bisa bahagia dengan orang lain."Matanya tak sedikitpun memancarkan kebohongan. Semuanya terlihat tulus.
"Satu yang Azel suka dari kamu." Tutur Azel yang membuat Buana seketika penasaran
"Apa?"
"Aku suka senyum kamu." Ucap Azel sambil menatapnya
"Kalau kamu suka senyuman ini, jangan buat aku berhenti tersenyum."Berpikir sejenak seraya meyakinkan bahwa apa yang akan Azel katakan tak berdampak buruk untuk kelanjutannya.
Azel mengangguk dan tersenyum.
"Oke, aku mau jalanin ini sama kamu."
"Serius? Makasih ya, makasih Zeel."
"Aku yang makasih."Lalu mereka kembali masuk kedalam mobil dan bergegas pulang.
Azel kembali menatap Buana yang tengah menunggu fokus menyetir. Bersama Buana sepertinya akan terasa ringan. Yang sulit jadi mudah. Yang rumit jadi lebih sederhana. Karna dia melakukannya sesederhana mungkin dan gak dibuat-buat. Dia manusia yang punya rasa syukur yang besar. Azel tau pertemuannya dengan Buana baru seumur jagung tapi gak tau kenapa Azel bisa langsung menilai bahwa Buana punya cita rasa tersendiri dalam membangun sebuah relasi.
"Kamu senang jalanin hubungan sama aku?" tanya Azel memastikan
"Kalau aku gak senang ngapain aku susah susah mau buat kamu bahagia.""Maksudnya?"
"Zeel, kalau kita mau bahagiain orang lain harus tau dulu caranya, salah satunya dengan cara buat diri sendiri bahagia dulu."Azel hanya bisa tersenyum. Ia meratapi dirinya sendiri yang belum berhasil dibuat bahagia olehnya.
Buana mengantar Azel pulang dengan raut wajah yang gembira. Azel juga sama senangnya tapi masih dilanda rasa bingung karna belum paham dengan perasaannya sendiri.
Selama perjalanan mereka tidak pernah berhenti mengobrol, ada saja bahan obrolannya dan Buana paham dengan karakter Azel yang tidak bisa membuat bahan obrolan dengan lawan bicara maka dari itu ia selalu pintar memulai obrolan ringan tapi bisa mencairkan suasana.
Ajaib memang. Azel memberanikan diri membuka diri dengan orang yang baru dikenal. Hanya butuh 48 jam mereka sudah bisa sesantai ini.
"Kalau boleh tau, cowok tadi itu siapa kamu? Beneran mantan?" tanya Buana hati-hati
"Bukan, temen kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Romance"Boleh kenalan?" Ucap sang pria sambil mengulurkan tangannya "Harus kenal gitu?" sewot Azel "Kan ada pepatah yang bilang 'tak kenal maka tak sayang'." "Ya berarti kita gak perlu saling kenal." Tolak Azel dengan ketus "Loh kok gitu?" "Yaa karna kita...